All Content From : KBS2
Penulis : GioK
Sinopsis Lengkap : My Perfect Stranger
Sebelumnya : My Perfect Stranger Eps 10 Part 1
Selanjutnya : My Perfect Stranger Episode 11
Hae Joon dan Hae Kyung duduk di pinggir jalan. Ada satu sepeda di dekat mereka. Hae Joon membaca surat Hae Kyung. Hae Kyung kesal dan malu mendengarnya.
Hae Joon : "Ibu, aku sangat benci bahwa ibu adalah ibuku. Aku yakin bu merasakan hal yang sama. Jadi, kita tidak boleh bertemu lagi sampai kita mati. Mari jalani hidup masing-masing."
Hae Kyung : Astaga, berhenti membaca itu.
Hae Joon : Bapak hanya membacanya sembilan kali. Jika kau benar-benar meninggalkan catatan ini, ibumu mungkin akan membacanya ribuan kali. Maka itu akan menghancurkan hatinya berkeping-keping.
Hae Kyung terdiam
Hae Joon : Apa? Kau tidak bisa mengatasinya hanya setelah sembilan kali?
Hae Kyung : Kita mau ke mana?
Hae Joon : Bapak yakin kau tidak mau langsung pulang. Kau memang kabur dari rumah. Setidaknya kau harus menghirup udara segar.
Bus datang.
Hae Joon mengajak Hae Kyung naik bis.
Chang Sik pusing sendiri setelah kejadian di kelas tadi.
Tiba2, Yoon Young masuk. Yoon Young minta izin pulang lebih awal. Dia mau menjelaskan alasannya, tapi Chang Sik yang lagi pusing sama masalahnya sendiri, langsung mengizinkan Yoon Young pulang cepat.
Hae Joon sudah duduk di depan sebuah pohon besar. Namun Hae Kyung masih berdiri, mengernyit heran menatap pohon itu. Hae Joon menyuruh Hae Kyung duduk. Dia bilang, itu karyawisata satu hari.
Hae Joon : Kita akan mengamati pohon berusia 300 tahun.
Hae Kyung : Itu hanya pohon bodoh.
Hae Joon : Kau tahu berapa lama 300 tahun itu? Pasti sudah terjadi kekeringan dan banjir beberapa kali. Namun, pohon itu berhasil bertahan di tempat ini tanpa tersapu air. Selama 300 tahun.
Hae Kyung : Begitulah semua pohon.
Hae Joon : Tentu. Pohon tidak punya pilihan. Namun, menurutmu kenapa orang melakukan itu?
Hae Joon lantas bilang dia kenal seseorang yang hidup seperti pohon itu.
Saat itu, Agustus 2013. Di depan kantor Hae Joon, ada seorang wanita tua yang membagikan selebaran anak hilang. Anak yang hilang itu adalah Hae Kyung. Wanita tua itu adalah ibunya Hae Kyung. Orang2 yang lewat, hanya menerima selebaran itu dengan sikap acuhnya. Termasuk Hae Joon. Tapi kemudian, Hae Joon mau mengembalikan lagi selebaran itu. Dia bilang, dia sudah mengambilnya namun ibu Hae Kyung langsung mengucapkan terima kasih. Hae Joon pun pergi membawa selebaran itu.
Desember 2015, ibu Hae Kyung masih melakukan hal yang sama ketika salju turun.
Hae Joon yang bersiap pulang, lewat di depan ibu Hae Kyung dan mengambil selebaran itu.
Agustus 2020, Hae Joon dan rekan2nya baru kembali dari makan siang. Hae Joon mengambil selebaran itu, namun saat matanya membaca selebaran, dia menghentikan langkahnya. Tiba2, hujan turun. Rekan2 Hae Joon langsung lari ke kantor. Sementara Hae Joon terdiam menatap ibu Hae Kyung yang melindungi selebaran2 itu dari air hujan.
Oktober 2020, matahari sangat terik. Hae Joon hanya diam memperhatikan ibu Hae Kyung yang masih membagikan selebaran. Tiba2, ibu Hae Kyung tersandung. Hae Joon dengan sigap membantunya.
