My Perfect Stranger Eps 4 Part 1

 All Content From : KBS2
Penulis : GioK
Sinopsis Lengkap : My Perfect Stranger
Sebelumnya : My Perfect Stranger Episode 3
Selanjutnya : My Perfect Stranger Eps 4 Part 2


Hae Joon tanya siapa Yoon Young. Dan apa alasan Yoon Young datang ke tahun 1987. Yoon Young bingung dengan pertanyaan Hae Joon. Dia tanya apa maksud Hae Joon. Yoon Young lalu melihat kotak korek api dari Kedai Teh Bong Bong di tangannya. Lalu dia tanya bagaimana Hae Joon bisa memilikinya.



Hae Joon : Ini ada di lantai, jadi, aku kebetulan mengambilnya. Jika kau mau menyembunyikannya, sayang sekali.

Yoon Young : Untuk apa aku menyembunyikan sesuatu yang sudah kupungut?

Hae Joon : Tidak. Aku yang memungutnya di sini.

Yoon Young : Aku juga kebetulan memungutnya.


Hae Joon kaget mendengarnya, kau kebetulan memungutnya? Di mana dan kapan?

Yoon Young : Sebelum aku berakhir di sini. Satu jam sebelum kau menabrakku. Aku melihat ini mengapung di tepi sungai di desa ini. Aku memungutnya tanpa banyak berpikir.

Hae Joon marah, "Di tepi sungai." Apa yang kau lakukan larut malam?

Yoon Young kebingungan menjawab.


Kita diperlihatkan flashback, saat Yoon Young duduk di tepi sungai. Yoon Young membaca surat bunuh diri ibunya. Tangisnya pecah.

Itulah alasan Yoon Young berada di tepi sungai malam2, namun dia tak bisa menceritakannya kepada Hae Joon.


Hae Joon mengerti, ada satu hal lagi yang tidak bisa kau ceritakan? Sama seperti kenapa kau harus bertemu Ko Min Soo.

Yoon Young : Aku hanya punya beberapa pertanyaan untuknya. Hanya itu yang bisa kujelaskan saat ini.

Hae Joon membereskan kotak obatnya.

Hae Joon : Baiklah. Kalau begitu, hanya ini yang bisa kita bicarakan.


Hae Joon berdiri.

Yoon Young : Kau belum menjawab pertanyaanku. Saat kutanya bagaimana kau tahu aku akan datang, kau hanya memberiku ini. Apa ini? Apa artinya ini bagimu?

Hae Joon : Hal yang membuatku datang ke sini. Hal yang harus terus kucari. Penyebab dan hasil dari semua yang terjadi. Hanya itu yang bisa kukatakan sekarang. Sayangnya, sepertinya kita berdua belum siap untuk saling menceritakan semuanya.


Hae Joon pun pergi.

Yoon Young : Ya. Kau benar.


Hae Joon berjalan di keramaian dan memikirkan semuanya.

Narasinya terdengar.

Hae Joon : Pada tanggal 11 Mei 1987. Tiga hari sebelum pembunuhan pertama. Ini momen kritis, tapi masa lalu yang kutahu berubah.


Kita diperlihatkan flashback, ketika Yoon Young semobil dengan Min Soo.

Min Soo menjedotkan dahi Yoon Young ke dashboard mobilnya.

Narasi Hae Joon terdengar lagi, insiden baru telah terjadi. Tersangka utamanya... Tidak. Ko Min Soo, yang dituduh sebagai pelaku sebenarnya, sudah ditangkap oleh polisi.



Kita juga diperlihatkan ketika Hae Joon dan Yoon Young melihat Min Soo dibawa oleh Dong Sik.

Narasi Hae Joon terdengar lagi, lalu apa yang akan terjadi sekarang?


Hae Joon kemudian ingat kata2 Yoon Young soal kotak korek api.

Hae Joon : Kau kebetulan memungut itu?

Hae Joon pun bertanya2 apa yang Yoon Young sembunyikan? Kenapa wajah Yoon Young seperti itu.


Hae Joon ke kantor polisi, menemui Dong Sik. Dong Sik mencatat setiap kalimat Hae Joon menggunakan mesin tik. Hae Joon yang mulai bosan melihat melihat Dong Sik mencatat pun berkata, kalau hanya itu yang bisa dia terangkan.

Dong Sik : Baiklah. Itu bagus untuk saat ini. Kau bisa pulang sekarang.


