My Perfect Stranger Eps 6 Part 1

All Content From : KBS2
Penulis : GioK
Sinopsis Lengkap : My Perfect Stranger
Sebelumnya : My Perfect Stranger Episode 5
Selanjutnya : My Perfect Stranger Eps 6 Part 2



Hae Joon sengaja ke kedai teh untuk mencari tahu siapa pria bertopi biru.

Tak lama, pria itu datang dan dia adalah Baek Hee Seob! Hee Seob masuk sambil mainin cincin Ju Young.


Hae Joon kembali ke rumah. Sebelum masuk, dia menghela nafasnya sebentar. Hae Joon mau membuka pagar, tapi pagarnya duluan dibuka Yoon Young dari dalam. Sontak lah Hae Joon kaget Yoon Young mendadak muncul di depannya. Yoon Young menatap kesal Hae Joon, lalu dia menarik Hae Joon ke dalam. Hae Joon terheran-heran dengan sikap Yoon Young.

Yoon Young : Kau tahu pukul berapa ini?

Hae Joon melihat jamnya sebentar. Setelah itu, dia kembali menatap Yoon Young dengan wajah bingung. Hae Joon bilang iya.

Yoon Young mengomel.

Yoon Young : Kalau begitu, kau tahu bagaimana rasanya menunggu seseorang yang pergi menemui pembunuh? Kau bilang hanya akan memeriksa wajahnya, tapi kau pergi selama tiga jam!

Yoon Young kesal, astaga. Apa itu tadi? Aku khawatir kau mungkin mengejarnya dan terluka seperti semalam. Apa kau terluka?

Hae Joon : Tidak.

Yoon Young : Aku tidak bisa menelepon polisi atau keluar untuk mencarimu. Karena kita hidup di tahun 1987 yang bodoh ini, aku bahkan tidak bisa meneleponmu. Aku hampir gila di sini.

Hae Joon : Maafkan aku.

Yoon Young lantas menatap Hae Joon lekat2. Dia tanya apa si pria bertopi biru itu muncul.

Hae Joon : Ya.

Yoon Young : Siapa dia?

Hae Joon kebingungan menjawab.


Lalu dia ingat 3 jam lalu, ketika si pria bertopi biru muncul dan dia adalah Hee Seob.

Narasi Hae Joon terdengar, dia ayahmu. Baek Hee Seob.

Hae Joon mendengus kesal, sial.

Narasi Hae Joon terdengar lagi.

Hae Joon : Tanggal 14 Mei 1987. Itu hari kasus pembunuhan pertama terjadi. Pria yang bertemu dengan korban, Lee Ju Young, hari itu adalah ayahnya? Jika pria bertopi biru adalah pelaku sebenarnya, itu artinya dia bahkan membunuh ibunya. Jadi, dia bahkan membunuh istrinya sendiri.



Hae Joon lalu menatap kotak korek api.

Hae Joon : Lalu aku. Aku tidak bisa memihak. Aku harus tetap tenang dan objektif. Mari kita rangkum. Jika semuanya tetap sama, Lee Ju Young seharusnya tiba tujuh menit sebelum dia.


Hae Joon membayangkan saat Ju Young duduk sendirian di kedai teh.

Lalu dia ingat kata2 Ju Young saat dia menyembunyikan Ju Young di rumahnya.

Ju Young : Jika tidak terjadi apa-apa hari ini, aku akan mengunjungi kedai teh sepulang sekolah. Aku ingin minum kopi sendiri dan menyelesaikan buku yang kubaca. Aku sungguh tidak punya rencana untuk bertemu siapa pun.

Narasi Hae Joon kembali terdengar.

Hae Joon : Namun, akhirnya dia menemui seseorang yang tidak dia rencanakan. Aku tidak mau membicarakan ini. Pria bertopi biru, Baek Hee Seob.


Hae Joon lalu membayangkan Hee Seob bertengkar dengan Ju Young.

Narasi Hae Joon terdengar lagi.

Hae Joon : Entah kenapa, mereka berdua bertengkar. Satu-satunya orang yang menyaksikan pertengkaran mereka adalah...


Hae Joon menoleh ke meja counter, "pemilik Kedai Teh Bong Bong."

Hae Joon kaget Chung A tidak ada.

Hae Joon : Ke mana dia pergi?


Tiba2, Bum Ryong datang menemui Hee Seob.

Hae Joon makin kaget, ada lebih banyak orang.

Bum Ryong minta maaf karena terlambat. Dia bilang dia terlambat karena mendengar kabar gila dalam perjalanan ke kedai teh.

