All Content From tvN
Penulis : GioK
Sinopsis Lengkap : Mr. Sunshine
Sebelumnya : Mr. Sunshine Eps 1 Part 2
Selanjutnya : Mr. Sunshine Eps 2 Part 1
Si pengkhianat Joseon, Lee Wan Ik, merubah sekutunya. Dia beralih ke Jepang dan tengah menjilat Perdana Menteri Ito Hirobumi.
Wan Ik : Aku terlahir sebagai putra kelima petani sewa miskin. Aku menyalahkan keluargaku karena tidak punya apa-apa. Namun, aku sadar telah dilahirkan dengan sesuatu yang luar biasa. Sesuatu yang pasti akan memberikan kekayaan besar.
Perdana Menteri Ito : Apa itu?
Wan Ik : Joseon. Tolong berikan aku 50.000 won. Jika anda memberikannya, aku akan memberikan Joseon.
Perdana Menteri Ito : Joseon untuk 50.000 won saja.
Wan Ik : Harganya tidak lebih daripada itu. Untuk sekarang, dukungan logistik ke kamp militer utama di Joseon sudah berbulan-bulan dihentikan. Dengan satu armada, kita bisa menghancurkan Joseon dengan satu serangan. Joseon akan buka pelabuhan atau mengorbankan nyawa tidak bersalah dengan meriam anda. Bagaimanapun juga, Jepang tidak akan rugi.
Perdana Menteri Ito tidak menjawab tapi raut wajahnya menunjukkan ketertarikan.
Setelah urusan urusannya beres, Wan Ik segera meninggalkan kediaman Perdana Menteri. Dia berjalan menggunakan tongkatnya. Entah sadar atau tidak, yang jelas, dia diikuti seorang pemuda bernama Go Sang Wan. Sang Wan mengeluarkan pistolnya dan terus mengikuti Wan Ik. Tak lama kemudian, suara tembakan terdengar.
Pintu sebuah kediaman terbuka. Song Young masuk bersama Seung Jae. Hui Jin yang tengah menggendong bayinya, menanyakan keberadaan Sang Wan pada Song Young. Song Young menyuruh Hui Jin berkemas. Dia bilang, mereka harus lari.
Hui Jin : Pemberontakan telah gagal?
Song Young : Cuma ada satu tembakan. Satu tanpa balasan atau konfirmasi pembunuhan. Artinya, anggota kami menjadi pengkhianat. Pokoknya kita harus lari.
Seung Jae mendekat, membawa dua koper.
Seung Jae : Aku sudah mengemasnya.
Namun Hui Jin menolak pergi dan menyerahkan bayinya pada Song Young. Lalu dia memecahkan bingkai fotonya bersama Sang Wan. Setelah itu, dia menatap foto itu sejenak sebelum akhirnya menyelipkan foto itu ke dalam selimut bayinya.
Hui Jin : Aku baru melahirkan kemarin. Jika aku ikut, kita semua mati. Cepat pergi.
Song Young : Apa maksudmu?
Hui Jin : Cepat! Aku akan berusaha mengulur waktu, tapi tidak akan lama. Kalian harus selamat, jaga Sang Wan dan anakku.
Hui Jin membuka lantai tatami dibawah ranjang bayinya. Ada jalan rahasia dibawah sana.
Hui Jin menatap bayinya. Song Young keberatan meninggalkan Hui Jin, namun ia tak punya pilihan.
Suara langkah kaki terdengar.
Dan salah satu pemilik langkah adalah Wan Ik.
Hui Jin menyuruh Song Young pergi.
Song Yong yang menggendong bayi Hui Jin dan Sang Wan, masuk ke jalan rahasia bersama Seung Jae. Setelah mereka masuk, Hui Jin mengambil pistol dan menutup lantainya.
Hui Jin melihat beberapa bayangan di pintu. Dia pun melepaskan tembakannya dan berhasil membunuh beberapa Tentara Jepang. Namun tak lama, dia dihujani tembakan oleh Tentara Jepang yang tersisa. Hui Jin pun jatuh dan pistolnya terlempar. Hui Jin berusaha mengambil pistolnya namun Wan Ik masuk dan menjauhkan pistol itu dari Hui Jin.
Wan Ik kemudian melemparkan batangan emas ke hadapan Hui Jin.
Dia lalu menyuruh Yong Joo memungut batangan emas itu.
Kita kemudian diperlihatkan flashback saat Sang Wan mengikuti Wan Ik. Ternyata, Wan Ik sudah tahu dia diikuti. Karena itulah, dia sengaja mengarahkan Sang Wan ke arah pasukannya. Yong Joo, rekan Sang Wan, menodongkan pistol kepada Sang Wan dan menyuruh Sang Wan menyerah.