Hae Joon dan ibu Hae Kyung duduk di dekat sebuah pohon. Itu adalah pohon 300 tahun, dilihat Hae Joon dan Hae Kyung di tahun 1987.
Hae Joon : Anda yakin tidak perlu pergi ke rumah sakit?
Ibu Hae Kyung : Astaga, aku baik-baik saja. Terima kasih.
Hae Joon : Namun, tetap saja. Anda harus beristirahat.
Ibu Hae Kyung : Bagaimana jika putriku kembali saat aku beristirahat? Bagaimana jika dia mendengar aku di sini dan entah bagaimana datang mencariku? Namun, jika aku tidak di sini, dia mungkin kecewa dan pergi. Lalu apa yang harus kulakukan? Orang bilang dia mungkin sudah mati. Namun, aku tidak percaya itu. Aku hanya percaya surat yang dia tinggalkan untuk kubaca. Dia menulis bahwa dia membenciku dan aku ibu yang buruk. Jadi, aku yakin dia hanya bersembunyi dariku. Aku sungguh berharap begitu. Aku ingin dia menjalani hidup yang baik sendiri. Namun, aku hanya berharap. aku bisa melihatnya sekali saja sebelum aku mati. Aku tidak menginginkan hal lain jika bisa melihatnya sekali saja. Aku ingin memberitahunya aku bukan ibu yang baik dan aku minta maaf. Namun... Aku sangat merindukannya.
Hae Joon yang mendengar itu, merasa kasihan. Namun dia tak bisa melakukan apapun.
Kembali ke tahun 1987.
Hae Joon bilang, dia melakukannya selama 40 tahun di tempat yang sama, entah hujan atau bersalju. Lalu dia meninggal. Namun, pada akhirnya, dia tidak pernah bertemu putrinya.
Hae Kyung : Aku hanya akan pergi sebentar, bukan 40 tahun.
Hae Joon : Bapak tahu itu. Lantas, kenapa kau kabur dari rumah?
Hae Joon menyentil dahi Hae Kyung, juga mengomelinya.
Hae Joon : Bukankah kau berkelahi dengan gadis itu karena ibumu? Kau hanya perlu membenci mereka yang menyebarkan rumor tentang dia. Kenapa kau juga berusaha membenci ibumu? Kau bahkan tidak membenci ibumu.
Yoon Young ke kamar Soon Ae. Soon Ae hanya meringkuk di lantai, dengan wajah pucat. Yoon Young mendekati Soon Ae.
Soon Ae : Yoon Young-ah, sedang apa kau disini? Bagaimana dengan sekolah?
Yoon Young : Aku pulang lebih awal karena tahu kau akan melakukan ini. Kau sudah makan?
Dari raut Soon Ae, Yoon Young tahu Soon Ae belum makan. Dia menghela nafas dan menatap cemas Soon Ae.
Soon Ae : Aku baik-baik saja. Tidak ada orang di rumah, bukan?
Yoon Young : Ya. Apa orang tuamu pergi ke suatu tempat?
Soon Ae : Ke kantor polisi. Untuk mengambil jasad kakakku. Kami harus mengadakan pemakaman untuknya. Namun, polisi terus menundanya.
Yoon Young lalu memberitahu Soon Ae kalau Hee Seob sudah dibebaskan.
Soon Ae langsung nanyain keberadaan serta kondisi Hee Seob.
Yoon Young tanya, apa Soon Ae mau bertemu Hee Seob.
Sekarang, Yoon Young ada di depan kamar Hee Seob. Sendirian. Raut wajahnya nampak penasaran sama yang terjadi di dalam. Yoon Young lalu celingukan, gak ada orang. Akhirnya, dia memberanikan diri membuka pintu dan mengintip.
Hee Seob tanya kenapa Soon Ae datang.
Hee Seob : Aku hanya ingin kau melihat sisi tampanku. Kau harus menghormati priverse-ku.