Hae Joon berdiri dan melihat Min Soo yang duduk terdiam di dalam sel. Tahu Hae Joon menatap Min Soo, Dong Sik pun bilang kalau Min Soo tidak mau bicara. Hae Joon bilang itu kabar baik.

Hae Joon : Dia mengulur waktu sendirian.

Dong Sik : Apa maksudmu?

Hae Joon : Berandal seperti dia harus dikurung selama mungkin demi keselamatan desa. Kau tidak pernah tahu apa lagi yang mungkin dia lakukan.


Hae Joon pun mendekati sel Min Soo.

Hae Joon : Jadi, terus lakukan itu. Jangan katakan apa pun atau lakukan apa pun. Tetaplah di sana dan cobalah bertahan sepekan tanpa melangkah keluar. Jika tidak terjadi apa-apa selama pekan itu, akan dipastikan bahwa kau memang membunuh mereka. Atau kau akan terbukti tidak bersalah.

Min Soo pun kesal. Dia berdiri dan mendekati pintu sel.

Min Soo : "Membunuh mereka?" Sial. Apa yang kau bicarakan?


Dong Sik membentak Min Soo.

Dong Sik : Diam, Berengsek!

Hae Joon lantas menyuruh Dong Sik mengawasi Min Soo.

Setelah itu, dia beranjak pergi. Dong Sik menatap kepergian Hae Joon dengan tatapan heran.


Di rumah, Yoon Young bertanya2, apa artinya kotak korek api bagi Hae Joon.

Tiba2, lampu di ruang tamu berkedip-kedip. Sontak lah Yoon Young langsung ingat kejadian pas dia diculik Min Soo tadi. Yoon Young pun takut, tapi dia berusaha meyakinkan dirinya kalau semua sudah berakhir.


Yoon Young lantas memeriksa tasnya. Dia mengambil bungkus camilannya dari sana. Namun dia mendengar kedatangan Hae Joon. Yoon Young pun menaruh bungkus camilannya di atas meja dan pura2 tidur.


Hae Joon masuk dan melihat Yoon Young sudah tidur.

Lalu dia melihat bungkus camilan Yoon Young di atas meja dan sedikit tersenyum karena tahu Yoon Young lapar.

Lampu berkedip lagi. Hae Joon melihat Yoon Young sedikit bergerak.


Hae Joon lalu mengajak Yoon Young ke sebuah kedai.

Yoon Young : Aku sungguh tidak berselera makan.

Hae Joon : Kau belum makan apa pun. Kau harus makan sesuatu agar bisa tidur nyenyak.


Hae Joon masuk ke sebuah kedai.

Yoon Young masih diam di tempatnya.

Yoon Young : Kita tidak cukup dekat untuk makan bersama.

Yoon Young lalu melihat Hae Joon membawanya ke kedai teh.

Yoon Young : Dia ingin aku minum kopi dengan perut kosong?

Kemudian dia melihat nama kedai teh itu.

Yoon Young : "Kedai Teh H" Itu nama kedai tehnya? Unik sekali.


Chung A sudah mau pergi saat Hae Joon datang.

Hae Joon : Hei. Bisakah kau tetap buka selama 30 menit lagi hari ini? Semua restoran sudah tutup.

Chung A : Aku tidak bisa biarkan pria membuat wanita kelaparan saat berkencan.

Hae Joon : Tidak. Aku tidak pernah bilang...

Chung A berlalu.


Hae Joon membawa camilan donat ulir ke Yoon Young. Tak hanya donat ulir, ada kecap asin dan juga jus jeruk.

Yoon Young heran, kenapa mereka menjual ini di kedai teh?

Hae Joon : Itu terserah pemiliknya. Dia cukup unik. Dia juga sangat gapil.

Yoon Young : Omong-omong, apa orang-orang dari masa ini mencelupkan roti ke dalam kecap?

Hae Joon : Aku tidak yakin. Tidak ada roti yang terasa asin. Cobalah bagaimana rasa roti mereka.

Yoon Young : Aku sungguh tidak berselera makan, tapi karena kau sudah membelinya...


Yoon Young malu2 mencobanya. Dia mencelupkan irisan donat ulir ke dalam kecap, sebelum memakannya. Yoon Young menyukainya.

Hae Joon : Kau sangat suka makanan asin dan manis?

Yoon Young : Kau tidak tahu itu wajib bagi orang modern?


Yoon Young lantas curhat ke Hae Joon.