Sang Wan menolak, aku tidak bisa. Lagi pula, aku anggota Pasukan Kebenaran. Berapa kau dibayar? Berapa yang kau butuhkan untuk hidup sebagai ayah dan anak penuh aib... tanpa kehormatan, tanpa negara, selama sisa hidupmu?
Wan Ik : Demi Joseon, aku, Lee Wan Ik, bertanya kepadamu. Akhirnya, kau tidak mendapatkan jawaban karena kau memilih teman pengkhianat.
Wan Ik pun menembak kepala Sang Wan.
Sang Wan tewas di tempat.
Flashback end....
Yong Joo mengambil batangan emas itu. Hui Jin menatapnya dengan tajam. Hui Jin tidak percaya Sang Wan berkhianat. Dia yakin Yong Joo lah pengkhianatnya.
Hui in : Kau pikir dengan membunuhku akan mengubah takdir Joseon?
Wan Ik : Di belakangmu, di sampingmu, dan di depanmu, begitu banyak orang yang hidup dengan bergantung pada Joseon.
Hui Jin : Kau pikir, menyingkirkan organisasi kami bisa mengubah takdirmu?
Wan Ik : Wanita Jalang, kau akan mati. Jawab saja pertanyaanku. Di mana anggotamu yang lain?
Hui Jin menatap tajam Wan Ik.
Hui Jin : Mereka pergi untuk membunuhmu. Sekalipun butuh waktu lama, mereka pasti akan mendatangimu.
Hui Jin pun meninggal dunia.
Wan Ik puas, silakan. Datanglah. Aku akan menjual Joseon sedikit demi sedikit.
Song Young dan Seung Jae pergi ke rumah Kakek Go.
Pak Haengrang dan Bu Haman menangisi kematian Sang Wan dan Hui Jin. Guci abu Sang Wan dan Hui Jin dipegang Seung Jae. Sementara Song Young menggendong bayi Sang Wan dan Hui Jin. Pandangan Kakek Go kosong. Nyonya Cho juga tak kuasa menahan tangis.
Song Young : Ini anak dari Sang Wan dan wanita yang dicintainya. Anak perempuan.
Bu Haman bergegas menggendong bayi Sang Wan dan Hui Jin.
Hujan turun sangat deras saat itu.
Narasi Go Ae Shin terdengar, begitulah pertemuan pertamaku dengan kakekku. Di kotak kecil sepanjang kurang dari 15 cm itu. berisi abu ayah dan ibuku. Pada musim gugur itu juga. Joseon yang dipertahankan oleh banyak korban jiwa itu, hancur setelah Angkatan Laut Jepang mendarat. Jumlah tentara mereka. hanya 14 orang.
Puluhan rakyat Joseon tewas dibantai oleh Tentara Jepang dengan samurai.
-1894, Tahun ke-31 Rezim Gojong.
Tentara Jepang menempelkan informasi tentang Reformasi Gabo. Il Sik yang buta huruf, menyuruh Choon Sik membacanya. Choon Sik terduduk lemas setelah membaca informasi.
Choon Sil : Astaga. Hyung, habislah kita.
Il Shik : Apa maksudmu?
Choon Sik : Ada reformasi dan perbudakan dihapuskan. Para aristokrat yang belajar untuk ujian pun hancur. Mereka menghapuskan perbudakan dan ujian pegawai negeri.
Il Shik : Dari tampangnya, mereka tidak akan lulus.
Choon Sik : Pelankan suaramu.
Il Shik menyuruh Choon Sik berdiri, ayo. Selalu ada kesempatan dalam kesempitan. Apa yang dibutuhkan para budak di dunia baru dan para aristokrat yang tak bisa masuk pemerintahan?
Beberapa saat kemudian, Choon Sik berulang kali tepuk tangan di depan Toko "Apapun Yang Kau Mau". Ternyata, Il Sik membuka toko itu.
Mereka masuk ke dalam.
Il Sik : Kita bisa mengelola pegadaian, jasa mencari orang seperti detektif, dan menyediakan apa pun seperti toko kelontong. Apa pun yang orang minta, kita lakukan. Namanya "Apa Pun Yang Kau Inginkan". Salah satunya pasti bisa.
Choon Sik : Ya, tentu saja. Hyung, kau punya naluri yang hebat.
Il Sik : Orang pikir namaku berarti "bodoh", tapi tahu apa mereka?
Choon Sik : Tapi memang benar namamu berarti "bodoh".
Il Sik : TIDAK! Namaku berarti "jangan lupa makan". Ibu minta aku jangan kelaparan.
Il Sik menghapus tangisnya.
Choon Sik : Kau menangis?
Mereka kedatangan tamu.
Choon Sik berbisik, dia budak keluarga Yoo. Kita pernah memburunya untuk mereka.
Il Sik : Budak Yoo? Jadi, kita saling kenal? Bagaimana kabarmu?
