Pages

Sunday, June 4, 2023

Mr. Sunshine Eps 2 Part 2

 All Content From : tvN
Ditulis ulang oleh : GioK
Sinopsis Lengkap : Mr. Sunshine
Sebelumnya : Mr. Sunshine Eps 2 Part 1
Selanjutnya : Mr. Sunshine Eps 2 Part 3


Di restoran hotel, Se Hun lagi bicara sama Logan. Logan bilang, persiapan berjalan sangat lancar. Besok, semua lampu jalan di Jongno akhirnya dinyalakan. Teknologi Amerika membawa terang ke Joseon dan Joseon harus berterima kasih ke Amerika.

Se Hun : Ya, tentu. Aku akan mentraktirmu minum besok untuk berterima kasih mewakili Joseon.

Se Hun lalu tanya, bagaimana di Hwawollu.

Logan : Kabarnya, geisha Jepang di sana sangat menawan.

Se Hun : Seperti pepatah, melihat baru percaya.

Mereka tertawa.




Tanpa mereka sadari, Yu Jin menguping pembicaraan mereka.

Yu Jin menuliskan nama 'Hwawollu' di bukunya.


Hwawollu adalah rumah bordil.

Logan baru saja tiba. Dia turun dari becak dan disambut beberapa geisha.

Logan pun masuk, diikuti semua geisha.


Suara generator terdengar.

Logan mulai menyombong.

Logan : Dengar? Ini suara generator yang menyala. Semua berkat kebijaksanaan Amerika...

Logan berhenti bicara karena dia tiba2 batuk. Seorang geisha bilang, pasti karena asap. Geisha itu membuka jendela. Se Hun tanya, apa Logan baik-baik saja.


Begitu jendela dibuka, Ae Sin sudah membidik Logan dengan senjatanya.

Meski wajahnya ditutupi masker, tapi dari sorot matanya, kita tahu itu Ae Sin.

Geisha yang tadi membuka jendela, menatap Logan, seolah tahu akan terjadi sesuatu.


Logan mengajak Se Hun bersulang.

Logan : Untuk Joseon yang belum beradab, yang akan mulai berkembang.

Tiba2, DOR! Sebuah peluru menembus kepala Logan. Namun, bukan dari Ae Sin.

Logan langsung tewas.

Para geisha panic dan berlari keluar.


Ae Sin melihat sekeliling dan melihat sosok berjubah hitam berlari dari atap.

Keamanan mulai menembak ke arah sosok berjubah. Melihat itu, Ae Sin menembak balik ke arah mereka, sebelum akhirnya melarikan diri.

Anak buah Dong Mae, memeriksa satu per satu orang di keramaian. Mencari si penembak.


Sosok berjubah hitam itu adalah Yu Jin. Yu Jin yang melihat Ae Sin, langsung mengejar Ae Sin. Mereka melompat dari atap ke atap, sampai akhirnya mereka berhenti dan sama2 menodongkan senjata. Mereka saling bertanya2.

Ae Sin : Satu target.

Yu Jin : Dua penembak runduk.

Ae Sin : Rekan seperjuangan?

Mereka lalu menyadari di bawah ada orang2 yang tengah memburu mereka.

Dan mereka pun lari ke arah yang berlawanan.


Sementara orang2, menunggu di jembatan, mulai menggigil kedinginan. Seorang pria berpakaian budak, bertanya kepada tuannya, apa tuannya mendengar suara tembakan. Tuan nya mengatakan, itu suara generator. Pria itu lalu bertanya2, kapan mereka akan menyalakan lampunya karena udara tambah dingin.


Salah satu anak buah Dong Mae, mencari si penembak di antara kerumunan orang2.

Yu Jin dan Ae Sin yang telah mengganti pakaian mereka, berpapasan di jalan. Mereka sama2 kaget dan menghentikan langkah. Ae Sin bicara dalam hatinya, bau bubuk mesiu dari pria itu. Yu Jin juga bertanya2 dalam hati, wanita itu, namun dia kaget karena itu wanita.

Mereka pun berbalik dan terdiam menatap wajah satu sama lain.