Bum Ryong : Ingat ada keributan besar di sekolah pagi ini karena guru magang itu? Kau tahu kenapa?

Bum Ryong lirik2 sana sini. Setelah itu dia berbisik ke Hee Seob.

Bum Ryong : Ternyata dia komunis. Kau tidak menonton berita? Para mahasiswa ini menggila dan melakukan protes. Ingat lagu aneh yang dia nyanyikan di piknik sekolah? Itu yang orang nyanyikan di protes itu. Aku yakin dia juga akan memengaruhi kita. Bukankah itu menakutkan?

Hee Seob : Ya, itu menakutkan.

Bum Ryong : Benar, bukan? Astaga. Memikirkannya saja membuatku merinding. Orang tuaku...


Hee Seob lantas menaruh cincin Ju Young di atas meja.

Sontak, Bum Ryong langsung diam melihat cincin Ju Young.

Hee Seob : Karena temanku melakukan hal seperti ini.

Bum Ryong : Bagaimana kau tahu?

Hee Seob : Kau bilang sedang buang air besar. Namun, aku penasaran kenapa tidak pernah bau.


Kita diperlihatkan flashback, ketika Hee Seob ke toilet dan Bum Ryong lagi BAB.

Hee Seob teriak manggilin Bum Ryong.

Hee Seob : Hei, Yoo Bum Ryong. Kau masih belum selesai?

Bum Ryong teriak dalam bilik toilet, belum. Banyak yang harus kukeluarkan, terutama hari ini.

Hee Seob : Hei, aku tidak tahu ini soal apa, tapi ada keributan besar di sekolah kita. Polisi berkerumun di sekolah kita. Lalu mereka mencari guru magang.

Mendengar itu, Bum Ryong langsung lari keluar.

Hee Seob melirik ke arah bilik toilet yang tadi dipakai Bum Ryong.

Hee Seob : Astaga, berandal itu. Dia tidak menyiram toilet.

Hee Seob mendekat. Dia mau menyiram WC namun saat masuk, WC nya bersih.

Tentu saja Hee Seob heran. Hee Seob lantas mengedarkan pandangannya dan melihat keramik yang lepas.

Flashback end....


Hee Seob : Itu milik si guru magang, bukan? Kau mencurinya?

Bum Ryong : Kau akan mengadukanku? Apa kau akan memberi tahu orang lain tentang cincin ini?

Hee Seob : Kau tetap mencurinya, meski tahu itu salah? Kau mencuri barang orang lain dan menyembunyikannya di toilet. Jika Soon Ae mengetahui perbuatanmu...

Bum Ryong : Soon Ae? Bagaimana kau tahu nama pacarku?

Hee Seob : Apa kau memikirkan betapa terlukanya dia jika dia tahu? Jangan lakukan apa pun yang membuatmu malu di hadapan pacarmu. Semua pria harus tahu itu.

Hee Seob beranjak pergi.


Bum Ryong mengejar Hee Seob. Dia bilang, akan mengembalikan cincin Ju Young.

Bum Ryong : Aku akan bilang rasa penasaranku menguasaiku dan minta maaf kepadanya secara langsung. Aku akan mengembalikan ini kepadanya. Jadi, kembalikan kepadaku.

Namun Hee Seob tak percaya.

Bum Ryong : Aku serius. Seperti katamu, aku tidak mau melakukan apa pun. yang membuatku malu di hadapan pacarku dan kau, temanku.

Hee Seob pun mengembalikan cincin itu ke Bum Ryong.

Hee Seob : Aku akan merahasiakannya. Aku tidak akan memberi tahu siapa pun. Aku akan berpura-pura ini tidak pernah terjadi. Kau juga harus menepati janjimu.

Bum Ryong senang dan berterima kasih pada Hee Seob.


Yu Seob datang.

Yu Seob meminta Bum Ryong menjadi teman yang baik untuk Hee Seob. Yu Seob lalu mengajak Hee Seob pergi.

Dan Bum Ryong juga pergi ke arah berbeda. Hae Joon pun keluar dan melihat Bum Ryong jalan ke arah yang sama dengan Ju Young. Hae Joon terkejut dan mencoba merangkum semuanya.


Hae Joon : Yoo Bum Ryong mencuri cincin Lee Ju Young. Baek Hee Seob adalah pria bertopi biru. Dialah yang kabur dari jembatan malam itu. Saat itu, Baek Hee Seob meninggalkan kedai teh dengan seseorang. Lalu Yoo Bum Ryong pergi ke arah yang sama dengan korban. Serta jalan yang diambil Lee Ju Young.

Hae Joon membayangkan Ju Young yang pergi ke arah yang sama dengan Bum Ryong setelah dari kedai teh.