Choon Sik : Hubungan kita tidak baik. Kita pernah menghajarnya dengan kaki dan pedang kita.
Il Sik jadi takut.
Tapi budak itu bilang dia mau mencari seseorang.
Il Sik : Tak perlu bilang. Kau mencari pria yang lari dengan istrimu.
Budak : Aku lajang. Orang yang ingin kucari adalah tuan tanah keluarga Yoo, Yoo Jong Myeong. Yang memburuku itu.
Choon Sik : Kami tak berpengalaman mencari aristokrat.
Il Sik : Dunia sudah terbalik.
Choon Sik : Tahun Gabo adalah tahun perubahan.
Seorang lelaki miskin berlutut di hadapan Pan Seo. Dia protes, kenapa Tuan tega melakukan ini? Aku masih punya utang dari masa paceklik. Jika Tuan menjual lahan itu untuk petani sewa, aku akan mati kelaparan, Tuan!
Pan Seo : Dasar lancang. Apa aku yang membawa paceklik? Itu tanahku dan aku mau menjualnya. Aku harus menjual tanah itu untuk belikan cucuku jam saku
Kim Hui Seong, cucu Pan Seo, hanya bisa terdiam mendengar itu. Dia merasa kasihan tapi tak bisa apa-apa.
Pan Seo lanjut bicara, .... dan membiayai studi di luar negeri. Salahkan saja nenek moyangmu karena tidak meninggalkan warisan. Beraninya kau membuat keributan! Kurang ajar. Kau patut dihukum. Jika tidak punya tanah, kau bisa membayar dengan tubuhmu. Jika tidak bisa bertani, kau harus berpikir untuk bekerja sebagai budak. Kau malah datang berteriak dan memohon.
Pan Seo lalu menyuruh pelayannya menyeret keluar pria miskin itu.
Setelah itu, Pan Seo duduk di depan cucunya.
Pan Seo : Hanya karena dunia sudah berubah, rakyat jelata mengira bisa menyuarakan pendapat.
Pan Seo menatap Hui Seong, kau tampan dengan rambut pendekmu. Kau suka hadiah dari kakek?
Hui Seong : Aku tidak menyangka Kakek memberiku benda semahal ini.
Pan Seo : Cucuku akan studi di luar negeri. Aku sangat bangga. Perluas pengetahuanmu selagi di sana. Setelah satu tahun, pulanglah dan menikah. Saat kau kembali, kakek akan menyiapkan posisi untukmu.
Hui Seong : Aku tak tertarik urusan nasional.
Pan Seo : Ada yang memintamu mengatur urusan nasional? Posisi itu akan menjamin hidupmu. Ayahmu tidak bisa diharapkan. Kakek hanya bisa mengandalkanmu di dunia yang bergolak ini. Yang telah kakek capai harus kau jaga. Kau harus membuatnya lebih besar. Untuk itu, kau tidak boleh puas dengan apa yang ada dan jangan tetapkan batasan berapa yang bisa dimiliki.
Pan Seo membuka jam sakunya dan menunjukkannya ke Hui Seong.
Pan Seo : Seperti ini, waktu yang tidak terbatas.
Hui Seong lagi2 diam sambil menatap jarum jam.
Di kediaman Kakek Go, seorang gadis muda duduk sambil membaca sesuatu di bukunya. Di hadapannya, seorang nenek menjajakan beberapa make up dan perhiasan. Nenek itu kemudian bertanya, bagaimana menurut gadis itu. Sambil membaca, gadis itu bilang semuanya cantik.
Nenek : Nona tidak pandai berbohong.
Si nenek lalu memberikan beberapa surat kabar ke gadis itu. Dan gadis itu segera menyelipkannya ke dalam buku.
Nenek : Nona sangat unik. Sepertinya Nona lebih tertarik dengan surat kabar daripada perhiasan.
Gadis itu : Kembalilah dalam dua pekan. Selagi aku membaca ini, cari perhiasan bagus untukku.
Nenek : Baik, Nona.
Gadis itu lanjut membaca.
Ternyata yang dia baca adalah surat kabar.
Narasi gadis itu terdengar, kemarin serasa jauh, hari ini tampak asing, dan besok menakutkan. Inilah masa-masa pergolakan. Kami semua, dengan cara masing-masing, melalui Joseon yang berubah dengan cepat.
Gadis itu adalah Go Ae Shin.
Tiga orang pemuda tampak sibuk dengan urusan masing2.
Hui Seong yang berjalan sambil tersenyum dan memegang buket bunga dibalik punggungnya.
Gu Dong Mae, seorang pria dengan wajah Joseon tapi berpenampilan Jepang, menebas lawannya dengan samurai.
Dan Eugene yang memakai masker, tengah menodongkan senapannya.
Bersambung....
No comments:
Post a Comment