Tak lama kemudian, lampu menyala, menerangi wajah mereka.


Mereka terus menatap, sampai sebuah kereta melintas dan Yu Jin menghilang. Ae Sin langsung celingukan, mencari Yu Jin. Dia lalu berjalan, melewati kerumunan, sambil terus mencari Yu Jin. Hingga akhirnya, dia berhenti di depan sebuah gerbang. Yu Jin pun muncul.

Yu Jin : Jika kau mencariku, aku di sini.

Ae Sin : Aku tidak mencarimu.

Yu Jin : Kau memang mencariku.

Ae Sin : Kau salah.

Yu Jin : Kau pergi ke arah mana?

Ae Sin : Kenapa bertanya?

Yu Jin : Kupikir aku harus ke sana. Orang mudah tersesat, dan sepertinya kita sama-sama tahu sesuatu.


Ae Sin membuka tudungnya dan bersikap angkuh, layaknya nona bangsawan.

Ae Sin : Sepertinya kau salah orang. Bagaimanapun, nyawamu akan diampuni karena kau orang asing.

Yu Jin : Kenapa kau berasumsi aku orang asing?

Ae Sin : Pakaianmu yang aneh, gaya bicaramu yang formal, tapi tidak sopan. Yang terutama, kemampuanmu mengamati, tapi tidak mampu mengenali. Kau tak kenal aku, ya? Di Joseon ini, tidak ada pria yang berani menatapku di tempat terbuka seperti ini.


Seorang pria dan wanita tiba2 mendekati Ae Sin. Mereka mengenali Ae Sin dan tanya Ae Sin lagi apa di sana. Mereka juga menanyakan kabar Ae Sin dan alasan Ae Sin keluar malam-malam. Ae Sin bilang, pelayannya sedang membeli sesuatu dan dia mau menemui pelayannya di apotek.


Tak lama, Bu Haman dan Pak Haengrang datang bersama seorang pria lainnya.

Bu Haman cerita, ada kejadian gila di balik bukit.

Bu Haman : Kau tahu, bar di pinggiran itu. Ada orang barat mati di salah satu ruangannya. Melihat kebakaran tidak sebanding dengan kejadian di sana. Astaga.


Yu Jin dan Ae Sin masih melihat satu sama lain.

Ae Sin : Cuaca sedang buruk dan sepertinya akan ada kegaduhan. Kita harus pulang.

Ae Sin menyuruh para penduduk mengantarkan Yu Jin. Dia bilang, Yu Jin tersesat.

Ae Sin lalu naik tandunya. Dia dan pelayannya bersama wanita tadi pun pergi.


Dan kedua pria mendekati Yu Jin. Mereka tanya Yu Jin mau kemana.

Yu Jin bertanya dalam Bahasa Inggris, dimana legasi Amerika.

Para pria itu tak mengerti bahasa Yu Jin. Mereka juga berpikir Ae Sin terburu2 karena tak paham bahasa Yu Jin.

Kedua pria itu pun pergi, meninggalkan Yu Jin.


Ae Sin tandunya, memikirkan Yu Jin.

Ae Sin : Jika dia rekan seperjuangan, pasti langsung kabur. Namun, jika dia musuh, pasti sudah kabur lebih cepat. Dia mau ke arah yang sama denganku? Apa dia bernyali atau ceroboh?


Hari sudah pagi. Yu Jin membuka pintu balkon kamarnya. Dia di Hotel Glory.

Kamera menyorot hiasan Ho Sun di tas Yu Jin.

Yu Jin lalu menghela nafas dan menyenderkan badannya ke sisi pintu.

Yu Jin kemudian menikmati secangkir kopi di balkon, sambil memikirkan Ae Sin.


Yu Jin tiba Kedutaan AS. Begitu tiba, dia langsung didekati Im Gwan Soo yang bertanya siapa dia. Gwan Soo tidak percaya saat Yu Jin mengaku utusan Amerika. Yu Jin pun terpaksa menunjukkan paspornya. Barulah Gwan Soo percaya.

Yu Jin : Aku Eugene Choi.