Hae Joon lantas mengikuti Bum Ryong.

Dia kian terkejut mengetahui Bum Ryong masuk ke penginapan tempat Ju Young menginap.

Saat hendak memeriksa, dia malah mendengar suara Min Soo dari arah lain.

Min Soo : Apa kau bercanda denganku sekarang?


Hae Joon ingat pas Min Soo mengaku dia tak ada di Woojung-ri pada hari pembunuhan.

Min Soo : Saat itu, aku tinggal di sekolah asrama swasta yang jauh dari kota. Ibuku mengirimku ke sana agar aku bisa fokus belajar. Sekolah itu berada di tengah gunung tanpa telepon rumah.


Min Soo menghajar Mi Seok.

Min Soo : Kau mau mati? Berikan saja kepadaku dan akhiri ini. Kenapa kau membantahku?

Min Soo lantas mengambil uang Mi Seok.

Min Soo : Hei, apa ini uangmu? Lagi pula, kau mungkin mengambilnya dari dompet ibu. Benar, bukan?

Mi Seok : Dasar pecundang. Ibu mengusir Kakak. Jangan sok berkuasa.


Min Soo marah, dia berniat menendang Mi Seok lagi tapi Hae Joon datang menolong Mi Seok.

Saat Hae Joon lagi memeriksa kondisi Mi Seok, Min Soo mengambil tutup keranjang di dekatnya dan berniat memukul Hae Joon. Namun, Hae Joon menyadari itu dan langsung melumpuhkan Min Soo sebelum Min Soo memukulnya.


Hae Joon : Aku menyesal diriku di masa depan menyelamatkan bajingan sepertimu! Apa yang harus kulakukan denganmu?

Min Soo : Ini semua karenamu. Berengsek! Ini salahmu!


Hae Joon lalu menyuruh Mi Sook mencari telepon umum terdekat untuk menghubungi polisi.

Hae Joon : Aku tidak memercayai sistem, tapi setidaknya harus kutinggalkan catatan di sistem sialan itu. Akan kupastikan dia membayar atas perbuatannya kali ini.

Min Soo menyuruh Mi Sook berpikir baik2.

Mi Sook pun menolak melaporkan Min Soo ke polisi. Hae Joon heran. Mi Sook bilang, Min Soo punya uang sekarang dan Min Soo akan kembali ke sekolah asrama setelah bersenang2 dan merasa lebih baik.

Mi Sook : Hanya itu yang kubutuhkan. Jika dia terlibat masalah lagi, ibuku akan menghukumku. Jadi, kuharap ini bisa menjadi rahasia kita.


Selesai berurusan dengan Mi Sook dan Min Soo, Hae Joon balik ke penginapan Woojung. Bersamaan dengan itu, Bum Ryong keluar dan kaget melihat Hae Joon. Hee Seob juga datang dan terdiam melihat Hae Joon. Hae Joon nya makin pusing.

Hae Joon : Ini membuatku gila. Anak-anak ini tidak pernah pulang.


Hae Joon kemudian beranjak pergi sambil memikirkan semuanya.

Hae Joon : Itu jalan yang diambil Lee Ju Young. Kemungkinan besar salah satu anak yang kutemui malam ini adalah pelaku sebenarnya. Namun, aku bertemu ketiga tersangka saat berjalan-jalan malam ini.


Hee Seob janji sama Bum Ryong, tidak akan memberitahu siapapun.


Kita diperlihatkan flashback, ketika Hee Seob membawa dua orang pria ke toilet.

Dua pria itu memeriksa bilik toilet yang sering dimasuki Bum Ryong.


Bum Ryong janji akan mengembalikan cincin itu kepada Ju Young.

Bum Ryong : Aku akan minta maaf langsung. Akan kukembalikan kepadanya.


Min Soo juga berjanji tidak akan datang ke Woojung-ri lagi.

Min Soo pun menaiki bis, namun dia tidak benar-benar pergi. Dia kembali lagi.

Hae Joon : Semua orang yang kutemui di jalan ini berbohong. Kenapa berbohong? Untuk apa mereka berbohong?

Flashback end...


Yoon Young heran Hae Joon diam saja. Dia pun tanya, kenapa Hae Joon diam saja. Siapa pria bertopi biru itu. Yoon Young bilang, pria bertopi biru itu mungkin saja pelaku yang membunuh ibunya.

Yoon Young : Kau melihatnya di kedai teh. Benar, bukan? Siapa itu? Apa kita mengenalnya?

Hae Joon berbohong, aku tidak bisa melihat wajahnya. Aku kehilangan dia seperti sebelumnya. Ini salahku. Maafkan aku.


