Mr. Sunshine Eps 1 Part 1

 All Content From : tvN
Penulis : GioK
Sinopsis Lengkap : Mr. Sunshine
Selanjutnya : Mr. Sunshine Eps 1 Part 2


 -Toko Kotak Musik New York-

Seorang pria berseragam berhenti di depan kaca sebuah toko yang menjual kotak music.

Pria itu terdiam menatap kotak music berwarna cokelat.

Sebuah lagu sedih mengalun dari kotak music itu.




Keesokan harinya, pria itu berjalan di teras sebuah bangunan yang dipenuhi pilar tinggi. Dua orang pria berseragam sama dengannya, berpapasan dengannya. Dua pria itu itu memberi hormat kepadanya. Dia pun balas dengan melakukan hal yang sama.


Pria itu lalu masuk ke sebuah ruangan, setelah mengetuk pintu. Pria pemilik ruangan menawarinya minum, namun dia menolak. Pria itu kemudian bertanya, bukankah pria pemilik ruangan seharusnya berada di rumah sakit. Pria pemilik ruangan bilang kata dokter dia bisa berjalan tapi tidak bisa menembak lagi.

"Yeah, it's okay. I survived at least. By the way, how did you get me out of that ditch?" tanya pria pemilik ruangan.

Pria itu bilang, dia pikir dia bisa dapat promosi jika melakukan itu. Pria pemilik ruangan berkata, "Eugene, your plan succeeded. We made it big! We got promotion and a call from the White House!"


Eugene dan pria pemilik ruangan lantas menemui Presiden Teodore Roosevelt.

"Gentleman, everything has been good for us, thus far and we owe it to the frontiers. Thanks to the Spanish-American war, we have claimed new frontiers such as, The Philippines, Guam and Puerto Rico. From now own on, rather than focusing on the Atlantic European Region, our future depends on the Pacific Region around China."

Eugene dan pria pemilik ruangan mengerti.

"Mayor Kyle Moore, Captain Eugene Choi! Speak softly, carry a big stick, and set off to Joseon."

Mayor Kyle dan Eugene mengerti.


Mereka beranjak keluar.

Sambil berjalan, Mayor Kyle tanya apa itu berita bagus atau buruk buat Eugene. Mayor Kyle lalu tanya kabar Joseon. Dia bilang, dalam periode yang sesensitif ini, apalagi Eugene sebagai legasi Amerika, dapat menjadi dukungan bagi Joseon.

Mayor Kyle : Joseon is your homeland, isn't it?

Eugene bilang Joseon bukan tanah airnya. Dia memang lahir di Joseon tapi Amerika lah tanah airnya karena Joseon tidak pernah menerimanya. Mayor Kyle tak bicara lagi soal Joseon. Dia mengerti perasaan Eugene.


Sekarang di ruangannya, Eugene membaca laporan dari Laksamana John Rodgers. Matanya menatap foto-foto rakyat Joseon yang terjejer di meja. Tangannya lalu meraih sebuah peta. Dia menatap peta itu dengan tatapan pedih.


-10 Juni 1871, Tahun ke-8 Pemerintahan Gojong-

Sejumlah kapal Amerika mengarungi lautan menuju Joseon.

Seseorang memacu kuda menuju istana.


Song Young, Kim Pan Seo dan Lee Se Hun menghadap Raja. Song Young bilang, di perairan pesisir Ganghwa, tampak lima kapal perang Amerika. Mereka minta izin untuk menjelajahi Ganghwa. Kemudian, mereka menuduh kita membakar satu kapal asing di Pyongyang pada tahun 1866. Namun, kini mereka ingin menjalin hubungan diplomatik dengan kita.

Raja : Negara macam apa Amerika ini?

Kim Pan Seo : Amerika adalah suatu negara yang didirikan oleh Washington yang bernegosiasi dengan Inggris. Baginda dapat anggap sebagai desa kecil dan para penduduknya tidak berbeda dengan orang barbar.

Lee Se Hun : Baginda harus melawan mereka.

Raja yang usianya masih muda itu tidak tahu harus mengambil keputusan apa.

