All Content From : KBS2
Penulis : GioK
Sinopsis Lengkap : My Perfect Stranger
Sebelumnya : My Perfect Stranger Episode 7
Selanjutnya : My Perfect Stranger Eps 8 Part 2
Bum Ryong menghubungi Hae Joon dari telepon umum. Hujan turun sangat deras malam itu. Bum Ryong bilang, dia akhirnya mati. Entah bagaimana ceritanya, Ju Young yang sudah keluar dari Desa Woojung-ri berkat Hae Joon, akhirnya terbunuh dengan tubuh penuh luka sayat dan terikat tali berwarna merah. Ada kotak korek api Kedai Teh Bong Bong diantara barang2 Ju Young.
Suasana Desa Woojung-ri berubah mencekam.
Hae Joon dan Yoon Young langsung lari menuju TKP.
Hujan sudah reda.
Bum Ryong hanya bisa terdiam menatap jasad Ju Young. Lalu dia celingukan dan mengeluarkan cincin Ju Young dari dalam sakunya. Bum Ryong gemetar menatap cincin itu. Tak lama kemudian, dia terjatuh sembari menatap jasad Ju Young.
Hae Joon dan Yoon Young datang. Mereka kaget melihat Ju Young sudah tidak bernyawa.
Hae Joon dan Yoon Young mendekat. Hae Joon tidak mengerti, Ju Young yang sudah dia selamatkan susah payah tiba2 tewas terbunuh. Yoon Young mencari sesuatu diantara barang2 Ju Young. Dia menemukan kotak korek api dengan secarik pesan bertuliskan 'wanita yang membaca itu berbahaya'.
Mi Sook ada di Kedai Teh Bong Bong. Dia memasukkan gula batu ke dalam minumannya dan berbicara dengan seseorang.
Mi Sook : Kapan kau pikir orang-orang jatuh ke dalam bahaya terbesar? Harapan bahwa kau bisa memperbaiki semua kesalahan. Delusi bahwa kau bisa membuat semua kesalahanmu hilang seolah-olah itu tidak pernah terjadi. Saat kau mabuk oleh impian semu yang manis dan menyedihkan ini, kau akan menyadari bahwa tidak ada kesalahan di dunia ini yang bisa diperbaiki. Namun, saat kau menyadarinya, kau sudah dihancurkan oleh roda takdir. Yang penting adalah arahnya.
Hae Joon minta penjelasan ke Bum Ryong.
Hae Joon : Jelaskan ini kepada bapak. Kau pasti memanggil bapak kemari karena suatu alasan. Jelaskan kenapa kau di sini selarut ini. Katakan apa yang kau lihat dan lakukan. Jelaskan semuanya dari awal hingga akhir.
Namun Bum Ryong tak bisa menjawab. Hae Joon pun emosi.
Hae Joon : Kenapa kau tidak bisa bicara? Apa kau membunuhnya?
Bum Ryon nangis, tidak. Tidak, Pak Yoon.
Hae Joon : Kenapa kau membunuhnya? Kenapa?
Bum Ryong : Maafkan aku. Tolong bantu aku.
Hae Joon : Kau masih hidup. Kau tidak butuh bantuan bapak! Kau masih hidup! Kenapa kau membunuhnya?
Bum Ryong : Aku sungguh tidak melakukannya. Bukan aku!
Dong Sik yang sudah terlelap dengan istri dan kedua anaknya, terbangun karena bunyi telepon.
Dong Sik menjawabnya dan terkejut.
Hae Joon tanya ke Bum Ryong, dimana cincin Ju Young. Yoon Young pun melihat jari Ju Young, tidak ada cincin di sana. Bum Ryong pun menunjukkan cincin Ju Young pada Hae Joon sambil menangis.
Bum Ryong : Ini sungguh tidak berarti apa-apa. Aku mendapatkannya darinya saat bertemu dengannya di pusat kota kemarin sore. Cincin ini tidak ada hubungannya dengan kematiannya, Pak Yoon. Aku bertemu dengannya lagi, jadi, kami bicara sebentar. Lalu aku pergi lebih dahulu. Saat kembali, aku menemukannya seperti ini. Pak Yoon, itu yang sebenarnya.
Hae Joon kaget, kapan? Kapan kau melihatnya?