Hae Joon memegang kepalanya.

Yoon Young bilang Hae Joon bohong. Hae Joon tegang.

Yoon Young : Kau bilang tidak terluka, tapi kau terluka. Pasti sakit setiap kali kausnya menggores...

Hae Joon melihat lukanya, ini bukan apa-apa. Bagaimana keadaan Bu Lee?

Yoon Young : Dia tampak gelisah, tapi baik-baik saja. Dia khawatir polisi akan mengetahui hal ini dan datang ke sini. Dia bilang kita juga akan mendapat masalah.

Hae Joon : Jangan khawatir. Tidak akan ada yang bisa datang ke sini malam ini.


Tapi, pintu mereka diketuk2. Tak lama, terdengar suara Soon Ae bisik2 manggil Yoon Young.

Hae Joon keluar.

Hae Joon : Jika kau mau mengetuk, seharusnya kau tidak berbisik, dan sebaliknya. Bukankah seharusnya kau memilih satu strategi?

Soon Ae : Maaf aku datang selarut ini. Apa Yoon Young ada di rumah?


Yoon Young pun keluar. Soon Ae menatap cemas Yoon Young.

Soon Ae : Yoon Young-ah, kau baik-baik saja?

Yoon Young : Ada apa denganku?

Soon Ae : Aku sudah dengar semuanya dari ayahku. Dia bilang hal buruk terjadi. Seseorang memegang pisau di toko pagi ini. Kau pasti sangat ketakutan.

Yoon Young : Itu bukan apa-apa.

Soon Ae : Bagaimana bisa bukan apa-apa? Omong-omong, apa Bapak akan membuat Yoon Young tidur di sini malam ini? Dengan Bapak?

Hae Joon : Apa?

Soon Ae : Maksudku... Bolehkah aku mengundangnya ke rumahku semalam saja?

Hae Joon : Ya. Itu akan menyenangkan. Bapak tidak memikirkannya baik-baik.

Hae Joon menyuruh Yoon Young pergi dengan Soon Ae.

Yoon Young menolak, tidak apa-apa. Hanya ada kesalahpahaman.


Hae Joon pun mendekati Yoon Young.

Hae Joon : Istirahatlah, gunakan itu sebagai alasan. Kau datang ke sini setelah dia meninggal. Bersantailah setidaknya satu malam di samping ibumu. Ini kesempatan bagus.


Yoon Young pun senyam senyum melihat kamar ibunya. Tak lama, Soon Ae masuk membawa kasur lipat.

Soon Ae : Apa kamarku agak berantakan? Namun, aku sudah merapikannya. Ibuku selalu memukul punggungku lebih dahulu. Dia bahkan mengancamku, berkata akan membuang semuanya.

Yoon Young : Ibuku juga seperti itu.

Soon Ae : Benar, bukan? Ada apa dengan para ibu? Aku tidak akan pernah melakukan itu kepada putriku.

Yoon Young senyum mendengarnya.

Soon Ae lalu bilang akan mandi dan menyuruh Yoon Young bersantai.


Setelah Soon Ae pergi, Yoon Young mendekat ke jendela. Dia melihat Hae Joon di depan jendela, melihatnya. Hae Joon langsung menutup gorden begitu Yoon Young memergokinya.

Yoon Young : Kenapa dia menyembunyikannya?


Hae Joon meraih gagang telepon. Ju Young yang duduk di depannya, tanya, Hae Joon mau telepon siapa malam2 begitu.

Hae Joon : Kau bilang kau gelisah seharian. Biar kuperiksa barikadenya.


Seluruh detektif ada di Restoran Woojung sama Kepala Sekolah Yoon. Kepala Sekolah Yoon yang menjawab telepon Hae Joon. Kepala Sekolah Yoon tanya, haruskah Hae Joon menelpon hanya untuk memeriksa?

Kepala Sekolah Yoon :  Di sini sudah cukup kacau.  Ya. Semua orang di sini.

Seorang detektif mendekati Kepala Sekolah Yoon sambil membawa mic.

Detektif bilang sekarang giliran Kepala Sekolah Yoon.


Kepala Sekolah Yoon menyuruh Hae Joon menunggu sebentar. Lalu dia menaruh gagang telepon di meja dan mendekati para detektif.

Kepala Sekolah Yoon bilang dia takkan bernyanyi.

Kepala Sekolah Yoon : Aku hanya mengharapkan kebahagiaan para polisi kita, yang bekerja tanpa lelah siang dan malam untuk menjaga Woojung-ri bebas kejahatan dan damai. Hanya itu yang kubutuhkan.