Yoon Young : Aku pulang kerja di pagi hari setiap hari selama sebulan untuk memenuhi tenggat. Saat aku ingin beristirahat di akhir pekan, penulis yang kutangani memanggilku untuk mengeluhkan tinta pena yang tidak dia sukai yang membuatku kehilangan semangat hidup. Namun, makanan manis dan asin menghidupkan kita kembali.

Hae Joon : Dahulu kau bekerja di penerbitan? Apa kau editor?

Yoon Young : Bagaimana denganmu?

Hae Joon : Aku pengangguran.

Yoon Young : Tentu saja. Kau tidak mau memberitahuku. Aku yang mengatakan yang sebenarnya lagi.


Hae Joon : Bukan itu masalahnya.

Hae Joon mencicipi donat ulir campur kecap. Dia tidak suka.

Hae Joon : Astaga, ini yang terburuk.

Yoon Young minta maaf ke Hae Joon. Hae Joon bilang tak perlu minta maaf karena selera mereka berbeda.

Yoon Young : Aku berjanji tidak akan menyulitkanmu. Namun, aku membuatmu datang ke kantor polisi. Aku sungguh minta maaf.

Hae Joon : Namun, kau tidak membuat itu terjadi. Entah ada yang ingin kau tanyakan kepadanya atau ada masalah lain, hal seperti itu seharusnya tidak terjadi bahkan jika kau mengikutinya untuk alasan apa pun. Dia yang membuat kekacauan ini, bukan kau. Jadi, kau tidak perlu minta maaf. Serta jangan terlalu takut. Aku tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.

Hae Joon lalu bilang kalau dia akan segera memperbaiki lampu di ruang tengah.


Sekarang, Hae Joon dan Yoon Young di depan Kedai Teh H. Hujan turun sangat deras.

Hae Joon : Kau pikir kau bisa lari?

Yoon Young : Tentu saja.


Hae Joon lari duluan, menerobos hujan sambil melindungi kepalanya dengan kedua tangannya.

Lalu Yoon Young mengikuti Hae Joon. Mereka berlari bersama.

Dari jendela kedainya, Chung A tersenyum menatap mereka.


Chung A lalu membereskan piring bekas makan mereka.

Tapi kemudian dia heran sendiri melihat mangkuk kecapnya bersih.

Chung A : Mereka pasti sudah gila. Kenapa mencelupkan donat ulir ke dalam kecap?


Mi Sook yang baru pulang, terdiam melihat pot di halamannya pecah.

Tak lama, ibunya pulang.

Nyonya Ko : Masuklah dan selesaikan semuanya diam-diam. Jangan beri tahu siapa pun.

Mi Soo : Baiklah.

Nyonya Ko berbalik arah dan pergi.


Hari sudah pagi. Yoon Young yang baru bangun, melihat kotak korek api menyembul keluar dari tasnya.

Dia pun berdiri dan memeriksa kotak korek api itu.

Dan secarik pesannya hilang.

Yoon Young : Cerita apa yang dia miliki?


Yoon Young lalu melihat sarapan roti bakar dan jus jeruk di atas meja, dan juga secarik pesan dari Hae Joon.

Hae Joon : Aku pergi lebih awal karena ada yang harus kuurus. Sarapanlah, beli nasi kotak, dan pergi ke rumah Soon Ae di seberang jalan. Mereka pasti menunggumu. Aku sudah memberi tahu mereka. Pastikan untuk mengoleskan lebih banyak salep pada lukamu. Kau tidak perlu mencuci piring. Taruh saja di wastafel. Jangan pernah terlambat.

Yoon Young : Dia terdengar seperti ibu.


Kehebohan terjadi di rumah Soon Ae. Ok Ja yang tengah memotong gimbap, direcokin oleh Kyung Ae, Hyung Man dan Oh Bok. Kyung Ae terburu2 berlari menuruni tangga sambil memasang antingnya. Dia tanya ke Ok Ja, dimana celana ketat berkilaunya. Dia bilang dia bisa terlambat ke salon. Ok Ja memarahi Kyung Ae.

Ok Ja : Sialan kau! Kau membuat keributan di malam hari saat mabuk dan sadar di siang hari.

Ok Ja lalu ingat kalau dia harus membuat telur goreng untuk Oh Bok.


Hyung Man keluar dari kamar dan tanya kenapa tidak ada kaus kaki yang utuh.

Ok Ja : Kau ambil sepasang dari keranjang, bukan dari lemari, bukan? Sudah kubilang aku menaruh kaus kaki berlubang di keranjang. Kenapa kau selalu mengambil sepasang dari sana?


Oh Bok dari kamar mandi, meminta tisu.

