All Content From : tvN
Ditulis ulang oleh : GioK
Sinopsis Lengkap : Mr. Sunshine
Sebelumnya : Mr. Sunshine Eps 2 Part 2
Selanjutnya : Mr. Sunshine Eps 3 Part 1
Yu Jin pergi ke tepi sungai.
Dia ingat saat kecil, dia masuk ke dalam sampan di pinggir sungai itu dan bersembunyi dibalik jerami.
Dibalik jerami, Yu Jin nangis.
Mata2 Yu Jin berkaca-kaca teringat itu.
Dia berdiri di depan sampan.
Sekarang, Yu Jin duduk, menatap baeksuk yang tersaji di depannya.
Seung Goo datang dan duduk di beranda rumah sederhana, membawa buruannya.
Dia memanggil Hong Pa.
Hong Pa keluar membawa baeksuk untuk Seung Goo.
Hong Pa : Kapan kau tangkap macan? Kau cuma tangkap pegar dan kelinci. Dasar pengecut.
Hong Pa menyuruh Seung Goo makan.
Seung Goo : Penembak biasa sepertiku tak akan bisa menangkap macan.
Hong Pa melirik Yu Jin yang dilihatnya hanya memelototi baeksuk sejak tadi.
Hong Pa : Apa kau mengenal ayam itu? Sedari tadi kau menatapnya dengan sedih, jadi, kukira mungkin dia teman lamamu.
Yu Jin : Aku belum pernah makan ini.
Hong Pa : Tapi dari penampilanmu, kau sanggup beli baeksuk.
Hong Pa menawari Seung Goo arak.
Seung Goo mau. Hong Pa bergegas ke dapur, mengambil arak.
Yu Jin melihat Seung Goo makan ayam dengan lahap.
Tak lama, Hong Pa kembali membawa arak untuk Seung Goo.
Sekarang, Seung Goo sudah kembali bersama Ae Sin. Ae Sin seperti biasa, latihan menembak. Ae Sin membahas Yu Jin. Dia bilang, dua penembak runduk dan satu target.
Ae Sin : Mungkin pihak lain memilih bergerak karena tidak memercayaiku.
Seung Goo : "Pihak lain"?
Ae Sin : Pasukan Kebenaran? Atau salah satu milisi anda? Jika bukan dua itu, mungkin dia anggota pasukan dari Provinsi Gangwon atau Gunung Jiri. Dia tampak kebingungan, tapi bagiku tidak masalah karena dia rekan seperjuangan.
Seung Goo : Punya target yang sama bukan berarti kalian rekan seperjuangan. Ada pepatah, hari ini sekutu, besok mungkin bukan sekutu. Jadi, jangan percaya siapa pun, termasuk aku.
Ae Sin : Aku sudah lama tidak memercayai anda.
Seung Goo : Apa?
Ae Sin : Anda tunawisma. Bagaimana aku bisa percaya?
Seung Goo : Pergilah. Astaga, aku tiba-tiba lelah. Minumanku tinggal sedikit. Sudahi dan pulanglah.
Ae Sin : Baik, Guru. Aku permisi.
Ae Sin pun pergi.
Orang2 berkumpul di depan kedubes AS.
Dua orang yang mengenal Ae Sin kemarin, juga ada di sana.
Geisha yang membuka pintu, juga di sana.
Pria itu, yang mengenal Ae Sin, memberikan kesaksiannya pada Yu Jin.
Dia mengaku tidak melihatnya. Seseorang tidak akan memberitahu rencananya. Dia tak lihat siapapun.
Berikutnya, seorang pria lain juga mengaku tidak memperhatikan yang lain karena terpukau pada lampu2 jalanan.
Geisha yang membuka pintu juga ditanyai.
Geisha : Tuan Taylor, yang di sisiku, roboh. Setelah mendengar tembakan itu, aku menutup mata dan telingaku, lalu bersembunyi.
Yu Jin : Jadi, intinya, tidak seorang pun yang melihat sesuatu.
Lalu wanita yang mengenal Ae Sin, ditanyai.
"Setelah melihat orang barat itu mati, aku keluar untuk melihat apa yang terjadi dan berpapasan dengan Nona Ae Sin."
Gwan Soo kaget, dia juga di sana?
"Ya, aku sangat kaget melihatnya. Dia sudah bilang kepadaku mau ambil rebusan herbalnya. Astaga, aku sangat pelupa."
"Karena semua bilang tidak lihat apa-apa..."
"Dia juga ada di sana."