Detektif bertepuk tangan untuk Kepala Sekolah Yoon.

Kepala Sekolah Yoon : Seperti yang kukatakan tadi, aku mentraktir kalian hari ini demi kedamaian kota kita. Jangan berniat pulang malam ini. Makan dan minumlah sebanyak yang kalian mau. Untuk kebahagiaan dan kesejahteraan para polisi Woojung-ri!

Dari telepon, Ju Young mendengar itu.


Ju Young lalu memberikan gagang teleponnya pada Hae Joon.

Ju Young : Apa yang kau lakukan?

Hae Joon : Sebagai kepala sekolah, bagaimana bisa dia tidak tahu bahwa seseorang dengan catatan kriminal akan datang sebagai guru?

Ju Young : Dia hanya mencoba membantuku.

Hae Joon : Aku hanya memastikan orang itu menyelesaikan apa yang dia mulai, jadi, kau tidak perlu mencemaskannya.


Hae Joon lanjut bicara dengan Kepala Sekolah Yoon di telepon.

Hae Joon : Ya. Seperti yang kita bicarakan tadi, tolong tahan semua orang di sana sampai matahari terbit.


Dong Sik ingin pergi tapi ditahan rekannya.

"Kau tidak lihat kami membereskan kekacauan yang kau buat dengan memporak-porandakan sekolah? Hei, Kepala Kim bilang dia terlalu malu untuk menghadapi Pimpinan Yoon. Sejujurnya, tidak ada tuduhan jelas terhadapnya. Katakan yang sebenarnya. Kau hanya ingin menyalahkan demonstran dari Seoul untuk memperbaiki citramu."

Dong Sik kesal, kau bilang itu salahmu jika kau tampak mencurigakan. Kau juga yang bilang jika kau menekan seseorang, kau bisa dengan mudah menuntut. Membersihkan citraku? Aku penasaran siapa yang harus melakukan itu.

Rekannya marah. Dong Sik lalu berkaya kalau dia harus menjemput anak-anaknya.


Kepala Sekolah Yoon memisahkan mereka.

Kepala Sekolah Yoon : Aku mulai menyejukkan diri. Dong Sik-ah,  Yong Woo dan Yong Soon kenapa? Mereka tidak ada di rumah?

Dong Sik : Istriku pergi ke rumah orang tuanya untuk merawat ayahnya yang sakit. Dia meninggalkan anak-anak di rumah dekat pohon kesemek.

Kepala Sekolah Yoon : Begitu rupanya.


Kepala Sekolah Yoon ingat permintaan Hae Joon kepadanya untuk menahan Dong Sik.

Hae Joon : Dia membawa semua polisi ke sekolah kita hari ini dan mengacaukan seluruh tempat itu. Kita tidak pernah tahu apa atau kapan dia akan bertindak lagi.

Flashback end...


Kepala Sekolah Yoon : Itu bukan masalah besar. Lihat waktunya. Biarkan mereka menginap di sana. Duduklah. Duduklah, Semuanya. Anak-anakmu akan menyukainya. Cucu mereka sebaya, bukan? Aku juga akan menelepon wanita di rumah pohon kesemek. Jangan mengkhawatirkan itu. Sampai matahari terbit.

Terpaksalah Dong Sik minum dengan rekan2nya.


Soon Ae gelisah dan tak bisa tidur, padahal Yoon Young udah tidur. Soon Ae lantas bangun dan meneguk teh langsung dari tekonya yang sudah dia bawa ke kamarnya sebelumnya. Yoon Young pun bangun dan melihat Soon Ae gelisah.

Yoon Young : Apa ada yang mengganggumu? Kulihat kau sama sekali tidak tidur.

Soon Ae : Kau terbangun?

Soon Ae lalu mengaku kalau dia hanya tidak bisa melupakannya.

Yoon Young pun membelai Soon Ae, sembari bertanya apa yang mengganggu pikiran Soon Ae. Saat Soon Ae bilang Baek Hee Seob, Yoon Young pun spontan menampol kepala Soon Ae.

Yoon Young : Apa? Secepat itu? Hei, kau bilang masih punya pacar.

Soon Ae : Aku yang terburuk. Aku harus bagaimana?

Yoon Young : Astaga, ini membuatku pusing. Kusangka aku bisa bersantai malam ini. Hei, kau bahkan belum lama mengenal Hee Sub. Kau bahkan tidak tahu seperti apa dia.

Soon Ae : Jadi, aku bertanya kepadanya. Saat aku melihatnya di Kedai Teh Bong Bong.


Flashback, ketika Soon Ae dan Hee Seob di Kedai Teh Bong Bong.