Soon Ae : Maksudmu "privasi".
Hee Seob langsung memegangi kepalanya. Dia beralasan, itu karena kepalanya terluka, makanya dia salah ngomong.
Soon Ae ngomel, kenapa kau tidak memberi tahu mereka? Jika kau memberi tahu mereka bahwa kau bersamaku, kau tidak akan diseret pergi.
Hee Seob : Astaga, itu priverse-mu. Maksudku, privasi.
Soon Ae : Dasar bodoh. Kau bahkan tidak ingat apa yang baru saja kukatakan.
Hee Seon menenangkan Soon Ae, kau tidak melakukan kesalahan apa pun. Saat kehilangan seseorang yang kau cintai, kau cenderung berpikir seperti ini. "Apa akan berbeda jika aku bersikap seperti ini?" "Bagaimana jika aku melakukan ini?" Karena rasanya semua ini salahmu. Namun, itu tidak benar. Kau tidak melakukan kesalahan malam itu. Aku melihatnya sendiri. Kau tidak melakukan kesalahan.
Tangis yang sedari tadi ditahan Soon Ae, akhirnya pecah.
Hee Seob pun memeluk Soon Ae.
Yoon Young terharu melihat keduanya.
Hae Joon mengantarkan Hae Kyung pulang.
Hae Joon : Masuklah. Masuklah dan lihat apa yang dia buat untukmu.
Hae Kyung masuk dan mendapati ibunya lagi masak.
Ibu Hae Kyung : Hai, Sayang. Kau sudah pulang. Kau belum makan, bukan? Ibu membuat sup rumput laut untukmu. Kemarilah. Duduklah dan makan ini.
Hae Kyung mendekat. Ibu Hae Kyung menyendokkan sup rumput laut dari panci ke dalam mangkuk, lalu membawanya ke meja.
Ibu Hae Kyung : Ibu tidak tahu apakah bumbunya pas.
Hae Kyung : Kukira ibu membuat sup kimchi.
Ibu Hae Kyung : Ibu juga membuat itu. Namun, dia tidak datang. Dia tidak akan datang lagi. Ibu juga akan menyuruhnya berhenti datang ke sini. Ibu serius. Ibu berniat memberitahunya hari ini, tapi dia bilang tidak akan datang.
Ibu Hae Kyung mencoba tertawa, meski dia sedih harus putus dengan Chang Sik.
Ibu Hae Kyung : Semua baik-baik saja. Ibu hanya membutuhkanmu dalam hidup ibu.
Hae Kyung ingat kata2 Hae Joon tadi.
Hae Joon : Bahkan jika kau tidak kabur dari rumah sekarang, suatu hari nanti kau akan berpisah dengan ibumu. Saat usiamu 20 tahun, kau akan kuliah dan tinggal sendirian. Kau juga akan berkencan dan mendapatkan pekerjaan. Saat mengingat masa lalu, kau akan lihat betapa tuanya ibumu. Dia akan menunggumu pulang. Bukankah itu terlalu berat? Hal-hal yang tidak kau sukai dari dekat akan membuatmu sedih dari kejauhan setelah beberapa waktu. Begitulah adanya.
Hae Kyung lalu tanya, apa Chang Sik tidak datang karena dia.
Hae Kyung : Dia menampar wajahku tadi sore.
Mendengar itu, ibu Hae Kyung marah dan memaki Chang Sik.
Hae Kyung : Aku menjelek-jelekkan ibu. Itu sebabnya dia tidak bisa datang. Suruh dia datang. Sejujurnya, aku tidak terlalu suka sup rumput laut.
Ibu Hae Kyung terharu mendengarnya. Lalu dia menyuruh Hae Kyung makan. Hae Kyung makan.
Diluar, Hae Joon tersenyum melihat ibu dan anak itu kembali akur.
Yoon Young dan Hae Joon ada di warung tenda.
Yoon Young : Mungkin untuk beberapa kebenaran, itu akan mencapai orang. Bahkan jika kebenaran itu mengambil jalan panjang, itu akan mencapai orang yang harus menemukannya.