Bum Ryong : Kemarin sore. Jika Bapak memberi tahu siapa pun, polisi mungkin akan tahu bahwa aku melihatnya. Kudengar dia komunis. Mereka mungkin menangkapku karena tidak melaporkannya setelah menemuinya dua kali.
Hae Joon : Itu yang kau takutkan?
Bum Ryong : Ya.
Hae Joon dan Yoon Young tidak mengerti. Ju Young yang sudah mereka kirim keluar dari Desa Woojung-ri, tiba2 kembali dan akhirnya terbunuh.
Di tengah kebingungan mereka, mereka dikejutkan dengan satu kejadian lagi.
Mereka melihat mobil polisi ambulans melintas. Bum Ryong pikir Hae Joon yang menelpon polisi.
Hae Joon lantas sadar ada korban kedua. Maka dia langsung pergi.
Hae Joon tiba di TKP. Orang2 sudah berkumpul. Para petugas sedang bekerja. Hae Joon mencoba melihat siapa korban kedua. Dia masuk ke dalam TKP dan melihat korban kedua adalah Kyung Ae. Kondisi Kyung Ae lebih mengenaskan dari Ju Young. Kyung Ae tewas dengan kepala terluka parah dan tubuh diikat tali berwarna merah. Diantara barang2 Kyung Ae, kotak korek api juga ditemukan.
Hae Joon membeku. Otaknya masih berusaha mencerna semua kejadian.
Dong Sik yang juga ada di TKP, terkejut melihat Hae Joon.
Yoon Young baru tiba dan mendengarkan obrolan dua ajumma tentang Kyung Ae.
"Sudah kuduga ini akan terjadi. Dia banyak bertingkah."
"Tetap saja. Tidak ada orang dari desa kita yang akan melakukan hal seperti itu. Itu sangat mengerikan sampai mulut Bu Suncheon berbusa saat kali pertama melihat jasadnya."
Seorang reporter yang mendengar itu, tanya, apa mereka kenal korban kedua.
"Dia dari desa kami. Dia selalu memakai rok mini dan berkeliaran larut malam setelah mabuk. Dia putri pertama Lee dari toserba."
Mendengar bibinya menjadi korban, tangis Yoon Young langsung pecah.
Yoon Young sulit percaya.
Soon Ae terbangun karena mimpi buruk. Tak lama, dia mendengar teriakan ibunya, memanggil dirinya dan sang kakak untuk sarapan.
Soon Ae turun dan bergabung dengan yang lain.
Ok Ja mengomeli Soon Ae.
Ok Ja : Dasar anak nakal. Berapa kali ibu harus memanggilmu saat sarapan sudah siap? Kau memutuskan untuk tidur padahal bisa membantu ibu.
Ok Ja lalu tanya apa Kyung Ae masih tidur.
Soon Ae : Masalahnya...
Oh Bok : Astaga, dia pasti menyelinap keluar di malam hari lagi.
Ok Ja makin ngomel, apa? Sungguh?
Soon Ae : Dia berjanji akan pulang lebih awal.
Ok Ja : Kau masih tidak mengenal kakakmu? Kau memercayai ucapannya dan membiarkannya pergi? Anak nakal ini. Bagaimana jika dia tidur di jalan setelah mabuk lagi?
Seorang pria datang, memanggil Hyung Man.
Yoon Young masih linglung. Dia tidak percaya apa yang terjadi.
Beberapa reporter datang dan menabraknya, hingga dia jatuh.
Hae Joon mengajak Yoon Young pergi.
Namun, mereka melihat kedatangan Hyung Man dan Oh Bok.
Hyung Man mendekati Dong Sik.
Hyung Man : Dong Sik! Putriku, Kyung Ae... Kudengar dia di sini. Aku datang untuk menjemputnya.
Dong Sik hanya bisa diam.
Hyung Man : Astaga, kenapa ada banyak orang di sini? Di mana Kyung Ae? Kenapa dia pergi begitu jauh?
Hyung Man pun lemas. Oh Bok dan Dong Sik langsung memeganginya.
Tangis Hyung Man dan Oh Bok pecah melihat petugas menutupi jasad Kyung Ae dengan kain putih.
Hae Joon membawa Yoon Young pergi.