"Tuan juga ada di sana? Kalau begitu, Tuan pasti juga melihat Nona Ae Sin." ucap Gwan Soo.
"Siapa peduli? Mereka pun tak bisa memanggil Nona Ae Sin." ucap wanita itu.
"Benar, tapi... Dia harus dipanggil, bukan?" tanya Gwan Soo, yang langsung dimarahi para penduduk.
"Berengsek! Aku tahu posisimu tinggi, tapi tidak boleh begitu. Beraninya kau bicara tentang memanggil Nona Ae Sin!"
Gwan Soo berdiri.
"Kau benar juga. Namun, kita harus menginterogasi setiap saksi dengan adil
sesuai dengan hukum. Dia akan mengerti karena dia penuh pengertian. Jangan khawatir, Tuan. Aku pasti akan membawanya."
Gwan Soo ke kediaman Kakek Go, dan dia bertemu Pak Haengrang.
Pak Haengrang kaget, apa katamu? Kau mau membawa Nona Ae Sin ke mana? Kau tidak tahu siapa kakeknya?
Gwan Soo : Pemerintah kita agak tertekan karena warga Amerika mati di sini. Aku minta maaf, tapi ada yang melihatnya di lokasi, jadi, kami harus...
Pak Haengrang : Siapa yang bilang? Siapa yang bilang melihat Nona Ae Sin? Haruskah kucongkel matanya dan menyedot cairannya supaya dia tidak bisa melihat?
Ae Sin muncul, pelankan suaramu.
Pak Haengrang kaget, nona. Sejak kapan di situ?
Pak Haengrang meminta Ae Sin melupakan ucapannya tadi.
Ae Sin : Aku hanya dengar yang terakhir.
Ae Sin lalu bilang pada Gwan Soo, dia tidak bisa datang hari ini atau besok.
Ae Sin : Bagaimana dengan lusa?
Gwan Soo tersenyum lebar, aku akan sampaikan, Nona. Aku meminta maaf atas ketidaknyamanan ini.
Ae Sin lantas melarang Pak Haengrang memberitahu soal itu pada kakeknya.
Pak Haengrang mengerti.
Ae Sin beranjak keluar. Dia bertanya2, siapa yang mengatakan melihatnya di lokasi penembakan.
Lalu Ae Sin teringat Yu Jin.
Dia pun yakin Yu Jin pelakunya.
Komisaris Polisi Jung minum kopi dengan temannya. Temannya untuk pertama kali mencicipi kopi. Temannya langsung tanya, itu racun atau apa? Tidak enak.
"Pelankan suaramu. Sebutannya kopi. Raja sering meminumnya." jawab Komisaris Jung.
Komisaris Jung lantas mengatakan, menurut kabar, Lee Wan Ik akan kembali.
"Kau harus biasakan diri dengan kopi untuk bisa menemuinya." ucap Komisaris Jung.
"Aku memang terlambat bergabung, tapi jangan merendahkanku begitu. Aku belum pernah minum kopi, tapi aku yakin tidak ada orang di sini lebih pro-Jepang daripada aku." jawab temannya.
Seorang pelayan lewat. Teman Komisaris Jung langsung menangkapnya.
"Perlihatkan wajahmu. Berapa harga semalam bersamamu?" tanya teman Komisaris Jung.
"Tolong lepaskan aku, Tuan. Aku pelayan di sini, bukan pelacur." jawab pelayan itu.
"Sama saja." ucap teman Komisaris Jung.
Seorang wanita berkimono namun berwajah Joseon datang, apa yang kau lakukan? Lepaskan dia, Tuan.
Teman Komisaris Jung berkata, jika ia melepaskan pelayan itu, bolehkah dia memegang tangan wanita itu.
Yu Jin yang baru turun, melihat keributan itu.
Teman Komisaris Jung memuji kecantikan wanita itu.
"Kuakui, selera anda bagus, Tuan. Tapi anda tak akan bisa memegang tangan kami."
"Kenapa?" tanya teman Komisaris Jung.
Wanita itu memecahkan tatakan cangkir, lalu melukai tangan teman Komisaris Jung.
Teman Komisaris Jung mengamuk. Komisaris Jung langsung mendiamkannya dan memberitahu siapa wanita itu. Wanita itu Hina Kudo, pemilik Hotel The Glory. Temannya kaget dan tidak percaya wanita yang dia anggap kasar, adalah pemilik hotel.
Hina : Cobalah lebih selektif dalam memilih teman. Aku sangat kecewa, Tuan Jung.