Pan Seo pun langsung mengatakan bahwa mereka tidak boleh menjalin diplomasi dengan bangsa barbar.

Pan Seo : Tambah pasukan dan meriam di Ganghwa. Dua unit Korps Pelatihan Militer, 300 orang Penumpas Khusus, seribu geun bubuk mesiu, sepuluh pebusur silang, dan 300 orang pemanah.

Raja pun menerima saran Pan Seo.


Di rumahnya, Pan Seo melanjutkan pembicaraannya di istana tadi dengan Se Hun.

Pan Seo : Hanya empat unit lagi yang ditambahkan di Ganghwa? Paling banyak hanya 500 prajurit. Bagaimana bisa cukup? Senjata mereka mungkin lebih banyak dari kita.

Se Hun : Kau tahu sifat Pengawas. Dia lebih mencemaskan pemberontakan daripada orang barbar Barat. Dia cemas akan ada pemberontakan setelah lebih banyak pasukan dikirimkan.

Pan Seo : Dia memang berpandangan jauh ke depan, ya?

Pan Seo tertawa.


Pelayan Pan Seo muncul membawa hidangan. Se Hun terpana melihat kecantikan Pan Seo. Melihat tatapan Se Hun pada pelayannya, Pan Seo pun mengerti kalau Se Hun menyukai pelayannya. Pelayan Pan Seo kemudian pergi.


Pan Seo : Kabarnya, kau pindah ke rumah lebih besar. Pasti kau butuh lebih banyak pelayan wanita.

Se Hun terus menatap kepergian si pelayan.

Se Hun : Untuk melayani Pengawas, kurasa aku harus menjadi Hakim Kepala ibu kota.

Pan Seo : Ya, tentu saja. Astaga. Namun, bukankah jabatan itu sudah diisi orang lain?

Se Hun : Mungkin saja besok kosong.

Pan Seo tertawa lagi, dasar cerdik. Tapi. wanita itu sudah menikah. Biar aku carikan perawan...

Se Hun membanting cawannya ke meja dengan keras.

Se Hun : Melihat sikapmu ini, pantas kariermu tidak pernah maju. Kau bisa kosongkan posisi yang terisi dengan paksa dan menyingkirkan suami orang jika ada.


Tanpa mereka sadari, suami si pelayan mendengar obrolan mereka.

Dia pun was-was.


Besoknya, seorang anak kepayahan membawa tumpukan kayu bakar di punggungnya. Anak itu tiba2 berhenti berjalan saat mendengar suara gagak. Dia pun mendongak, menatap langit. Tiba2, terdengar suara yang bertanya, apa yang sedang anak itu lakukan. Anak itu menoleh, menatap Go Sa Hong yang tengah duduk istirahat di depan anak itu, ditemani pelayannya, Pak Haengrang.

Anak itu bilang dia tengah menatap langit.

Kakek Go ingin tahu alasan anak itu menatap langit.

Anak itu bilang dia memikirkan alasan seekor burung hitam bisa merusak pemandangan langit.

Kakek Go lalu bertanya, anak itu bekerja untuk keluarga mana.

Anak itu balik tanya, kenapa Kakek Go bertanya.

Kakek Go : Matamu harus tertuju ke tanah. Langit terlalu tinggi untukmu. Jika budak melihat atau membidik tinggi, mereka cenderung mati muda.

Anak itu bilang dia tahu. Dia lantas melanjutkan perjalanannya.

Kakek Go memandangi kepergiannya.


Di hadapan kerumunan para budak, si pelayan wanita kemarin dan suaminya dimarahi oleh Pan Seo.

Pan Seo : Aku tahu mimpi semalam adalah pertanda baik. Inilah yang disebut keberuntungan. Kalian, para budak, berani mencoba kabur? Terutama kalian.

Pan Seo lalu memerintahkan pengawalnya membunuh suami si pelayan wanita.