Dong Sik melihat mereka pergi.
Kemudian, rekan Dong Sik datang, membisiki Dong Sik sesuatu.
Dong Sik kaget. Sepertinya, rekan Dong Sik memberitahu bahwa ada korban lain.
Hae Joon membawa Yoon Young ke rumahnya. Hae Joon bilang mereka harus kembali ke tahun 2021. Yoon Young lantas bertanya, bagaimana dengan ibunya. Bagaimana dengan Hae Joon sendiri. Apa yang akan terjadi sekarang.
Hae Joon : Jika itu pasti terjadi, itu akan terjadi, apa pun yang kita lakukan. Kau juga melihatnya sendiri. Waktu dan tempatnya berubah, tapi orang yang sama tewas. Bukan hanya itu. Rumah kosong tempat Lee Kyung Ae ditemukan. Aku belum pernah melihatnya. Dia tidak pernah mati di tempat seperti itu. Tidak ada masa depan yang bisa kuubah dengan fakta yang kuketahui. Semuanya kembali ke awal, dan inilah akhir kita. Aku akan melakukan apa pun untuk memperbaiki mobilnya. jadi, tolong tunggu sampai saat itu.
Hae Joon masuk ke gudang dan mengunci diri.
Mi Sook menyusuri jalanan sambil mendengarkan sesuatu di headphone nya. Wajahnya terlihat sumringah, padahal desa lagi digemparkan dengan dua kasus pembunuhan. Hae Kyung, Yuri dan Eun Ha lewat. Mereka mendekati Mi Sook.
Yuri : Mi Sook-ah, kau juga mendengarnya? Bukankah itu menakutkan?
Mi Sook : Aku tahu. Bagaimana ini bisa terjadi?
Eun Ha : Orang gila macam apa yang melakukan ini? Mengerikan sekali.
Mi Sook : Bagaimana ini bisa terjadi di lingkungan kita?
Yuri : Benar, bukan? Kita tidak bisa berjalan bebas sekarang. Menakutkan sekali.
Eun Ha dan Yuri jalan duluan.
Hae Kyung memperhatikan Mi Sook dengan wajah serius.
Mi Sook : Kenapa kau terlihat sangat serius?
Hae Kyung : Apa?
Mi Sook : Orang mungkin berpikir kau membunuhnya. Tenang. Kau membuatnya terlihat jelas. Ayo. Ini akan menyenangkan.
Mi Sook menggandeng Hae Kyung dan mengajaknya pergi.
Rekan2 Dong Sik tiba di TKP Ju Young.
"Bukankah dia gadis itu? Gadis yang kabur dari Seoul setelah ikut demonstrasi?"
"Dia bahkan bukan dari desa ini. Kenapa dia harus mati di sini? Ini akan membuatku lebih pusing."
"Keadaan tiba-tiba menjadi gila."
"Benar, bukan? Melihat tangannya terikat, itu pasti dilakukan oleh orang yang sama. Ke mana perginya?"
"Siapa pun bedebah itu, dia membunuh dua orang dalam semalam."
"Omong-omong, Pak Kepala. Kau dicalonkan menjadi komisaris. Ini tidak akan memengaruhi itu?"
"Tentu saja. Kenapa tidak ada yang membawa korek api? Sudah kubilang ambil satu."
Mereka lantas melihat kotak korek api di dekat jasad Ju Young.
Si kapten menyuruh anak buahnya mengambil korek itu.
Namun Dong Sik datang dan mengambil kotak korek api itu. Dia ingat, kotak korek api yang sama juga ditemukan di TKP Kyung Ae.
Dong Sik : Bukankah ini juga salah satu barang milik Kyung Ae?
Tapi rekan2nya bersikap acuh.
"Selagi kau memegangnya, kenapa tidak mengambilnya?" ujar si kapten.
Dong Sik membaca secarik pesan yang ada di dalam. Dia pun bingung.
Kapten : Kutipan payah apa yang dia bawa? Kita harus segera menemukan orang gila ini dan menutup kasusnya. Siapa pun yang bertemu Lee Ju Young dan Lee Kyung Ae. Siapa pun dengan catatan kriminal, dan gangster mana pun di kota ini. Jika ada yang mencurigakan, bawa mereka kepadaku.
