Pages

Thursday, June 22, 2023

My Perfect Stranger Eps 14 Part 2

 All Content From KBS2
Ditulis Ulang Oleh : GioK
Sinopsis Lengkap : My Perfect Stranger
Sebelumnya : My Perfect Stranger Eps 14 Part 1
Selanjutnya : My Perfect Stranger Eps 15 Part 1

 
Hae Joon membawa Yoon Young ke pantai.

Hae Joon : Apa pendapatmu tentang laut dari tahun 1987?

Yoon Young : Airnya tampak lebih jernih. Apa itu hanya pikiranku?

Hae Joon : Kau harus memastikannya sendiri begitu kembali.

Yoon Young : Ada banyak hal yang harus dipastikan.

Yoon Young lalu tanya, kenapa Hae Joon tiba-tiba mengajaknya jalan-jalan ke pantai.

Hae Joon : Kalau dipikir-pikir, setelah membawamu jauh ke masa lalu, aku tidak pernah mengajakmu melihat pemandangan indah. Setelah menemukan mesin waktu, aku hidup seolah-olah berpacu dengan waktu. Aku ingin mencoba masa depan berdasarkan apa yang kuketahui pada waktu tertentu. Aku kewalahan. Jadi, aku tidak pernah memikirkan apa yang mau kulakukan saat itu atau dengan siapa dan di mana aku ingin berada. Aku tidak pernah memikirkan hal seperti itu.


Yoon Young : Jadi, saat kau memikirkan itu, kau ingin melihat pemandangan indah denganku?

Hae Joon : Kurasa begitu.

Keduanya tertawa.

Yoon Young lalu tanya apa lagi.

Hae Joon : Apa lagi? Aku ingin memesan makanan favorit seseorang, makanan manis dan asin, dan melihatnya makan dengan lahap.

Yoon Young : Apa lagi?

Hae Joon : Aku ingin mendengarkan dia terus bicara tentang hal-hal sepele, contohnya apa yang dia suka dan benci.

Yoon Young : Aku suka semua jawabanmu. Kau mau uji coba dengan setiap jawaban?

Hae Joon : Tentu.


Mereka pun mampir ke warung kaki lima di pinggir pantai. Yoon Young mencicipi tteokbokki pedas. Hae Joon tersenyum menatap Yoon Young. Yoon Young dengan mulut penuh berkata, kalau tteokbokki adalah hidangan manis dan asin terbaik.

Hae Joon mengangguk-angguk.

Hae Joon lalu tanya, berikutnya.

Yoon Young : Toko buku tua. Aku suka aroma buku tua. Aku suka rasanya di jariku saat membalik buku telepon pudar. Aku suka keseruan bermain berburu harta karun dengan buku-buku tua yang sulit ditemukan.

Hae Joon : Apa lagi?

Yoon Young : Jumat pukul 15.00. Rasanya seolah-olah seluruh dunia milikku tiga jam sebelum pulang kerja. Kau tahu maksudku, bukan?

Hae Joon cengengesan.

Hae Joon : Dahulu aku membawakan berita akhir pekan.

Yoon Young : Begitu rupanya. Kau bekerja di akhir pekan.

Hae Joon : Kalau begitu, kau pasti benci hari Senin.

Yoon Young : Hari Minggu pukul 21.00. Saat itulah suasana hatiku rusak.

Hae Joon : Saat itulah aku mulai tampil di TV.

Yoon Young : Aku akan mulai menyukai Minggu malam.

Keduanya tertawa lagi.


Yoon Young lanjut makan.

Yoon Young : Ini pasti kedai tteokbokki populer pada tahun 1987. Kue berasnya kenyal sekali. Enak sekali.

Yoon Young ingin menyuapi Hae Joon.

Namun Hae Joon bilang dia punya makanannya sendiri.


Hae Joon dan Yoon Young lanjut jalan-jalan di pinggir pantai.

Yoon Young : Bus 540. Saat merasa sedih, aku hanya duduk di halte bus. Aku hanya naik sembarang bus dan duduk di sana tanpa berpikir. Aku hanya melihat ke luar jendela. Setelah bus selesai rute, entah kenapa aku merasa lebih baik. Serta di antara semua bus, Bus 540 memiliki pemandangan terbaik.