Teman Komisaris Jung : Pemilik? Wanita sial ini adalah pemilik hotel besar ini?
Komisaris Jung : Tutup mulutmu!
Komisaris Jung minta maaf pada Hina mewakili temannya.
Lalu dia mengusir temannya.
"Pergi sekarang juga jika kau masih mengaku pro-Jepang!"
Komisaris Jung dan temannya pergi.
Si pelayan memungut pecahan tatakan sambil meminta maaf pada Hina.
"Nona memecahkan benda mahal itu untukku. Aku sungguh minta maaf, Nona."
"Itu cuma tatakan. Kita bisa beli lagi. Kau lebih penting bagiku. Jika seseorang mau menyakiti atau memanfaatkanmu, gigit orang itu daripada menangis. Mengerti?"
Hina lalu minta maaf pada pengunjungnya.
Hina : Aku menyesali keributan tadi. Aku minta maaf setulus hati. Memang agak gaduh, tapi seru, bukan?
Hina lantas berbalik dan melihat Yu Jin di depan meja resepsionis.
Dia pun bergegas mendekati Hina.
Hina : Sedikit gaduh, bukan? Aku minta maaf.
Yu Jin : Benar, tapi seru.
Hina : Kurasa kita belum pernah bertemu. Anda di kamar berapa?
Yu Jin : Kamar 304.
Hina : Kamar 304? Kabarnya orang Amerika menginap di situ.
Yu Jin : Aku kira hotel ini milik orang Jepang.
Hina pun mengerti bahwa Yu Jin adalah si orang Amerika.
Hina : Aku akan mengirim minuman gratis sebagai permintaan maaf. Mohon diterima. Aku pemilik Hotel Glory, Hina Kudo.
Yu Jin : Aku Eugene Choi.
Hina : Dua orang asing bertemu di Joseon. Mau berjabat tangan?
Yu Jin memberikan saputangannya ke Hina.
Yu Jin : Balut lukamu dahulu. Kau berdarah. Kirimkan jabat tangan itu ke kamarku bersama minuman. Ini kuncinya.
Yu Jin menaruh kunci kamarnya di dalam mangkuk kecil di meja resepsionis.
Yu Jin pergi. Bersamaan dengan itu, Dong Mae datang. Dia melihat kepergian Yu Jin.
Dong Mae : Aku belum pernah lihat dia.
Dong Mae melihat tangan Hina luka.
Dong Mae : Tanganmu terluka?
Hina : Mari kita ke kamar.
Hina membersihkan lukanya dengan air mengalir.
Dong Mae masih penasaran, kau terluka atau melukai? Apa yang terjadi?
Hina : Aku membantu seorang pelayan.
Dong Mae : Kalau begitu, aku harus membantu gadis yang satu ini.
Dong Mae lalu mengobati luka Hina.
Hina : Kau sudah temukan dokumen yang kau cari?
Dong Mae : Kau memang tahu segalanya. Apa lagi yang kau tahu? Kami memeriksa jasad dan rumahnya, tapi hasilnya nihil. Jika kutahu, akan kucari sendiri.
Dong Mae lalu tanya apakah Nyonya Taylor salah satu wanita yang menginap di hotel Hina.
Dong Mae : Jika dia menemui seseorang, aku harus tahu.
Hina : Kau tahu aku tidak pernah memberi informasi soal tamuku, bukan?
Dong Mae : Sia-sialah kebaikanku kepadamu. Aku pergi. Jangan lupa oleskan salep. Bekas luka tidak pantas di tanganmu.
Dong Mae pergi.
Hina lalu terdiam menatap saputangan Yu Jin.
Yu Jin yang lagi minum kopi, terkejut melihat cangkirnya.
Yu Jin : Ini desain cangkir terkini?
Gwan Soo bergegas mendekati Yu Jin.
Gwan Soo : Apa?
Yu Jin : Lupakan.
Yu Jin dari jendela, lalu melihat kedatangan Ae Sin.
Gwan Soo : Aku sudah bilang, anda bisa mengandalkanku.
Ae Sin datang bersama kedua pelayannya.
Pak Haengrang : Lihatlah tempat yang luas ini. Kantor perwakilan bangsa yang besar. Orang bisa buang air di celana saat mencari toiletnya.
Gwan Soo langsung lari keluar, menyambut mereka.
Gwan Soo : Selamat datang, Nona Ae Sin.
Ae Sin dan kedua pelayannya lantas melihat Yu Jin di depan jendela, tengah menatap Ae Sin.