Anak buahnya langsung pergi, namun Dong Sik masih diam.
Kapten : Kau tidak mendengarku? Jangan berniat bolos kerja lagi. Bergeraklah, Baek Dong Sik.
Dong Sik pun bergerak.
Mi Sook, Hae Kyung, Eun Ha dan Yuri di TKP Ju Young. Mi Sook tenang2 saja melihat jasad Ju Young. Sedangkan yang lain panic. Hae Kyung menatap Mi Sook dengan wajah serius, seolah tahu Mi Sook lah pembunuhnya.
Hee Seob datang dan melihat jasad Ju Young.
Tak lama, dia menatap ke arah Mi Sook, juga dengan tatapan serius.
Mi Sook nya malah tersenyum pada Hee Seob.
Yoon Young masih terdiam di halaman rumah Hae Joon. Tak lama, terdengar teriakan Soon Ae memanggil Yoon Young. Yoon Young mencoba acuh. Namun, dia tidak tahan dan membukakan pintu.
Soon Ae berkaca2 menatap Yoon Young.
Soon Ae : Kakakku... Dia... Kakakku...
Yoon Young memeluk Soon Ae. Dia bilang dia tahu. Tangis keduanya pecah.
Soon Ae lantas cerita, bahwa ibunya bersikap aneh.
Yoon Young pun langsung ke rumah Soon Ae dan melihat neneknya tengah mencuci piring sambil mengomel dengan suara parau.
Ok Ja : Kubilang itu berbahaya. Kubilang dunia adalah tempat yang menakutkan. Dia tidak pernah mendengarkanku. Kenapa dia ke sana selarut itu? Apa yang dia lakukan di sana selarut itu? Dia luar biasa. Anak bodoh itu. Sudah jelas apa yang akan dikatakan orang-orang.
Ok Ja kemudian marah karena mendengar bunyi telepon.
Ok Ja : Sudah kubilang jangan sampai teleponnya berdering.
Tapi nyatanya, telepon itu telah jatuh ke lantai dan tidak berbunyi sama sekali.
Yoon Young jadi merinding melihat sikap Ok Ja.
Ok Ja lantas menyabun pisau.
Ok Ja : Mereka terus mengoceh soal itu karena itu bukan masalah mereka. Apa ini hanya gosip seru bagi mereka? Kenapa mereka terus menelepon?
Tangan Ok Ja terluka terkena pisau.
Soon Ae langsung membawa Ok Ja ke rumah sakit.
Yoon Young yang menyadari sesuatu, berniat lari ke Hae Joon namun Hae Joon masih mengurung diri. Yoon Young bicara dari luar.
Yoon Young : Boleh aku bertanya? Maukah kau membuka pintu dan melihatku?
Namun Hae Joon diam saja.
Yoon Young : Tentang nenekku... kau tahu kapan dan bagaimana dia meninggal? Aku hanya tahu dia meninggal jauh sebelum aku lahir. Aku tidak pernah mendengar bagaimana atau kenapa dia meninggal. Apa ada hubungannya dengan kejadian hari ini?
Tangis Yoon Young pecah lagi. Yoon Young bilang, jika itu benar, setidaknya dia ingin menyelamatkan neneknya.
Yoon Young : Bisa beri tahu aku harus bagaimana untuk menyelamatkannya? Aku takut semua menjadi kacau karena aku dan semua akan berakhir seperti ini. Namun, aku menyaksikan semuanya. Aku sudah berlarian untuk menyelamatkan mereka. Perasaan mereka terhadap satu sama lain. Aku melihat itu semua. Apa itu sama sekali tidak penting? Serta hanya sampai di sini? Bagaimana bisa? Aku tidak percaya ini. Kecuali kita bisa kembali ke masa yang belum pernah kita temui, di mana pun kita berada, semuanya tidak akan kembali seperti semula.
Namun Hae Joon tetap diam.
Dia stress.
Seorang pria berkacamata duduk di kursi bandara, bersama seorang anak kecil. Di depan pria itu, ada rubik. Pria itu menyuruh si anak kecil memilih, maju atau mundur. Si anak kecil bilang maju. Pria berkacamata menyuruh anak itu menghitung lagi. Si anak mulai menghitung mundur. Tepat saat hitungannya selesai, pria berkacamata selesai menyusun rubik.