Hae Joon : Aku harus ingat itu. Apa lagi?

Yoon Young : Apa lagi, ya? Aku ingin berhenti di sini. Itu seharusnya uji coba.


Mereka berhenti berjalan.

Yoon Young lantas bilang dia ingin mendengar apa yang mau dikatakan Hae Joon.

Yoon Young : Itu sebabnya kau membawaku jauh-jauh ke sini. Kasusnya bahkan belum ditutup. Tidak mungkin kau membawaku kemari tanpa alasan. Sesulit apa bagimu untuk membahasnya? Kenapa kita di sini?

Hae Joon : Apa pun yang kulakukan, kau akan memercayaiku, bukan?

Yoon Young : Ada apa ini?

Hae Joon : Aku tidak bisa memberitahumu apa yang akan kulakukan sekarang. Namun, aku bisa berjanji tidak akan terjadi apa-apa kepadaku. Jadi, jangan khawatir. Serta tunggu saja aku.

Yoon Young terdiam sejenak sambil menatap cemas Hae Joon. Tak lama kemudian, dia mengangguk.


Hari sudah malam. Hae Joon lewat di depan Kedai Teh Bong Bong. Dan, dia berhenti melangkah saat melihat plang pemberitahuan bahwa kedai teh tutup permanen. Chung A keluar, sambil membawa kotak berisi baju bayinya dan menyandang tas. Dia terkejut melihat Hae Joon. Hae Joon langsung canggung.

Hae Joon : Kau mau pergi sekarang?

Chung A : Ya.

Hae Joon pergi. Namun Chung A memanggilnya, minta diantarin sampai ke terminal bus.

Chung A : Ini menakutkan karena gelap.


Hae Joon pun menemani Chung A berjalan kaki menuju terminal bus.

Chung A : Orang-orang merekam banyak hal di sekitar kota. Kudengar itu karena kau melaporkannya. Kudengar kau memberikan informasi kepada mereka. Semua orang membicarakannya. Itu bahkan bukan urusanmu. Kau tidak takut?

Hae Joon : Bagaimanapun, ini urusanku. Tinggal di kota dengan pembunuh berkeliaran berarti seseorang yang dekat denganku bisa terus dalam bahaya. Ada banyak orang yang ingin kulindungi.

Chung A : Kau pria yang baik. Namun, aku yakin ibumu tidak akan berpikir begitu.


Hae Joon langsung berhenti berjalan mendengar kata2 Chung A.

Chung A yang merasa Hae Joon tidak bersamanya, berhenti berjalan. Dia berbalik dan menoleh menatap Hae Joon yang terdiam memandanginya. Melihat reaksi Hae Joon, Chung A tanya, apa dia kelewat batas lagi. Chung A pun minta maaf.

Chung A : Jika putraku mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan seseorang, aku akan sangat khawatir.

Hae Joon : Kurasa aku tidak pernah meminta pendapatmu.

Chung A : Baiklah. Maafkan aku.


Hae Joon dan Chung A duduk di depan toserba Woojung.

Hae Joon tanya, apa yang Chung A pegang.

Chung A cerita, bayi dalam kandungannya.

Chung A : Aku mengumpulkan ini untuk bayinya. Aku membuat beberapa, dan aku membeli beberapa karena cantik.


Chung A menunjukkan sepatu bayi yang lucu dan imut.

Chung A : Bukankah sepatu ini manis sekali? Bagaimana bisa sekecil ini? Ini bahkan lebih kecil dari tanganku. Rasanya aneh memikirkan dia berjalan memakai ini.

Hae Joon : Hanya mereka yang putus asa untuk punya anak yang mengumpulkan itu, bukan?

Chung A : Ya, aku sudah menunggu. Aku sudah menamainya. Hae untuk "salam" dan Joon untuk "kebahagiaan". Seseorang yang akan senang kau temui. Hae Joon. Kau terkejut karena dia punya namamu, bukan? Aku merasakan hal yang sama. Aku yakin artinya berbeda. Aku sangat ingin bertemu bayiku yang berharga yang kumiliki dengan seseorang yang kucintai. Jika anakku melihatku dengan mata berbinar, aku akan menganggapnya sangat cantik.


