Mr. Sunshine Eps 1 Part 2

All Content From : tvN
Penulis : GioK
Sinopsis Lengkap : Mr. Sunshine
Sebelumnya : Mr. Sunshine Eps 1 Part 1
Selanjutnya : Mr. Sunshine Eps 1 Part 3


Joseph mendekati Eun San. Eun San tanya, kenapa Joseph datang lagi. Dia lalu menegaskan kalau keramiknya tidak untuk dijual. Joseph, dengan bahasa Joseon, tanya apa hwatong enak. Eun San ketus, coba saja kau makan!

Joseph : Baiklah. Kapal Amerika telah datang. Jadi, aku punya uang hari ini. Juallah keramikmu kepadaku.



Eun San menatap Joseph dan Yu Jin secara bergantian.

Eun San : Beli ini, jual itu. Apa masalah kalian? Enyah, kalian berdua.

Joseph : Laksamana suka keramik. Aku harus kembali ke Amerika.

Eun San : Pergi saja. Aku tidak melarangmu.

Eun San juga menyuruh Yu Jin pergi.

Eun San beranjak pergi.

Joseph mau mengejar Eun San, tapi ditahan Yu Jin.

Josep menatap Yu Jin. "Apa maumu?"

Yu Jin tanya, dimana Amerika itu? Joseph mau menjawab, tapi mereka dikejutkan dengan suara dentuman yang tiba-tiba. Eun San berhenti berjalan dan melihat kumpulan burung terbang dengan ketakutan.


Perang antara Amerika-Joseon meletus. Gong2 mulai dibunyikan. Puluhan bom yang dilemparkan Amerika, berhasil melumpuhkan ratusan rakyat Joseon.

Seorang remaja selamat dari bom. Telinganya masih berdenging karena dentuman bom. Tak lama, dia menatap sekelilingnya. Mayat2 bergelimpangan.

Seorang pria mencoba menyadarkan remaja itu.

Setelah tersadar, remaja itu berlari.

Narasi pria Amerika terdengar.

The enemies are still desperately fighting back, even in the face of crushing defeat. Despite being on the verge of losing, there has not been a single deserter. Even though being cornered by the overwhelming military powers of our forces. The enemies keep getting back ups, time and time again,under the battle flag of their general (Sujagi). Those with broken spears and swords, and putting up a fight, by throwing stones and soil. I've never witnessed such a
raging and fierce battle.



Rakyat Joseon pantang menyerah, meski peralatan mereka sederhana. Berbeda dengan pasukan Amerika yang senjatanya lebih canggih, lebih praktis dan tidak perlu disulut dengan api.  Pasukan Amerika berhasil menumpas rakyat Joseon. Seorang pria berpakaian hanbok, berjalan beriringan dengan pasukan Amerika.

Remaja yang selamat tadi, memberikan api pada senjata rekannya. Namun, rekannya tiba-tiba saja tertembak. Remaja itu terkejut. Saking terkejutnya, dia tak sadar tangannya masuk ke kobaran api.

Begitu sadar, remaja itu langsung pergi mencari ayahnya.

Sang ayah ikut berperang. Remaja itu mengajak ayahnya pergi dari medan perang selagi bisa. Sang ayah menolak. Sang ayah bilang, siapa lagi yang akan menjaga tempat itu jika mereka lari. Remaja itu memaksa ayahnya untuk lari.

Sang ayah berkeras meminta api sambil berteriak, Jang Seung Goo!


Seung Goo pun memberikan api pada senjata ayahnya. Sang ayah kemudian berdiri dan siap menembaki tentara Amerika. Namun naas, peluru tentara Amerika menembus dada sang ayah. Sang ayah tumbang di depan matanya, sambil memegang senjata.

Seung Goo terkejut dan segera memeluk tubuh sang ayah.

Seung Goo : Ayah, tetaplah bersamaku.

Sang ayah tewas. Tangis Seung Goo pecah.