Soon Ae : Omong-omong, apa yang sangat kau sukai dariku? Kau tidak terlalu mengenalku. Kau baru pindah beberapa hari lalu, dan kau tidak tahu aku seperti apa.

Hee Seob : Kenapa aku tidak mengenalmu? Begitu bertemu denganmu, aku langsung tahu.

Soon Ae : Gadis macam apa aku?

Hee Seob : Gadis cantik. Serta kau punya duniamu sendiri. Saat pertama melihatmu di loket tiket kecil itu, kau mendengarkan lagu favoritmu di radio. Kau sangat fokus menulis sampai tidak sadar aku berdiri di sana. Kau sangat fokus pada dunia yang kau ciptakan. Kau tidak tahu betapa cantiknya dirimu. Serta bilik kecil itu sangat bersih hingga bersinar seperti bintang. "Aku tidak peduli apa pun." Kau hanya tersenyum sendiri. Jadi... Aku belum pernah bertemu orang sekeren dirimu.

Flashback end...


Soon Ae seketika tersenyum.

Soon Ae : Dia bersinar seperti bintang. Yang dia katakan kepadaku, raut wajahnya saat dia berbicara, dan suara gemetar yang dia miliki. Semuanya bersinar.


Mendengar itu, Yoon Young teringat saat membaca novel Small Door milik Mi Sook, yang sebenarnya karya Soon Ae. Saat itu, Yoon Young masih memakai seragam sekolahnya ketika membaca novel itu.

Yoon Young : "Momen yang tidak pernah berakhir. Halaman ke-25. Apa kau tahu, Y? Ada sebuah momen yang tidak pernah berakhir. Aku memikirkan kata-kata bersinar yang dia katakan kepadaku hari itu berulang kali.


Tiba2, Yoon Young mendengar suara marah ibunya yang mengusir ayahnya.

Yoon Young keluar kamar dan melihat sang ibu mengusir ayahnya.

Sang ibu lantas menangis.

Yoon Young kembali ke kamarnya dan menutup pintunya dengan cara dibanting.

Flashback end...


Soon Ae : Kegelapan apa pun yang menimpaku di masa depan, jika aku bisa mempertahankan momen bersinar ini, kupikir tidak ada yang bisa membuatku takut di dunia ini. Hanya butuh waktu sebentar baginya untuk melihat duniaku. Aku penasaran seperti apa dunianya. Aku terus penasaran tentang dunianya.

Yoon Young tercengang dan bicara dalam hatinya.

Yoon Young : Pria di novel ibu adalah...

Yoon Young bergumam, Baek Hee Seob.

Soon Ae menatap Yoon Young, apa?


Yoon Young yang pusing, kembali rebahan.

Soon Ae : Kau mau tidur? Apa yang harus kulakukan?


Hari sudah pagi. Hae Joon berdiri di depan penginapan Woojung-ri, sambil memikirkan kata2 Bum Ryong dan Hee Seob. Bum Ryong bilang dia datang untuk mengembalikan sesuatu kepada Ju Young. Dan Hee Seob bilang, dia keluar untuk berjalan-jalan.

Narasi Hae Joon terdengar, dia salah satu dari tiga tersangka dan pria misterius bertopi biru. Keberadaannya cocok dengan keberadaan Lee Ju Young. Sejauh ini, dia tersangka utama. Namun, kenapa dia membunuhnya jika menyuruh Yoo Bum Ryong mengembalikan cincinnya? Ada yang tidak beres. Atau aku berharap tidak?


Tak lama, Ju Young keluar dari penginapan.

Ju Young : Aku sudah membawa semua barang pentingku.


Hyung Man mengendap-ngendap masuk ke bisnya. Dia menutupi wajahnya dengan masker.

Hyung Man : Sial. Bagaimana aku bisa terlibat dengan tetangga berbahaya itu?


Hae Joon dan Ju Young menunggu di depan toserba Woojung-ri.

Hae Joon : Kau tidak akan berada dalam bahaya selama meninggalkan desa ini. Namun, untuk memastikan, hubungi aku begitu kau tiba di rumah temanmu. Nomor telepon rumahku...

Ju Young : Aku tahu. Kau memberitahuku nomornya saat kali pertama aku tiba di sini. Aku tahu ini tidak masuk akal. Namun, rasanya seperti kau sengaja datang ke sini hanya untuk menyelamatkanku. Seperti kau tahu aku akan berada di sini, kau menungguku. Seolah-olah kau memikirkan bagaimana kau bisa membantuku untuk waktu yang lama. Aku tahu itu mustahil, tapi kau membantuku seolah-olah bisa.