Si anak kecil lemas dan terpaksa memberikan permennya sebagai taruhan.
Pria berkacamata tertawa, taruhan tetaplah taruhan. Kau tahu cara kerjanya.
Pria berkacamata mengembalikan permen anak itu.
Kepala Sekolah Yoon tiba di Bandara Gimpo. Dia mencari2 seseorang. Tak lama, dia melihat pria berkacamata dan langsung berseru, memanggil pria berkacamata.
Kepala Sekolah Yoon : Astaga, Yeon Woo-ya!
Yeon Woo langsung memeluk Kepala Sekolah Yoon sembari memanggilnya ayah.
Kepala Sekolah Yoon : Astaga, anak ayah. Astaga. Putra ayah!
Yeon Woo : Aku merindukan ayah.
Kepala Sekolah Yoon dan Yeon Woo di perjalanan.
Sambil menyetir, Kepala Sekolah Yoon terus menatap Yeon Woo. Yeon Woo minta ayahnya berhenti menatapnya seperti itu. Sang ayah bilang, dia menunggu selama 3 tahun untuk melihat wajah Yeon Woo lagi.
Kepala Sekolah Yoon : Ayah hanya menatapmu selama 30 menit.
Yeon Woo : Aku sangat sibuk dengan kampus. Maafkan aku.
Kepala Sekolah Yoon : Astaga. Namun, nilaimu luar biasa. Ayah rasa keluarga Yoon memang pintar. Kau, ayah, dan guru yang sangat ayah sukai belakangan ini. Namanya Yoon Hae Joon. Dia juga Yoon.
Yeon Woo : Hae Joon?
Kepala Skeolah Yoon : Ya, kenapa?
Yeon Woo : Aku suka nama itu.
Kepala Yoon : Ayah akan memperkenalkanmu kepadanya. Dia bilang ada sesuatu yang harus diperbaiki. Kau ahli dalam hal itu. Kau yang terbaik di Korea, bukan?
Perjalanan mereka terhenti sebentar, karena ada keributan yang menyebabkan kemacetan. Tampak polisi tengah menatap si biang onar. Kepala Sekolah Yoon menyuruh Yeon Woo tetap di mobil, lalu dia turun.
Yeon Woo sedikit kaget melihat keributan itu.
Yeon Woo : Selamat datang di Korea.
Hyung Man membawa istrinya pulang. Dia menggendong Ok Ja di punggungnya. Dan ditemani Soon Ae dan Oh Bok.
Yoon Young keluar dari pagar dan melihat mereka masuk ke rumah.
Saat mau kembali ke dalam rumah, Yeon Woo datang sambil membawa rubiknya.
Yeon Woo : Apa ini rumah Hae Joon?
Yoon Young : Siapa kau?
Yeon Woo masuk ke dalam.
Yoon Young mengikuti Yeon Woo masuk.
Yeon Woo : Aku datang karena kudengar dia butuh bantuanku untuk memperbaiki sesuatu.
Yoon Young terdiam mendengar itu.
Yeon Woo ngeh, apa aku datang di waktu yang tidak tepat? Kalau begitu, bisa berikan ini kepadanya? Akan kuperbaiki yang dia mau jika dia bisa memecahkan ini lima detik. Jika dia tidak bisa menyelesaikan kubusnya, aku harus memikirkannya. Aku suka orang pintar.
Yeon Woo meninggalkan rubiknya dan beranjak pergi.
Ok Ja tengah menonton berita tewasnya putrinya.
Reporter : Hanya dalam semalam, dua wanita berusia 20-an ditemukan tewas di sebuah desa di Provinsi Gyeonggi. Warga setempat gemetar ketakutan. Ini laporan dari Reporter Oh In Sung. Hari ini sekitar pukul 06.00, warga lokal berusia 22 tahun, Lee, ditemukan tewas berlumuran darah di rumah kosong di bukit di Woojung-ri, Woojung-eup, Woojung-gun. Warga yang tinggal di dekatnya menemukan jasadnya dan melaporkannya ke polisi. Berdasarkan jejak trauma benda tumpul di belakang kepalanya, polisi menduga dia diserang, lalu dibunuh. Selain itu, sekitar pukul 06.00 hari ini, seorang guru berusia 24 tahun, Lee, yang bekerja di SMA terdekat ditemukan tewas di tepi sungai di Woojung-ri.