Pria Joseon tadi datang bersama Tentara Amerika. Pria itu adalah Lee Wan Ik, sang pengkhianat Joseon. Seung Goo marah. Dia berdiri dan mengambil senjata ayahnya.

Seung Goo : Kau orangnya? Kau pemimpinnya?


Seung Goo menembak dan pelurunya melukai kaki Wan Ik.

Para tentara Amerika langsung mengepung Seung Goo.

Seung Goo meremas tanah sambil menatap Wan Ik dengan tatapan tajam.


Satu bendera Amerika berkibar di tanah Joseon yang porak poranda.

Hujan tiba2 turun, mengguyur ratusan tubuh rakyat Joseon yang sudah tidak bernyawa.


Berita perang sampai ke telinga Raja. Song Young melaporkan, sejumlah 243 pria Joseon tewas
di dalam pertempuran dan 100 lainnya tenggelam. Jenderal Heo juga gugur di dalam pertempuran.

Raja : Apakah Joseon kalah?

Se Hun menjawab, banyak yang tewas, tapi tidak ada hubungan diplomatis, jadi, aku tidak bisa bilang kita kalah, Yang Mulia.

Raja : Kalau begitu, apakah Amerika kalah?

Pan Seo : Amerika memiliki kekuatan militer unggul, tapi mereka kalah dalam hal diplomatis. Ini kemenangan kosong mereka dan kekalahan berlimpah kita.

Raja : Adakah kekalahan semacam itu?

Song Young : Mereka membawa 20 tawanan. Kita harus bawa mereka...

Pan Seo menyela Song Young, maksudmu kita harus bernegosiasi dengan bangsa barbar?

Song Young : Kita harus menyelamatkan para pejuang kita.

Pan Seo : Tutup mulutmu! Kita tidak tahu yang akan mereka minta sebagai ganti para tawanan itu! Mereka yang ditawan ditangkap karena gagal menjalankan tugas dan selamat! Mereka pengecut!

Pan Seo lalu meminta Raja mengabarkan bahwa Istana Joseon tidak akan menerima mereka. Kabarkan bahwa mereka tidak akan kembali!

Se Hun : Lalu, tawaran perdamaiannya?

Pan Seo : Tawaran perdamaian sama saja dengan menjual negara kita.


Adegan beralih ke Se Hun yang tengah mendengarkan Wan Ik berbicara dengan seorang laksamana dalam Bahasa Inggris.

Wan Ik : We are still unable to establish the diplomatic ties with the Joseon Royal Court.

Laksamana : It seems the people of Joseon do not admit defeat easily. We are wrong to think that they would open the ports out of fear just like the Japanese


Se Hun marah, dia mengatai Wan Ik bodoh lantaran Wan Ik tidak menterjemahkan obrolan mereka. Wan Ik pun menatap geram Se Hun dan berkata,  "Kami mau memperadabkan
Joseon yang barbar. Jika mereka tak tertarik, tinggalkan." Itu katanya.

Se Hun : Dasar kurang ajar! Beraninya kau bicara selancang itu! Kau cuma juru bahasa!

Letnan yang berdiri disamping Laksamana, bersiap mencabut pedangnya.

Terpaksalah Se Hun diam.


Diluar, Tentara Amerika merayakan keberhasilan mereka dengan berfoto bersama. Mereka juga mengambil foto para tawanan sebagai bukti dokumentasi. Dan foto2 inilah yang dilihat Eugene tadi.


Wan Ik berjalan memakai tongkat mendekati para tawanan. Kakinya pincang karena tembakan Seung Goo tadi. Seorang bertanya, bagaimana nasib mereka. Sudah ada kabar dari Joseon. Wan Ik ketus, menurutmu, kenapa tak ada kabar? Hidup dan mati kalian ada di tangan orang-orang asing ini. Joseon telah meninggalkan kalian.

Mereka tidak percaya, tidak mungkin. Kau berbohong! Tidak ada negara yang meninggalkan rakyatnya.