Ju Young berterima kasih kepada Hae Joon. Dia bilang, jika bukan karena Hae Joon, entah apa yang akan terjadi kepadanya.


Hae Joon mengembalikan cincin Ju Young.

Hae Joon : Ini. Jangan sampai hilang.

Ju Young : Semoga hidupmu menyenangkan sampai kau tua dan beruban. Semoga hidupmu panjang dan sehat.

Hae Joon : Kau juga.


Bus datang, yang disopiri Hyung Man.

Ju Young pamit, lalu bergegas naik ke bus. Bus mulai melaju.


Lah di jalan, ketemu Dong Sik. Ju Young langsung menunduk, menyembunyikan diri saat melihat Dong Sik. Dong Sik yang melihat Ju Young, mencoba mengejar, namun tidak tahu harus bagaimana mengejarnya.


Dong Sik berjalan ke toserba dan bertemu Hae Joon.

Dong Sik marah dan mencengkram Hae Joon.

Dong Sik : Kau, brengsek! Saat berada di bawah jembatan malam itu, kau diam-diam mengirimiku sinyal untuk membantunya. Beraninya kau menyuruh polisi membantu seorang demonstran. Setelah menyadari perbuatanmu, kupikir kau guru yang tidak tahu apa-apa. Kau salah satunya?

Hae Joon menyingkirkan tangan Dong Sik darinya.

Hae Joon : Berapa banyak yang kau minum? "Salah satunya?" Aku hanya lewat.

Dong Sik : Begitukah? Aku akan mencari tahu kebenarannya begitu mulai menggali. Mari bicarakan ini di kantor polisi. Mengerti?

Hae Joon : Kenapa kau membawaku padahal aku tidak melakukan apa pun?

Dong Sik : Berhenti membantahku. Ikut aku, Berengsek.


Namun, mobil pemadam kebakaran dan ambulans melintas, melewati mereka. Sontaklah mereka bingung.

Seorang ajumma lewat. Dong Sik menghentikan ajumma itu.

"Apa yang terjadi? Apa ada kebakaran?" tanya Dong Sik.

"Ada kebakaran besar di rumah dengan pohon kesemek." jawab si ajumma.

Dong Sik kaget, apa? Di mana?

"Rumah dengan pohon kesemek tempat anak itu tinggal bersama neneknya. Kuharap mereka baik-baik saja. Apa yang harus kita lakukan?"


Hae Joon ingat ada insiden kebakaran pada tanggal 15 Mei namun tak ada korban jiwa.

Dong Sik panic. Dia bilang anak2nya ada di rumah itu.

Hae Joon kaget, apa maksudmu? Seharusnya hanya ada dua orang di dalam.

Dong Sik : Seharusnya aku menjemput mereka semalam. Namun, aku tidak bisa.


Mendengar itu, Hae Joon pun bergegas ke lokasi kejadian.

Dong Sik tersadar dari kepanikannya dan bergegas menyusul Hae Joon.


Sesampainya di sana, orang2 sudah berkerumun. Petugas berusaha memadamkan api. Dong Sik berteriak memanggil kedua anaknya. Tak lama, petugas membawa Yong Soon keluar.

Dong Sik langsung memeluk Yong Soon.

Lalu seorang nenek juga dibawa keluar.
 
Hae Joon nanyain anak yang lain ke nenek itu.

Nenek : Entahlah. Kurasa aku membawa cucuku keluar.


Material bangunan runtuh.

Hae Joon langsung masuk untuk menyelamatkan Yong Woo.

Dong Sik menitipkan Yong Soon pada yang lain, dan segera menyusul Hae Joon ke dalam untuk menyelamatkan Yong Woo.


Hae Joon terus mencari Yong Woo sembari teringat permintaannya kepada Kepala Sekolah Yoon untuk menahan Dong Sik sampai pagi.

Lalu dia memikirkan kata2 Dong Sik yang bilang harusnya menjemput anaknya tadi malam.

Hae Joon dan Dong Sik tak bisa menemukan Yong Woo.

Hae Joon mencoba pintu kamar namun gagangnya panas.

Hae Joon : Astaga, panas.


Hae Joon menendang pintu. Pintu terbuka. Hae Joon menemukan Yong Woo pingsan dibawah reruntuhan.

Hae Joon memanggil Dong Sik. Lalu dia mencoba mengangkat reruntuhan yang menghimpit Yong Woo. Sementara Dong Sik menarik Yong Woo keluar. Dong Sik panic dan berusaha membangunkan Yong Woo. Tak lama, Yong Woo bangun. Mereka pun keluar.


Orang2 memuji Dong Sik karena berhasil menyelamatkan Yong Woo.