Hae Joon : Kau bahkan berpikir seperti itu. Jadi, kenapa kau pergi?

Chung A : Karena aku tidak yakin lagi.


Bus datang.

Chung A : Aku pergi. Terima kasih sudah mengantarku. Jaga dirimu.

Chung A masuk ke bus.

Hae Joon terdiam menatap kepergian Chung A.


Setelah Chung A pergi, Hae Joon menatap jamnya.

Sudah jam sembilan.


Siaran berita KSBC Pukul Sembilan dimulai dengan Reporter Kim sebagai penyiarnya.

Reporter Kim : Acara berita kami akan melaporkan secara eksklusif dua kasus, yaitu format yang belum pernah kami tampilkan. Akan dibagi menjadi dua bagian, dan setiap kasus diselidiki secara detail. Kasus pertama mengenai kasus pembunuhan berantai di kota tempat tidak ada kejahatan selama lima tahun berturut-turut.

Orang2 mulai berkumpul, menonton berita.

"Itu laporan yang mereka rekam di kota kita beberapa hari, bukan?"

"Benar. Berandal yang meninggalkan catatan di kotak korek api."

Reporter Kim : Woojung-gun, Woojung-ri yang telah terpilih sebagai desa bebas kejahatan selama lima tahun berturut-turut, tiga kasus pembunuhan terjadi dalam 30 hari terakhir. Mei lalu, pelaku membunuh dua wanita secara brutal, dan mereka meninggalkan tanda khas pada para korban. Salah satunya adalah catatan tempat mereka meninggalkan pesan. Ada di kotak korek api ini. Ini dibuat oleh kedai teh yang paling sering dikunjungi anak muda di kota ini. Berdasarkan fakta itu, polisi menduga pelakunya adalah pemuda dari kota yang sama yang sering datang ke kedai teh yang sama. Mereka memeriksa pelanggan yang mungkin tersangka dengan menanyai mereka, tapi belum ada hasil yang signifikan. Pada tanggal 4, korban yang selamat dari insiden lain diancam oleh pelaku sekali lagi, membuat seluruh desa terkejut.


Wawancara Soon Ae ditampilkan, dengan wajah dan suara di blur.

Soon Ae : Saat melihat tulisan tangan ini, saya merasa seolah-olah pelakunya mengawasi saya di samping saya.


Orang2 desa mulai bergosip.

"Astaga. Sungguh pria yang mengerikan."

"Mungkinkah dia benar-benar seseorang dari kota kita? Mungkin dia ada di antara kita."


Di kamar sebuah rumah sakit, Soon Ae menonton itu bersama keluarganya dan juga Yoon Young.

Reporter Kim : Berikutnya adalah laporan eksklusif yang dibuat oleh saksi yang diperoleh reporter. Saksi yang kami wawancarai adalah saksi tambahan yang telah membuat laporan yang bisa penting dalam menangkap pelakunya. Pemirsa. Tolong perhatikan selagi kalian menonton.


Hae Joon diwawancara, namun wajah dan suaranya tidak disamarkan.

Hae Joon : Saya guru Sastra Korea di SMA Woojung, Yoon Hae Jun. Pada malam tanggal 4, saya menyaksikan apa yang terjadi di rumah kosong untuk kasus pembunuhan ketiga. Saya mengejar pelakunya dan berlari ke arah gunung di belakang.


Soon Ae yang menonton itu kaget.

Soon Ae : Pak Yoon benar-benar melakukan wawancara? Dia bilang akan mengaburkan wajahku, tapi kenapa dia mengungkap wajah Pak Yoon?

Yoon Young yang cemas, langsung kembali ke Woojung-ri.


Hae Joon : Menurut yang saya lihat, dia memakai topi dan jaket hitam. Bagian belakang punggungnya robek secara vertikal.

Hae Kyung, Eun Ha dan Yuri juga menonton.

Eun Ha cemas, apa boleh mengekspos wajahnya seperti itu?

Yuri : Benar, bukan? Dia berusaha menutupi yang lain. Namun, dengan identitasnya...


Hee Seob menonton bersama Yu Seob. Yu Seob nampak marah. Hee Seob heran melihatnya.

Hee Seob : Apa yang kakak pikirkan?

Yu Seob : Kakak hanya sangat marah.