Wan Ik : Kau begitu bodoh sampai rela mempertaruhkan nyawa berperang. Apa yang telah negara kalian perbuat untuk kalian? Aku benar, bukan?


Wan Ik kemudian menyodok bahu Seung Goo dengan tongkatnya. Dia bersumpah akan membunuh Seung Goo suatu hati. Seung Goo tak takut dan terus menatap Wan Ik.

Salah seorang dari mereka mengatai Wan Ik, dasar sampah. Bukankah kau orang Joseon?

Wan Ik : Jika mau menjadi orang Joseon, silakan saja.


Letnan datang dan menyuruh Wan Ik membebaskan para tawanan. Wan Ik kaget dan tanya, tidak dibunuh? Letnan bilang AS adalah negara yang adil. Para tawanan berjuang keras demi negara mereka. AS akan membebaskan mereka sebagai tanda hormat.

Wan Ik : "Adil"? Omong kosong. Kalian membunuh lebih dari 300 orang karena kalian adil.

Wan Ik bergumam, kalau begitu, haruskah aku berpaling ke Jepang?


Rakyat yang berduka, mulai menyusun batu sebagai pemakaman korban perang. Seung Goo juga, menyusun batu untuk makam ayahnya. Eun San mendekati Seung Goo. Tangis Seung Goo pecah lagi.


Eun San merawat luka di tangan Seung Goo.

Eun San : Tak patah, tapi ada luka dan lebam di mana-mana. Kau akan sakit beberapa hari. Tidurlah di sini untuk malam ini dan besok, ikut aku ke pembakaran.

Seung Goo : Aku mau ke gubuk lumpur. Aku harus pulang. Senjata ayah ada di sana.

Eun San : Untuk apa senjata jika kau tidak tega bunuh semut?

Seung Goo : Apa yang bisa anak penembak lakukan selain menjadi penembak? Aku bisa membuat jebakan, mencukur bulu rubah dan kelinci...

Eun San : Sebentar lagi musim dingin. Pergilah saat musim semi tiba.

Seung Goo : Jangan cemas, Tuan. Aku tak akan kelaparan.

Eun San : Seung Goo-ya, ayahmu tewas secara terhormat. Dia mengorbankan nyawa demi anak-anaknya yang terus hidup di negeri ini. Jangan lupakan itu.

Seung Goo : Tuan, aku tidak akan mati seperti ayahku. Karena itu, aku pegang senjata lagi. Untuk menghancurkan negara terkutuk yang meninggalkan rakyatnya ini. Tuan, aku akan menjadi pemberontak.

Eun San menahan tangisnya mendengar kalimat Seung Goo.


Esoknya, Eun San tiba di kediamannya. Begitu sampai, dia mendapati Il Sik dan Choon Sik ada di halamannya. Choon Sik menunjukkan lukisan wajah Yu Jin.

Il Sik : Anda pemilik tempat ini? Izinkan aku bertanya. Pernah lihat anak laki-laki setinggi ini?

Eun San : Haruskah?

Eun San berlalu. Choon Sik yang kesal, mau menyerang Eun San. Namun Eun San menjatuhkan Choon Sik hanya dengan tongkat kayu kecilnya yang dia pegang sejak tadi. Melihat itu, Il Sik takut dan memutuskan pergi tanpa bertanya-tanya lagi.


Yu Jin bersembunyi di dalam sebuah kotak kayu kecil berisi jerami sambil membekap mulutnya agar tak bersuara. Eun San membuka kotak itu dan melihat Yu Jin yang mulai menangis karena takut. Tadinya, Yu Jin kira yang membuka kotaknya adalah Il Shik dan Choon Sik.


Eun San menatap kotak kayu itu, apakah ini keramik? Pernahkah aku membuat ini? Bagaimana kalau kita lihat apakah bisa pecah?

Eun San menendang kotak kayu itu sampai Yu Jin jatuh terguling.