Gwan Soo : Maaf, Tuan. Kami dengar konsul akan tiba. Kami sudah menunggu Tuan. Aku Gwan Soo, aku bekerja sebagai juru bahasa. Margaku Im. Aku tidak tahu seseorang itu berasal dari Joseon.

Yu Jin menegaskan, dia orang Amerika.

Yu Jin lalu bilang, dia mau ketemu dubes. Gwan Soo bilang dubes sedang menghadiri pemakaman.

Gwan Soo : Tadi malam, satu warga Amerika tewas di dekat bukit.

Yu Jin : Di mana?

Gwan Soo : Apa?

Yu Jin : Di mana pemakamannya?


Gwan Soo membawa Yu Jin pemakaman Logan, namun mereka hanya melihat dari jauh. Gwan Soo memberitahu siapa2 saja yang hadir di pemakaman.

Gwan Soo : Pria berkimono itu dubes Jepang, Hayashi. Yang tinggi dubes Rusia, Pavlov. Di sisinya, dubes Inggris, Jordan. Yang memakai topi itu Menteri Luar Negeri Lee Se Hun dan Wakil Bendahara Lee Jeong Mun. Pria di samping Bu Taylor adalah dubes kita, Horace Allen.

Yu Jin : Berapa populasi orang asing di Hanseong sekarang? Selain dari Qing dan Jepang.

Gwan Soo : Itu... Sembilan dari Jerman dan 28 dari Prancis. Lalu, ada 57 dari Rusia dan 37 dari Inggris. Sementara dari Amerika, 95... Maksudku, 96, termasuk Tuan. Totalnya ada 227 orang asing tinggal di sini. Hilang satu, jadi, 226 sekarang.


Anak buah Dong Mae menggeledah kediaman Logan.

Seorang bayi menangis, di gendongan pelayan muda.


Pelayan itu segera membawa bayi keluar. Diluar, dia bertemu Dong Mae yang menyenderi di dinding kayu.

Pelayan muda : Bisa kubantu, Tuan?

Dong Mae : Aku datang dengan orang-orang yang di dalam itu. Aku bos mereka. Karena itu, aku menunggu di luar sini. Kau bekerja untuk keluarga ini?

Pelayan muda : Ya.

Dong Mae : Menurutmu, mereka bekerja dengan baik?

Pelayan muda tak mengerti, apa?

Dong Mae : Anak buahku mencari dengan saksama? Mereka harus memeriksa setiap sudut. Aku suruh mereka bongkar semuanya.

Pelayan muda : Semua perabot dan peralatan makan yang mahal sudah hancur.

Dong Mae : Lalu kenapa? Bukan milikmu.


Mereka semua keluar dan melapor ke Dong Mae, kalau yang mereka cari tidak ada.

Dong Mae : Kau yakin? Atau kalian hanya tidak becus?

Anak buahnya bilang mereka sudah mencari dengan teliti.

Dong Mae melirik si pelayan muda, kalau begitu, kalian tak menemukannya karena dokumen itu menguap atau karena seseorang sudah menyembunyikannya di tempat aman.

Anak buah Dong Mae bilang, dia mengutus beberapa orang ke pemakaman itu. Mereka akan susul mereka dan mengikuti Nona Taylor.

Anak buah Dong Mae beranjak pergi.


Dong Mae menatap si pelayan muda.

Dong Mae : Kau sedih karena majikanmu sudah mati?

Si bayi menangis.

Dong Mae : Lihat. Bayi itu seperti mengerti ucapanku.

Pelayan : Dia menangis karena takut.

Dong Mae : Aku juga akan segera pergi. Akan tetapi, kenapa dia takut? Aku tidak membunuh orang jika tidak ada untungnya.


Allen memapah Nyonya Taylor yang terus menangis.

Nyonya Taylor hampir jatuh dan Allen langsung memeluknya.

Gwan Soo yang melihat itu kesal.

Gwan Soo : Astaga, sungguh tidak sopan. Mari pergi, Tuan. Duta Besar bilang kita harus selidiki secepatnya setelah anda tiba. Anda lihat sendiri, beliau sibuk. Dia bilang akan minta bantuan Biro Kepolisian, tapi kita yang memimpin.