Reporter Kim tanya ada hal lain yang mau Hae Joon katakan.

Hae Joon : Saat mengejar pelakunya, saya melihat wajahnya sendiri. Jika bertemu dengannya lagi, saya yakin bisa mengenalinya.


Yeon Woo menonton dengan ayahnya.

Dia kaget mendengar pengakuan Hae Joon.


Hae Joon kembali ke rumahnya. Dong Sik sudah bersiap. Dia bersembunyi di rumah Soon Ae.

Hae Joon melihat Dong Sik dan teringat pembicaraan mereka sebelumnya.


Hae Joon : Karena kedua rumah kosong sekarang, kita hanya perlu menunggu sampai besok malam.

Dong Sik : Menurutmu dia benar-benar akan datang?

Hae Joon : Jika menonton berita, dia pasti akan datang. Akan sulit untuk menahan diri usai mendengar aku melihat wajahnya.


Hae Joon masuk ke rumahnya dan mulai bersembunyi. Tak lama, sebuah bayangan datang. Hae Joon mengintip. Namun, yang dilihatnya justru Chung A. Hae Joon kaget dan bergegas mendekati Chung A.

Hae Joon : Kenapa kau di sini?

Chung A : Yang kau katakan di berita... Bagaimana kau bilang kamu melihat wajah pelakunya. Kau berbohong, bukan?

Hae Joon : Apa?

Chung A : Apa yang akan kau lakukan jika dia datang dan menemukanmu? Kenapa kau melakukan hal yang sangat berbahaya? Ayo pergi dari sini sekarang.

Hae Joon : Bagaimana kau tahu? Bagaimana kau tahu aku berbohong? Bagaimana kau tahu aku tidak melihat wajahnya? Bagaimana kau begitu yakin?

Chung A : Karena jika kau melihat wajahnya, tidak mungkin kau tidak tahu. Tidak mungkin kau bisa mengatakan hal seperti itu.

Hae Joon : Kau tahu siapa pelakunya?


Chung A menunjukkan rajutannya dari benang wol merah.

Chung A : Di kotak bayi itu, ada ini juga. Dia seharusnya lahir di musim dingin. Aku ingin dia tetap hangat. Aku membuatnya sendiri. Menurutmu kau tahu apa ini?

Hae Joon ingat itu adalah tali yang digunakan pelaku mengikat Ju Young, Kyung Ae dan Soon Ae.

Chung A : Semuanya milikku. Tali yang digunakan untuk mengikat orang-orang itu, dan kotak korek api itu... Semuanya milikku. Hae Joon kami... Aku sangat ingin bertemu dengannya. Namun, kini aku tidak tahu harus bagaimana. Dia... Bedebah itu...


Hae Joon kaget, orang itu. Ayah bayi itu adalah pelakunya? Itu sebabnya kau pergi?

Chung A : Aku takut. Itu mengerikan. Aku tidak bisa lagi berada di samping pria seperti dia. Bahkan bayi ini yang sudah lama kutunggu. Aku tidak tahu lagi. Aku tidak sabar melihat bayiku lagi. Aku tidak ingin bertemu dengannya lagi. Fakta bahwa bayi ini adalah anaknya sangat mengerikan dan menakutkan.



Yeon Woo muncul!

Dong Sik terkejut melihat Yeon Woo.

Dong Sik : Apa-apaan ini? Kenapa dia?

Dong Sik tak sengaja membuat suara. Yeon Woo yang mendengar itu, langsung kabur.

Dong Sik mengejar Yeon Woo.


Hae Joon yang habis mendengar pengakuan Chung A, langsung memeriksa garasinya.

Dan mobil merahnya hilang!

Hae Joon yang tahu harus kemana, langsung bertindak.


Yeon Woo melajukan mobil merah menuju terowongan. Dia mau kabur. Tepat saat itu, Hae Joon muncul di depan mobil. Yeon Woo menabrak Hae Joon. Tubuh Hae Joon terpental dan membentur batu. Hae Joon kesakitan. Yeon Woo turun dari mobil dan menatap Hae Joon yang kesakitan. Hae Joon yang kesakitan, terkejut melihat Yeon Woo.

Bersambung.....

No comments:

Post a Comment