Hee Seob datang. Dong Sik menyuruh Hee Seob membawa Hae Joon ke RS.


Hae Joon melintas di depan mereka dengan tatapan syok. Hee Seob melihat tangan Hae Joon terluka. Dia memaksa Hae Joon ke rumah sakit. Namun, Hae Joon menepis tangan Hee Seob dan beranjak pergi.

Narasi Hae Joon terdengar.

Hae Joon : Yang kulakukan untuk menyelamatkan Lee Ju Young menciptakan variabel lain, dan variabel itu menciptakan situasi lain. Aku menyelamatkan seseorang yang bisa saja mati, tapi sebagai gantinya, aku hampir membuat seseorang yang seharusnya hidup, mati.


Yoon Young di rumah Hae Joon, tengah memeriksa naskahnya. Dia yakin bisa menemukan jawabannya di sana.

Tepat saat itu, Hae Joon pulang.

Yoon Young : Kau sudah mengantar Bu Lee pergi?

Yoon Young terdiam melihat penampilan Hae Joon yang berantakan.

Yoon Young : Apa terjadi sesuatu?

Hae Joon : Bukan apa-apa. Kau bersenang-senang dengan ibumu?

Hae Joon masuk. Yoon Young mengiyakan. Hae Joon melihat Yoon Young memegang naskah.

Hae Joon : Kenapa kau memegang itu?

Yoon Young : Kurasa aku bisa mengetahuinya.

Hae Joon : Mengetahui apa?

Yoon Young : Pria bertopi biru. Jawabannya mungkin ada di naskah ini.


Hae Joon mengabaikan Yoon Young dan beranjak ke dapur. Yoon Young terus membahas si pria bertopi biru.

Yoon Young : Novel bukanlah laporan meskipun itu berdasarkan kisah nyata, bukan berarti nama asli digunakan. Awalnya, kupikir Ko Mi Sook tidak menulis tentang orang bertopi biru. Namun, kemudian aku ingat bahwa ada kalimat yang mirip. "Pria berkepala biru." Selama ini, kupikir itu artinya dia berambut biru.

Hae Joon lantas meringis kesakitan ketika tangannya yang sakit, mengangkat ceret.

Yoon Young : Apa yang terjadi?

Hae Joon yang pusing, sewot.

Hae Joon : Apa aku harus memberitahumu semuanya? Aku harus menceritakan setiap detail kecil dari yang terjadi di sini? Apa kau begitu kepadaku? Apa kita sedekat itu?

Yoon Young : Kau tahu, bukan? Topi biru. Kau bahkan tidak penasaran. Kau tahu siapa dia, bukan? Kau tidak melewatkannya di kedai teh. Kau tidak perlu memberitahuku, tapi bukankah tidak ada alasan untuk menyembunyikannya dariku? Kenapa? Ada apa?


Hae Joon : Kurasa kau salah paham. Pikirkan baik-baik. Jika aku datang ke sini untuk tujuan liputan, untuk apa aku repot-repot menangkap pelakunya? Karena aku merasa kasihan kepada para korban? Dunia ini penuh tragedi seperti itu. Aku tidak punya cukup waktu untuk menyelamatkan semua orang itu.

Yoon Young : Lalu apa alasannya?

Hae Joon : Aku juga korban. Korban kelima. Aku akhirnya mati di masa depan, sama seperti ibumu, karena pelakunya tidak ditangkap dengan benar. Aku datang ke sini untuk menyelamatkan hidupku sendiri. Aku memasukkan semua cerita koran, siaran berita, dan berkas kasus terkait desa ini pada tahun 1987 ke kepalaku. Namun, semuanya mungkin akan sia-sia karena satu variabel. Itu saja membuatku merasa kepalaku akan meledak. Namun, tahukah kau? Kau tahu siapa variabel terbesarnya?

Yoon Young : Itukah alasanmu mengirimku ke ibuku semalam? "Jangan penasaran dengan variabelnya." "Jangan menghalangi." "Jangan ikut campur." Itukah yang ingin kau katakan?

Hae Joon terdiam.

Yoon Young : Maaf, tapi aku tidak bisa melakukan itu. Karena sudah sampai sejauh ini, aku tidak mau diam saja seperti orang bodoh. Jika kau tidak mau memberitahuku, silakan saja. Aku akan mencari tahu sendiri.


Yoon Young mengambil tasnya dan pergi.

Hae Joon tambah pusing.

Bersambung ke part 2...

My Perfect Stranger Eps 6 Part 1 My Perfect Stranger Eps 6 Part 1 Reviewed by GioK on May 29, 2023 Rating: 5

No comments