Ok Ja lantas memutar video rekaman Miss Korea tahun 1987.
Melihat itu, dia teringat perdebatannya dengan Kyung Ae di meja makan.
Kyung Ae : Setelah menjadi Miss Korea, aku akan membelikan ibu mantel bulu.
Ok Ja : Ibu tidak percaya kau putri ibu. Kau pikir semua orang mampu membeli mantel bulu?
Kyung Ae : Aku tidak meminta ibu membelikanku. Kubilang akan kubelikan.
Ok Bok : Berhentilah mendesaknya dan berhenti minum. Miss Korea? Yang benar saja. Hormatlah ke orang yang lebih tua.
Kyung Ae : Kenapa tidak ada yang memercayaiku? Mereka bilang aku punya potensi.
Ok Ja : Kau tidak terlibat dengan orang jahat, bukan?
Kemudian, dia teringat kata-kata Kyung Ae di depan tangga setelah Soon Ae, Hyung Man dan Oh Bok pergi. Kyung Ae memeluk Ok Ja dan berjanji akan membelikan Ok Ja mantel bulu dengan atau tidaknya menjadi Miss Korea.
Ok Ja : Ada apa denganmu? Kenapa kau terus membahas mantel bulu?
Kyung Ae : Ingat itu? Sudah lama sekali... Siapa namanya? Ya. Tetangga kita, ibu Seung Jin. Ibu sangat iri dengan mantel cerpelainya.
Ok Ja : Maksudmu keluarga yang pindah saat usiamu sembilan tahun?
Kyung Ae : Ya. Sejak saat itu, impianku adalah membeli mantel bulu yang sama untuk Ibu. Tunggu. Tidak. Membelikanmu mantel yang lebih cantik adalah impianku. Kurasa aku hampir mewujudkan impianku sekarang. Jadi, tunggu saja, Nyonya Ok Ja.
Namun Ok Ja malah melepaskan pelukan Kyung Ae karena Oh Bok balik lagi.
Ok Ja pun menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bersikap baik kepada Kyung Ae, semasa Kyung Ae hidup.
Ok Ja kemudian pergi.
Kepergian Ok Ja, membuat seisi rumah panic.
Yoon Young yang masih menunggu di halaman rumah Hae Joon, melihat itu. Saat mau mendekat, Hae Joon keluar dari gudang dan bergegas keluar. Hae Joon menatap Hyung Man sejenak, sebelum akhirnya dia lari untuk menyelamatkan Ok Ja. Yoon Young dan yang lain mengikuti Ok Ja.
Benar saja! Ok Ja berniat bunuh diri. Dia berdiri di tepi tebing. Saat hendak melompat, Hae Joon datang mencegah.
Hae Joon : Tidak, Bu. Kumohon. Tolong jangan lakukan itu. Anda harus bertahan. Aku tahu anda menderita. Namun, jika anda menyerah sekarang, anak-anak anda, Soon Ae dan Oh Bok, akan hidup tanpa ibu mereka setidaknya selama 40 tahun. Tidak, akan lebih dari itu! Anda pikir bisa beristirahat dengan tenang jika tahu apa yang akan anda lakukan kepada mereka? Keputusan anda akan memengaruhi banyak orang. Jadi, bilang kepadaku bahwa anda bisa mengatasi ini dan melaluinya. Kumohon?
Ok Ja pun tersadar dan mengulurkan tangannya.
Hae Joon memegang tangan Ok Ja dan bergegas menariknya turun.
Yoon Young dan yang lain datang.
Hyung Man, Soon Ae dan Oh Bok memeluk Ok Ja.
Tangis mereka pecah.
Yoon Young dengan sorot mata sedih, menatap Hae Joon.
Hae Joon dan Yoon Young kembali ke rumah. Yoon Young masih murung.
Hae Joon pun menghibur Yoon Young.
Hae Joon : Haruskah kita saling berpelukan sebentar? Begitu banyak hal terjadi hari ini. Jadi, mari kita...
Yoon Young pun langsung memeluk Hae Joon.