Hae Joon mendengarkan cerita Yoon Young dengan baik.
Yoon Young menjelaskan, begini, ada sesuatu. yang sungguh tidak kumengerti tentang ibuku. Dia bilang dia membenci ayah, tapi setiap kali ayah ulang tahun, ibu akan menyiapkan jamuan untuknya. Dia akan cemas jika aku tidak hadir. Aku selalu bertanya-tanya kenapa ibu tidak bisa melepaskan ayah. Namun, dari yang kulihat hari ini, aku agak mengerti. Ayah seseorang yang ada di sampingnya selama masa tersulitnya.
Hae Joon tersenyum mendengarnya.
Yoon Young menatap ke belakang Hae Joon. Hae Joon pikir, Yoon Young lagi menatapnya. Tapi yang dilihat Yoon Young, daftar harga makanan yang ada tepat dibelakang Hae Joon.
Yoon Young : Kau lihat harga belut panggang hanya dua dolar?
Hae Joon : Kau harus mempertimbangkan harga saat membayarku.
Hae Joon menuangkan soju ke cawan Yoon Young.
Yoon Young : Seharusnya kita pergi ke tempat makan yang lebih baik. Aku ingin mentraktirmu makanan yang lebih mahal.
Hae Joon : Mungkin lain kali. Kau bisa mentraktir makan saat kita kembali.
Yoon Young : Ada restoran bagus yang aku tahu. Mari bertemu di sana lain kali.
Hae Joon : Namun, aku tidak pergi ke sembarang restoran.
Yoon Young : Sudah kuduga. Aku tahu apa yang akan disukai orang kaku, yang bahkan tidak suka makanan asin dan manis. Hidangan yang ringan dan sehat, yang menggunakan bahan-bahan bagus. Hidangan mahal yang rasanya agak tidak enak.
Hae Joon : Benar. Kau sangat mengenalku.
Yoon Young : Bersabarlah denganku dan tunggu sekitar 34 tahun.
Keduanya tertawa.
Pemilik warung mengantarkan pesanan mereka.
Hae Joon menyuruh Yoon Young mencoba belut panggangnya.
Hae Joon : Rasanya pedas, asin, dan manis. Hidangan yang sesuai dengan seleramu.
Yoon Young mencobanya.
Dia langsung bilang ke si pemilik warung, rasanya enak sekali.
Pemilik warung : Selamat menikmati.
Yoon Young menyuruh Hae Joon mencobanya. Dia mau menyuapi Hae Joon. Tapi Hae Joon memilih meminum soju.
Yoon Young : Kau tidak akan memakannya, bukan? Aku akan menikmatinya sendiri.
Keduanya tertawa lagi.
Setelah itu, Yoon Young main air di sungai. Hae Joon hanya duduk di atas batu, melihat Yoon Young yang main air dengan wajah sumringah.
Hae Joon : Hati-hati. Kau bisa jatuh.
Yoon Young : Ini sangat menyegarkan. Ini yang kusuka dari pedesaan.
Hae Joon : Baiklah. Kau harus keluar.
Yoon Young menatap jahil Hae Joon. Tak lama, dia menendang air ke arah Hae Joon, tapi gara2 itu dia hampir terpeleset, tapi untungnya, keseimbangan Yoon Young bagus, jadi dia tak jatuh dan bisa menahan dirinya.
Yoon Young heboh sendiri, kau lihat itu? Rasa keseimbanganku?
Hae Joon : Ya, jadi, keluarlah sekarang. Jika jatuh, kepalamu akan retak.
Yoon Young : Bisakah kau masuk sekali saja? Rasanya menyenangkan.
Hae Joon : Langkahi dahulu mayatku.
Mendengar itu, Yoon Young mendekati Hae Joon. Dia menatap Hae Joon dengan pipinya yang memerah.
Yoon Young : Kenapa tidak?
Hae Joon : Aku tidak mau.
Yoon Young lantas duduk dan terus mengajak Hae Joon main air, namun ditolak Hae Joon.