Pengawal Pan Seo menendang suami pelayan wanita, hingga dia tersungkur di tikar. Melihat itu, pelayan wanita berteriak memohon agar Pan Seo mengampuni mereka. Dia bilang, yang salah dia, bukan suaminya. Dia yang mengajak suaminya untuk lari. Namun Pan Seo tidak peduli.


Anak yang tadi bertemu Kakek Go datang. Ternyata budak yang dihukum secara keji oleh Pan Seo adalah orang tuanya. Melihat orang tuanya dalam masalah, dia pun menaruh tumpukan kayu di punggungnya ke bawah dan berlari ke orang tuanya. Para budak yang berkerumun mencegah anak itu mendekat. Namun Pan Seo keburu melihat anak itu.

Pan Seo : Anak itu pasti tahu juga.

Si pelayan wanita ketakutan, dia tidak tahu, Tuan. Kumohon percayalah! Tolong jangan bunuh mereka, Tuan!


Pan Seo : Anak harus memikul dosa orang tuanya. Duduk di sana dan lihatlah. Perhatikan dan pahami apa yang terjadi kepada budak yang tidak taat.

Anak itu berlari ke dalam pelukan ibunya, melihat sang ayah dipukuli.


Untuk menyelamatkan ayahnya, anak itu berlari mendekati Kim An Pyung, putra Pan Seo.

"Tuan Muda, tolong bantu kami. Tolong bantu ayahku, Tuan Muda. Dia bisa mati!"

Namun An Pyung mendorong anak itu ke tanah.

An Pyung : Ayahku akan menggulungku juga. Pergi.


Pan Seo pun memerintahkan pengawalnya membunuh anak itu juga.

Pan Seo : Aku mungkin akan merugi, tapi ini akan jadi pelajaran untuk budak lain, jadi, ini bukan kerugian.

Si pelayan wanita histeris melihat anaknya dipukuli.

"Yu Jin-ah!"


Tak terima anaknya dipukuli, si pelayan wanita mendekati istri An Pyung.

Dia melepaskan tusuk rambut Ho Sun lalu menodong leher Ho Sun dengan tusuk rambut itu. Ho Sun dan An Pyung ketakutan. Pan Seo marah dan menyuruh pengawalnya menangkap si pelayan wanita. Untuk menghentikan pengawal mendekatinya, si pelayan wanita menusuk leher Ho Sun.

"Jika kalian bergerak, aku bunuh dia."

Ho Sun marah dan menyuruh para pengawal diam.

Ho Sun juga memarahi si pelayan wanita karena berani mengancamnya.


Si pelayan wanita terus mengancam. Kali ini, dia mengancam akan menusuk perut Ho Sun yang tengah hamil tua.

"Sayatan berikutnya akan lebih dalam. Selamatkan anak-anakmu dan aku akan menyelamatkan anakku."

Ho Sun pun melemparkan hiasan di bajunya ke depan Yu Jin.

Pelayan wanita itu menyuruh Yu Jin mengambil hiasan itu.

"Itu setara tiga mal beras. Jangan terima kurang dari itu. Ambil dan lari. Jangan pernah kembali."


Yu Jin pun mengambil hiasan itu dan terdiam memandangi ibunya.

An Pyung yang tak mau anak istrinya celaka, menyuruh Yu Jin pergi.

Yu Jin masih diam.


Pelayan wanita pun berkata, kematian mereka tidak akan sia-sia jika Yoo Jin lari.

"Cepat. Pergilah sejauh mungkin."

Yu Jin pun pergi.


Melihat anaknya sudah pergi, si pelayan wanita melepaskan Ho Sun dan terduduk lemas.

An Pyung dan pelayan Ho Sun pun bergegas mendekati Ho Sun. Pelayan bilang Ho Sun akan segera melahirkan.


Melihat Yu Jin pergi, Pan Seo segera melancarkan panahnya ke arah Yu Jin.

Namun Yu Jin keburu pergi.

Para pengawal Pan Seo mengejar Yu Jin.


Si pelayan wanita menatap Pan Seo dengan tatapan penuh kebencian.

Pan Seo mengarahkan panahnya ke si pelayan wanita.

"Bunuh aku." ucap si pelayan wanita.