Ok Ja : Benar juga. Akan ibu ambilkan tisu.


Kyung Ae dengan mulut penuh bertanya lagi dimana celat ketatnya.

Hyung Man lalu menanyakan dompetnya.

Kyung Ae : Benar juga. Aku juga mengganti celanaku. Dompetku.

Ok Ja : Dompet kalian tidak kukeluarkan.

Oh Bok : Ibu, telur gorengnya sudah siap?

Hyung Man lalu protes karena gimbapnya rasanya hambar.


Ok Ja yang pusing, melampiaskan kekesalannya sama Soon Ae yang lagi melipat kain sambil baca buku. Ok Ja memukul kepala Soon Ae dengan sutil.

Ok Ja : Buku sialan itu! Kau pasti sudah selesai melipatnya dan membuat telur goreng untuk adikmu.

Ok Ja memberikan sutil ke Soon Ae.

Ok Ja : Ini. Berhenti melipatnya. Buatkan telur goreng untuk Oh Bok. Sekarang.

Soon Ae : Baiklah.


Yoon Young datang. Dia masuk ke halaman rumah Soon Ae dan memanggil seseorang. Tak lama, Oh Bok keluar. Yoon Young kaget melihat Oh Bok.

Yoon Young : Apa kau Oh Bok?

Oh Bok : Siapa kau?


Yoon Young tersenyum melihat Oh Bok dan bicara dalam hatinya.

Yoon Young : Ini aku, Paman. Yoon Young.


Hyung Man keluar dan tanya Yoon Young siapa.

Hyung Man : Siapa kau berdiri di halamanku, hanya mengedipkan mata besarmu?

Yoon Young : Kakek? Ini aku. Yoon Young.


Hyung Man lalu teriak memanggil Ok Ja, minta diambilin kaus kaki.

Tak lama, Ok Ja keluar bersama Kyung Ae dan Soon Ae membawa gulungan kaus kaki.

Dia melempar gulungan kaus kaki itu ke arah Hyung Man tapi malah kena dahi Yoon Young.

Kyung Ae langsung tertawa keras.

Yoon Young senang melihat keluarganya.


Bum Ryeong tengah mendaki sambil membaca buku.

Tiba2, Hae Joon datang menghalangi jalannya.

Hae Joon : Berikan korek api dari lorong kemarin.


Ok Ja membelai kepala Yoon Young dengan wajah serius.

Ok Ja : Kau...

Yoon Young udah tegang, mengira Ok Ja mengenalinya tapi kemudian Ok Ja mencubit pipinya dan bilang dia sangat cantik. Ok Ja lalu tanya siapa Yoon Young.

Kyung Ae kesal mendengar ibunya memuji Yoon Young. Dia bilang Yoon Young terlihat seperti musang basah. Oh Bok ketawa mendengarnya.


Ok Ja memarahi Kyung Ae, bukankah kau terlambat? Diam dan pergilah bekerja. Dasar pemabuk.

Kyung Ae : Baiklah.


Kyung Ae lalu menatap Yoon Young, apa?

Kyung Ae berlalu.

Oh Bok mengejar Kyung Ae.


Ok Ja menatap Yoon Young.

Ok Ja : Jadi, kau keluarga mertua Pak Yoon...

Hyung Man yang baru selesai memasang kaus kaki, mendekati mereka.

Hyung Man : Begitu rupanya. Kau kerabat Pak Yoon. Seharusnya kau memberitahuku lebih awal. Senang bertemu denganmu. Kau tampak pintar seperti Pak Yoon. Kau tampak cerdas.

Setelah memuji Yoon Young, Hyung Man pergi.


Ok Ja : Pak Yoon tidak bisa pergi bersamamu, jadi, dia memintaku memastikan kau pergi bersama Soon Ae. Saat mengemas makan siang, aku juga mengemas untukmu dan Pak Yoon. Makanlah untuk makan siang.

Yoon Young bilang dia juga mengemas bekalnya.

Ok Ja : Itu bekal makan siangmu. Serta ini dariku. Kunyah dengan baik saat makan. Kembalilah kapan saja jika kau mau makananku.

Ok Ja menepuk2 bokong Yoon Young.

Ok Ja : Astaga, seringlah datang, Sayang.

Yoon Young senang, baiklah. Terima kasih.


Yoon Young menatap Soon Ae.

Soon Ae yang salting, mengalihkan pandangannya.


Bum Ryong memberikan kotak korek apinya ke Hae Joon.