Yoon Young cemberut, tapi tiba2 dia merebahkan kepalanya ke pangkuan Hae Joon. Hae Joon terkejut.
Yoon Young pun tertidur. Tiba2.
Hae Joon : Jangan bilang kau sedang tidur. Tiba-tiba saja? Astaga. Kau sangat tidak acuh. Sudah kuduga sejak kau bilang aku akan merasa lebih baik jika kau menghilang. Itu membuatku kesal. Ini masalah.
Yeon Woo masih memperbaiki mobil Hae Joon.
Tak lama, Hae Joon masuk membawa roti panggang keju.
Hae Joon : Maaf, aku pulang larut. Seseorang terlalu bersenang-senang di dalam air.
Namun, Yeon Woo tak menjawab karena terlalu fokus memperbaiki mobil.
Hae Joon menjentikkan jarinya di depan Yeon Woo. Yeon Woo kaget.
Yeon Woo : Kau mengejutkanku. Kapan kau tiba di sini?
Hae Joon : Aku bahkan mengetuk. Makanlah ini. Terima kasih.
Yeon Woo langsung makan.
Yeon Woo : Pukul berapa ini?
Hae Joon : Pukul 22.00.
Yeon Woo kaget, apa? Pukul 22.00? Sial. Filmnya dimulai pukul 21.30. Astaga.
Hae Joon : "Film"?
Yeon Woo : Ya. Apa judulnya tadi? "Our Sweet Days of Youth"? Di mana aku meletakkannya? Astaga, dia melarangku terlambat. Aku pergi.
Yeon Woo langsung pergi sambil meraba2 kantongnya, mencari tiket film.
Hae Joon ingat di tahun 2020, saat dia menemukan banyak sekali tiket film di antara barang2 ayahnya di bagasi mobil.
Hae Joon : Ayah mengumpulkan semua ini?
Yeon Woo : Itu hanya tiket untuk film yang ayah tonton saat berkencan. Ayah menyimpannya untuk kenang-kenangan.
Hae Joon : Dengan ibu?
Yeon Woo agak terdiam, sebelum akhirnya mengiyakan.
Yeon Woo : Benar. Apa film pertama yang kami tonton bersama? "Our Sweet Days of Youth". Namun, ayah tidur, jadi, tidak bisa menontonnya. Ayah selalu tertidur saat menonton film.
Maka Hae Joon pun bergegas ke bioskop.
Dia lalu bertanya2, kenapa dia datang.
Hae Joon masuk dan duduk di bagian belakang.
Dia melihat ayahnya tertidur saat menonton film. Disamping ayahnya, ada wanita yang mengenakan bando pink.
Hae Joon : Apa yang akan kulakukan jika bertemu dengannya? Apa gunanya mengetahui siapa dia sekarang?
Hae Joon ingat kata2 kakeknya saat dia kecil, saat dia tanya seperti apa ibunya.
Kepala Sekolah Yoon : Ibumu meninggalkan desa di hari dia melahirkanmu. Kau menangis tersedu-sedu, tapi dia pergi tanpa memelukmu. Dia menganggapmu kesalahan dalam hidupnya, jadi, jangan penasaran tentang dia atau memikirkannya mulai sekarang.
Film usai. Hae Joon kaget karena ayah dan ibunya sudah tidak ada.
Hae Joon keluar, mencari ayah ibunya.
Tak lama, Chung A keluar dari dalam memakai bando pink. Hae Joon terkejut melihatnya.
Narasi Hae Joon terdengar.
Hae Joon : Beberapa kebenaran akhirnya mencapai tujuan mereka. Selama apa pun itu, kebenaran mencapai orang yang paling membutuhkannya.
Tapi, Mi Sook juga keluar dari sana memakai bando pink.
Hae Joon makin kaget.
Hae Joon : Namun, kenapa harus sekarang? Bagaimana bisa itu kau?
Hae Joon terhenyak menatap Mi Sook.
Bersambung....
No comments:
Post a Comment