Pan Seo bilang dia sangat ingin membunuh si pelayan wanita tapi kesuksesannya di dunia bergantung kepada si pelayan wanita.


Pan Seo akhirnya melepaskan panahnya ke arah suami si pelayan wanita.

Suami si pelayan wanita tewas seketika.

Melihat suaminya tewas, si pelayan wanita menceburkan dirinya ke dalam sumur.


Yu Jin yang masih belum jauh, menyaksikan ayah dan ibunya tewas. Dia hanya bisa terisak.

Sobekan baju tampak di tiang sumur dan sepatu si pelayan wanita mengapung di sumur.

Sepatu si pelayan wanita kemudian tenggelam.


Yu Jin yang ingat kata2 ibunya yang menyuruhnya lari, akhirnya menyimpan hiasan itu di dalam bajunya dan melarikan diri.

Para pengawal terus memburunya.


Pan Seo mengambil Il Sik dan Choon Sik ke kediamannya.

An Pyung menjelaskan deskripsi Yu Jin ke mereka.

An Pyung : Matanya sangat cerah. Rambutnya kusut, tapi cocok dengannya kemudian hidungnya...

Pan Seo marah mendengar deskripsi anaknya.

Anaknya membela diri, apa? Memang begitu rupanya.

Pan Seo melemparkan kepingan uang ke hadapan Il Sik.

Pan Seo : Usianya sembilan tahun. Waktumu enam hari.

Il Sik : Jangan khawatir, Tuan.

An Pyung : Kenapa buang uang mencarinya? Kedinginan dan kelaparan...

Pan Seo : Tutup mulutmu! Anak itu adalah aset.


Choon Sik selesai melukis wajah Yu Jin.

Yu Jin terus berlari.

Entah sudah berapa hari dia berlalu. Yu Jin bertahan hidup dengan memakan ubi mentah di ladang.


Sementara itu, Il Sik dan Choon Sik terus memburu Yu Jin. Jarak mereka semakin dekat. Choon Sik menunjukkan lukisan wajah Yoo Jin ke salah satu penduduk. Salah satu penduduk memberitahu kemana perginya Yu Jin.

Singkat cerita ya, Il Sik dan Choon Sik kehilangan jejak Yu Jin.


Ho Sun menimang bayinya yang baru lahir.

Tak lama, dia terdiam memegangi bekas lukanya.


Besoknya, Yu Jin yang kelaparan mengipas makanan di rumah Hwang Eun San, seorang pembuat gerabah.

Eun San menangkap basah Yu Jin, membuat Yu Jin tersedak.

Eun San : Kau suka semua makanan itu? Bisa sakit jika makan buru-buru. Sumurnya di sana.

Eun San membiarkan Yu Jin makan.


Selesai makan, Yu Jin memberikan Eun San hiasan baju Ho Sun.

Yu Jin : Harganya tiga mal beras, tapi aku terima dua setengah saja. Sisanya untuk makanan tadi.

Eun San : Apa gunanya itu untukku? Untuk kukenakan?

Yu Jin : Anda bisa untung jika menjualnya.

Eun San : Dapat dari mana? Kau seperti budak yang melarikan diri atau anak jagal yang telantar. Bagaimana bisa aku menjual barang curian? Aku tidak bodoh.

Yu Jin : Ini bukan curian. Ini setara nyawa ibuku.

Eun San : Perhiasan itu setara dengan nyawa dan sedikit makanan? Mahal sekali. Terlalu mahal untukku. Bawa itu pergi. Aku sibuk.

Yu Jin : Kalau begitu, beri aku dua mal beras dan izinkan aku menginap. Aku sangat lelah.

Eun San : Sudah kubilang, aku sibuk.


Joseph, seorang pria Amerika, datang memanggil Eun San.

Eun San kesal, astaga. Apa dia menelan hwatong Kenapa suaranya lantang?

Bersambung ke part 2....

Mr. Sunshine Eps 1 Part 1 Mr. Sunshine Eps 1 Part 1 Reviewed by GioK on May 24, 2023 Rating: 5

No comments