Dia memeluk Hae Joon dengan erat dan menangis di pelukan Hae Joon.
Setelah agak tenang, dia melepas pelukannya dan mengajak Hae Joon kembali berusaha untuk menangkap pelakunya dan menyelamatkan korban ketiga.
Yoon Young : Ini tidak mungkin akhirnya. Aku tidak ingin kita menjadi orang asing.
Yoon Young lantas memberitahu Hae Joon kalau seseorang datang mencari Hae Joon.
Mereka menatap rubik di atas meja.
Yoon Young : Dia agak aneh.
Hae Joon mengambil rubik itu.
Hae Joon : Apa katanya tadi?
Yoon Young : Dia bilang akan memperbaikinya jika kau selesaikan dalam lima detik.
Dalam 5 detik, Hae Joon berhasil menyusun rubik. Yoon Young kaget, apa itu tadi? Kau sungguh akan memintanya memperbaikinya?
Hae Joon : Aku bisa meminta itu kepadanya. Pada akhirnya, kita harus kembali, meski bukan sekarang.
Yoon Young : Siapa dia? Tidak apa-apa menunjukkan mobilnya?
Hae Joon : Aku tahu cara menanganinya. Dia ayahku.
Yoon Young : Begitu rupanya.
Tapi Yoon Young kemudian kaget, apa?
Hae Joon membawa Yoon Young ke ruangannya.
Mereka mendekat ke foto tiga tersangka.
Yoon Young : Kukira kau tidak menyembunyikan apa pun lagi, tapi kau menyimpan rahasia terbesar.
Hae Joon menatap Yoon Young.
Yoon Young : Maksudku, keluargamu ada di sini. Bagaimana kau bisa merahasiakannya sampai sekarang?
Hae Joon : Aku menunggu waktu yang tepat, yaitu sekarang.
Yoon Young : Kalau begitu, Kepala Sekolah Yoon yang kita temui setiap hari... Pantas saja marga kalian sama.
Hae Joon menatap foto ketiga tersangka.
Hae Joon : Kita harus mengecualikan beberapa orang. Keduanya. Berdasarkan yang kulihat, dia tidak akan bisa mengikat siapa pun dengan jari-jari itu.
Kita diperlihatkan flashback, ketika Hae Joon melompat ke bawah jembatan setelah Kyung Ae tak sengaja menjatuhkan Min Soo ke bawah. Hae Joon memeriksa tangan Min Soo.
Hae Joon : Kau mungkin tidak bisa mengikat tali apa pun untuk saat ini.
Flashback end.,.
Hae Joon : Para korban. Kedua korban diikat dengan tali merah saat mereka ditemukan. Selain jarinya, sepertinya dia terluka di mana-mana. Maksudnya, Ko Min Soo.
Hae Joon melepas foto Min Soo.
Yoon Young : Yoo Bum Ryong tidak takut dituduh melakukan pembunuhan. Kecuali dia berakting dengan sangat baik. Sepertinya dia juga tidak tahu ada kasus pembunuhan lain.
Yoon Young mencabut foto Bum Ryong.
Tinggal foto Hee Seob.
Yoon Young : Aku tidak punya alasan. Serta ada Baek Yoo Seob, pemilik asli topi biru itu.
Hae Joon : Ada satu orang lagi sekarang. Orang yang mengatakan kebohongan terbesar. Ko Mi Sook. Sekarang aku tahu kenapa dia berbohong seperti itu.
Yoon Young : Dia senang dengan apa yang terjadi kepada Ko Min Soo. Mengingat perbuatannya kepadaku, aku yakin dia juga bukan kakak yang baik bagi adiknya.
Hae Joon : Yang penting di sini adalah seberapa banyak yang dia tahu. Berapa banyak yang Ko Mi Sook tahu untuk menyalahkan Ko Min Soo? Serta bagaimana dia mengetahuinya. Situasi di sekitar insiden itu penting. Itu berarti dia tahu cukup detail untuk menulisnya di novelnya.
Yoon Young : Kau benar.
Hae Joon : Kita harus menangani Baek Hee Seob dahulu. Dia akan dipilih sebagai tersangka pertama sekitar 30 menit lagi oleh polisi.
Bersambung ke part 2....
No comments:
Post a Comment