Bu Haman : Bukankah itu orang yang tanya arah tempo hari?
Ae Sin : Dia juga dipanggil?
Gwan Soo : Tidak. Tuan itu tidak dipanggil. Dia memang di sini.
Ae Sin : Apa maksudmu "dia memang di sini"?
Gwan Soo : Dia bekerja di sini. Tuan itu adalah konsul. Dia menyelidiki kasus ini.
Ae Sin kembali menatap Yu Jin.
Ae Sin ke ruangan Yu Jin bersama dua pelayannya dan Gwan Soo.
Ae Sin langsung duduk di kursi Yu Jin. Yu Jin tercengang melihat sikap Ae Sin.
Pak Haengrang : Menurutku, cukup masuk akal jika Nona duduk di sana.
Gwan Soo : Namun, tetap saja canggung.
Ae Sin yang mengira Yu Jin tak bisa bahasa Korea, menyuruh Gwan Soo menterjemahkan kalimatnya.
Ae Sin : Tanya kenapa dia mau menemuiku.
Gwan Soo : Ya, Nona. Nona Ae Sin tanya...
Yu Jin langsung bertanya dengan Bahasa Korea.
Yu Jin : Saat lampu jalan dinyalakan, kau melihat sesuatu atau orang mencurigakan di jalanan Jongno?
Pak Haengrang : Aku bahkan tidak ingat kejadian kemarin.
Gwan Soo : Kau bagaimana? Ada yang teringat? Kau melihat sesuatu?
Bu Haman : Ya. Melihat belanjaanku. Aku memintal kapas dan beli kain untuk musim dingin. Kenapa?
Yu Jin terus menatap Ae Sin, aku tanya kalian bertiga.
Ae Sin : Saat ini, Joseon penuh keganjilan. Salah satunya di hadapanku. Aku mau tahu detail apa yang seharusnya aku lihat.
Ae Sin menyuruh Gwan Soo menanyakan itu pada Yu Jin.
Gwan Soo : Itu....
Bu Haman langsung menyuruhnya diam. Gwan Soo pun diam.
Bu Haman lalu menjelaskan ke Yu Jin kalau Ae Sin tidak akan pernah melihat hal-hal mencurigakan. Dia hanya memandang lurus ke depan saat berjalan dan matanya berbinar seperti marmer kaca. Tidak ada yang bisa melukis mata seperti matanya. Dirinya bagaikan karya seni. Dia anak yang polos. Dia seperti bayi.
Yu Jin : Tetap tidak menjawab.
Ae Sin : Maaf, aku tidak tahu apa-apa.
Yu Jin lalu menyuruh Gwan Soo membawa dua pelayan Ae Sin keluar.
Yu Jin : Tawari mereka teh, beri tahu aku nanti jika kau dengar hal penting.
Bu Haman : Kau menyuruh kami meninggalkan Nona Ae Sin di sini sendirian?
Ae Sin : Tunggu di luar. Jangan cemaskan aku.
Bu Haman : Mana mungkin aku tidak cemas? Nona tak bisa berbicara atau membaca bahasa itu. Nona tidak tahu satu kata pun. Nona buta huruf...
Ae Sin menatap galak Bu Haman.
Bu Haman mengerti dan mengajak Pak Haengrang keluar.
Yu Jin beranjak mendekati Ae Sin.
Yu Jin : Kau tidak terlihat bodoh, jadi, tenanglah. Dirimu bagaikan karya seni. Langsung saja. Ada upacara penyalaan lampu pada hari kejadian itu. Suara berisik generator meredam suara tembakan dan kerumunan saat itu memberikan persembunyian yang sempurna. Tidak heran kau memilih hari itu. Benar, bukan?
Ae Sin : Kenapa menanyakan itu?
Yu Jin : Aku cuma minta bantuan.
Ae Sin : Aku tak berniat membantu.
Yu Jin : Peluru datang dari dua arah. Kau yakin tak melihat salah satu penembaknya?
Ae Sin : Aku tidak lihat.
Ae Sin lantas mendekati Ae Sin. Dia bersender di mejanya dan menutupi sebagian wajah Ae Sin dengan tangannya.
Yu Jin : Sepertinya aku melihat salah satunya.
Ae Sin pun juga melakukan hal yang sama, menutupi sebagian wajah Yu Jin dengan tangannya.
Ae Sin : Jika kau sebut itu mencurigakan. sepertinya aku pun melihatnya.
Bersambung....
No comments:
Post a Comment