Yu Jin diam saja menatap Allen.


Allen lalu melihat ke arah Yu Jin.

Yu Jin memegang topinya, menyapa Allen.


Allen menghadap Raja di balai istana, bersama juru bahasa. Di sana, juga sudah ada pejabat2 lain.

Allen : Mafia di mana-mana! Frekuensi serangan teroris keji yang menyasar orang asing ini membuatku merasakan kekhawatiran besar untuk keselamatan rekan-rekan senegaraku. Yang Mulia, aku mohon, berikan wewenang kepada tentara AS untuk ditempatkan di sini demi pulihnya ketertiban umum di Joseon.

Juru bahasa : Dia berkata, mafia ada di mana-mana dan serangan teroris yang menyasar orang asing membuatnya khawatir akan keselamatan rekan-rekan senegaranya. Dia minta wewenang agar tentara AS segera ditempatkan di Joseon demi memulihkan ketertiban umum di negara ini, Yang Mulia.

Se Hun tak setuju, kita punya tentara sendiri. Jangan biarkan tentara AS menjaga ketertiban umum. Tidak masuk akal, Yang Mulia. Jika butuh bantuan, Jepang akan membantu kita seperti sebelumnya.


Jeong Mun tak setuju dengan Se Hun.

Jeong Mun : Jepang tidak dalam posisi untuk membantu saat ini. Faktanya, tentara Jepang menyebabkan banyak masalah. Jika harus mencari bantuan, jangan berpaling kepada Amerika atau Jepang. Menurutku, sebaiknya meminta bantuan Rusia.

Allen : Rusia bahkan tak bisa mengurus diri sendiri saat ini. Amerika Serikat adalah sekutu kuat Korea.


Raja : Se Hun dan Jeong Mun, ada bukti yang menunjukkan bahwa pelaku adalah warga Joseon?

Se Hun dan Jeong Mun sama2 bilang tidak.

Raja : Lantas, kenapa kalian berdua tidak marah mendengar dia berbicara seolah-olah semua warga Joseon adalah komplotan penjahat?

Se Hun dan Jeong Mun terdiam.


Raja menatap Allen.

Raja : Duta Besar Allen. Aku sungguh berduka atas kematian rekan senegaramu. Kabarnya pemakamannya diadakan tadi.

Allen : Benar, Yang Mulia. Aku baru kembali dari pemakaman itu.

Raja : Lalu, kenapa kau terlihat begitu ceria?

Allen : Apa?

Raja : Kalian semua boleh pergi. Aku lelah. Bawakan kopi dan cerutu ke kamarku.


Yu Jin kembali ke lokasi dekat Hwawollu, bersama Gwan Soo.

Gwan Soo : Pasti itu menjadi tontonan terbesar sejak malam lampu jalan pertama menyala dua tahun lalu.

Yu Jin : Ada alasannya?

Gwan Soo : Awalnya hanya ada dua lampu jalan dan akhirnya kita mendapatkan 600 lagi semalam. Jelas menjadi tontonan. Kabarnya banyak orang datang naik kereta dengan keluarganya untuk menyaksikan.

Yu Jin : Artinya, pasti ada sejumlah saksi mata.

Gwan Soo : Ya, Tuan. Di sini seperti hari raya setiap ada acara semacam itu.

Yu Jin : Hubungi Biro Kepolisian dan minta mereka mengumpulkan semua yang menyaksikan, mendengar, atau membicarakannya.

Gwan Soo : Jangan khawatir. Itu bukan masalah. Kejadian itu pun pantas ditonton.

Yu Jin : Aku serahkan kepadamu.

Yu Jin berbalik, hendak memacu kudanya. Gwan Soo tanya, Yu Jin mau kemana. Yu Jin bilang mau pulang. Yu Jin pun memacu kudanya.

Gwan Soo : Bagaimana denganku, Tuan?


Yu Jin udah pergi. Gwan Soo setengah berbisik.

Gwan Soo : Kalau begitu, aku juga pulang.

Bersambung ke part 3...

No comments:

Post a Comment