Hae Joon menemukan secarik pesan di dalamnya.

Hae Joon : Surat cinta?

Bum Ryong : Ya. Kau menaruh catatan di dalamnya dan memberikannya kepada gadis yang kau sukai. Anak-anak di kelas lain juga harus melakukan ini. Ini sedang tren di sekolah kita.

Hae Joon : Tren bodoh itu membuat semuanya lebih rumit.

Hae Joon membaca surat itu.

Bum Ryong : Apa?

Hae Joon : "Cintaku." Mencintai siapa? Bagaimana bisa kau sudah mencintainya?

Bum Ryong : Aku punya korek api lain untuk anak pindahan. Itu untuk gadis lain.

Hae Joon pun memukuli mulut Bum Ryong dengan surat kecil itu sambil mengomel.

Hae Joon : Jika kau sudah menyukai seseorang, kenapa kau berikan kepadanya? Kau menghindarinya? Kalau begitu, tidak akan kuberikan.

Bum Ryong : Kenapa bapak memukul mulutku?

Bum Ryong pun lari.


Kita diperlihatkan flashback, ketika Bum Ryong membuka pintu toilet dan meringis, menatap Hee Seob yang menunggunya di dekat pintu keluar. Bum Ryong pun tanya mereka harus gimana sekarang. Hee Seob kesal dan beranjak pergi.


Bum Ryong keluar dari toilet dan mendekati cermin.

Wajahnya tiba2 berubah serius dan menatap ke arah toilet yang dia masuki tadi.

Kemudian terdengar suara Hee Seob yang menyuruhnya keluar.

Bum Ryong pun keluar.


Setelah mereka pergi, Hae Joon memeriksa toilet yang dimasuki Bum Ryong.

Dan dia menemukan keramik dinding yang terlepas. Ada sebuah amplop berwarna cokelat di sana. Hae Joon memeriksa amplop itu. Tak ada isinya. Lalu dia mengembalikan amplop itu ke tempat semula.

Flashback end...


Hae Joon : Alasan utama Yoo Bum Ryong ditunjuk sebagai tersangka utama adalah karena hal-hal yang dia sembunyikan. Jadi, sejauh ini tidak ada apa-apa. Benarkah itu?

Hae Joon melihat Bum Ryong terjatuh saat mendaki.


Soon Ae memberikan surat ke Yoon Young.

Yoon Young : Apa ini?

Soon Ae : Maaf soal kemarin. Kau hanya ingin membantuku, dan aku bersikap kejam. Itu menggangguku semalaman, jadi, aku tidak bisa tidur. Itulah alasannya.


Yoon Young membuka surat dari Soon Ae.

Yoon Young : Kau selalu menulis surat saat akhirnya meminta maaf secara langsung. Kau selalu melakukan ini setiap kali kita bertengkar.

Soon Ae : Aku? Kapan?

Yoon Young : Maksudku ibuku. Aku tiba-tiba ingat.

Yoon Young tersenyum lebar.

Soon Ae : Dia pasti suka menulis.

Senyum Yoon Young menghilang mendengar itu, kurasa begitu. Sampai sekarang aku tidak pernah berpikir ternyata itu alasannya.

Yoon Young lalu kembali tersenyum menatap Soon Ae.


Hae Joon menunggu di jalur pendakian. Tak lama, Hee Seob datang. Hae Joon mencegat Hee Seob.

Hee Seob kaget, dahi kedua?

Hae Joon menatap tajam Hee Seob.

Hee Seob sadar dia salah ngomong.

Hee Seob : Pak Yoon, maafkan aku.

Hae Joon : Ada korek api di saku depan. Berikan itu.

Hee Seob : Apa? Apa ada korek api di tasku? Di mana?

Hae Joon mengambil sendiri kotak korek api di tas Hee Seob.

Hee Seob kaget melihatnya, apa? Benar-benar ada di sana.

Hae Joon : Kau baru pindah kemarin, jadi, kau tidak mungkin tahu trennya. Kenapa seorang siswa punya korek api dari kedai teh?

Hee Seob : Bagaimana bisa masuk ke sana?


Hee Seob kemudian ingat kenapa kotak itu ada di tasnya.

Hee Seob : Kakakku datang hari Minggu ini dan ingin memperkenalkan kopi kepadaku. Dia mengajakku ke kedai teh di kota, dan aku membuat menara dengan kotak korek api di sana. Itu sangat menyenangkan, dan dia...


Hae Joon memeriksa kotak korek api. Isinya korek api.

Hae Joon kemudian tanya, apa kakak Hee Seob masih menyimpan gemboknya.

Hee Seob : Tentu saja.

Hee Seob lalu sadar, gembok?


Hae Joon : Kenapa tasmu sangat ringan?

Hee Seob : Haruskah aku membawa buku saat karyawisata?

Hae Joon : Bukankah dia membawakanmu makan siang?

Hee Seob : Bukan begitu. Dia membawakannya, tapi aku lupa membawanya.

Hae Joon memberikan Hee Seob uang.

Hae Joon : Minta teman-temanmu mencarikan tas bapak untukmu. Bapak menggeledah tasmu, jadi, kau bisa menggeledah tas bapak. Ambil bekal makan siang di tas bapak. Belilah soda dan belikan juga untuk anak-anak di kelas lain. Itu tugas.

Hae Joon pergi.


Soon Ae berjalan bersama Yoon Young sambil bercerita tentang buku yang dia baca tadi sambil melipat kain.

Soon Ae : Kamar Rochester terbakar dan Jane memadamkannya dengan ember air. Dia memegang pergelangan tangannya dan berkata, "Kau menyelamatkan hidupku."

Soon Ae kesal, bagaimana aku bisa berhenti membaca di sana? Lalu ibuku memukulku dengan spatula.

Yoon Young : Namun, kau hanya membaca.

Soon Ae : Dia benci saat aku membaca. Dia bilang aku membuang waktu melakukan hal tidak berguna alih-alih melakukan pekerjaan rumah. Astaga. Aku ingin membaca semua buku yang kusukai dan mendengarkan musik sebanyak yang kumau. Aku juga ingin menyesap kopiku. Andai aku bisa hidup seperti itu.


Soon Ae berjalan duluan.

Yoon Young terpaku menatap Soon Ae.

Yoon Young : Impiannya menjadi kenyataan melalui aku.


Kita diperlihatkan flashback ketika Yoon Young tengah membaca buku.

Lalu dia hendak menyesap kopiya namun kopinya sudah habis.

Soon Ae yang lagi mencuci piring, menatap Yoon Young. Yoon Young terkejut ditatap ibunya dan tanya kenapa.

Soon Ae : Ibu hanya bahagia. Jika sudah selesai, berikan gelasnya.

Yoon Young : Ibu hampir selesai. Aku akan mencucinya nanti.

Soon Ae : Berikan saja kepada ibu. Serahkan kepada ibu.

Soon Ae mencuci gelas bekas kopi Yoon Young dan bernyanyi.

Yoon Young menatap aneh ibunya.


Yoon Young lalu membaca buku sambil mendengarkan musik melalui headphone saat ibunya tengah beberes.

Yoon Young menguap lebar dan memejamkan matanya.

Soon Ae mendekatkan kupingnya ke headphone Yoon Young.


Yoon Young terbangun dan kaget.

Yoon Young : Apa?

Soon Ae : Maksud ibu... Ibu hanya ingin tahu apa yang kau dengarkan.

Yoon Young meminta kain lap pada ibunya.

Yoon Young : Berikan itu. Aku akan bersih-bersih.

Soon Ae : Tidak. Tidak apa-apa. Saat kau menikah, kau bisa melakukannya sampai bosan. Ibu tidak akan mengganggumu. Kembalilah ke urusanmu.

Soon Ae lanjut beberes.

Yoon Young : Aku muak mendengarnya. Aku terus bilang tidak akan menikah.

Flashback end...


Yoon Young : Ibu memberiku waktu yang tidak bisa dia punya.

Soon Ae berbalik, menatap Yoon Young.

Soon Ae : Apa yang kau lakukan?

Yoon Young masih diam membeku.

Yoon Young : Akan kukembalikan sekarang. Waktu yang hilang dari Ibu. Semua yang Ibu relakan. Akan kukembalikan semuanya kepada Ibu.


Soon Ae : Kita akan terlambat. Kita harus lari.

Yoon Young : Kenapa kau ke sana? Sekolah kita ke arah sana.

Soon Ae : Kau tidak mendengarnya di akhir kelas kemarin? Hari ini karyawisata.

Soon Ae menunjuk bekal yang dijinjing Yoon Young.

Yoon Young pun sadar, kau benar.

Yoon Young lalu lari menyusul Soon Ae.

Bersambung ke part 2...

My Perfect Stranger Eps 4 Part 1 My Perfect Stranger Eps 4 Part 1 Reviewed by GioK on May 26, 2023 Rating: 5

No comments