Eun San marah, kusuruh kau pergi!


Yu Jin mendekati Eun San sambil menangis.

Yu Jin : Aku tidak punya tempat tujuan. Ayahku dipukuli sampai mati dan ibuku melompat ke dalam sumur. Tuan lihat sendiri, pemburu budak mengejarku. Aku bisa dipukuli jika tertangkap dan mati kelaparan jika tidak. Aku tidak punya tempat tujuan di seluruh negeri ini. Tolong bantu aku.

Eun San : Itu masalahmu. Aku sudah cukup pusing, Nak.

Yu Jin meraih tangan Eun San dan memohon, tolong bantu aku. Aku akan ke Amerika atau di mana pun itu. Pura-pura saja Tuan tidak pernah melihatku.


Eun San mulai luluh. Joseph datang lagi dan melihat Yu Jin.

Joseph : Eun San, apa yang terjadi? Kenapa anak ini?

Eun San : Orang yang kau sebut "Tuhan" yang kau percayai itu, sungguh ada?

Joseph : Tentu saja.

Eun San : Benarkah dia mendengarkan jika kau berdoa?

Joseph : Tentu saja.

Eun San : Maka berdoalah dengan keras untuk semua orang Joseon yang dibunuh bangsamu dan kau harus menjaganya.

Joseph : Apa maksudmu?

Eun San : Bawa anak ini ke Amerika atau apa pun namanya.

Joseph : Aku? Kenapa?

Joseph mendapati kalau Eun San serius, Eun San, kau serius? Aku bisa kena masalah. Aku tidak kenal dia.

Yu Jin berterima kasih pada Eun San dan memberikan Eun San hiasan baju Ho Sun.

Yu Jin : Ini untuk Tuan. Aku akan membalas kemurahan Tuan. Walau dengan nyawaku, aku akan...

Eun San memasukkan hiasan itu ke balik baju Yu Jin.

Eun San : Hentikan omong kosongmu dan hiduplah, serta pergilah ke Amerika.

Eun San lalu menyuruh Joseph mengikutinya.

Eun San : Kau ikut aku. Aku berikan keramiknya.


Eun San masuk.

Joseph : Ini bencana.

Joseph lalu mengikuti Eun San ke dalam.


Hari itu, dimulailah perjalanan Yu Jin ke Amerika melalui sebuah kapal. Namun Yu Jin harus tetap sembunyi di dalam kotak kayu untuk menghindari masalah. Kotak kayu Yu Jin berada di dalam gudang makanan. Beberapa kali, seorang koki datang mengambil bahan makanan. Setelah koki pergi, Yu Jin menyelinap keluar dan mengambil beberapa makanan yang ada di sana.

Joseph juga sesekali mengecek Yu Jin dan memberinya botol minum.


Yu Jin melongok ke jendela. Dia takjub melihat pemandangan diluar.

Dia sudah tiba di Amerika.


Setibanya di sana, Yu Jin berlari mengejar Joseph yang semakin menjauh darinya. Dia juga terus menutup telinganya karena suara bising yang ditimbulkan cerobong kereta. Penduduk New York yang berpapasan dengannya, melemparkan pandangan aneh kepadanya. Tiba2, Joseph berhenti berjalan. Yu Jin menabraknya.

Joseph : Astaga. Aku sangat kaget sampai bicara bahasa Joseon! Kenapa kau mengikutiku?

Yu Jin : Aku tidak punya tempat tujuan. Tolong bawa aku, Tuan.

Joseph menaruh kopenya di bawah.

Joseph : Hei, Bocah. Aku sudah repot. Kau mau ke Amerika, bukan? Ini Amerika. Aku sudah membantumu.

Yu Jin : Aku mohon, Tuan. Aku akan menuruti semua permintaanmu. Aku akan makan lebih sedikit dan bekerja lebih banyak. Aku cuma minta tempat tinggal.

Joseph : Orang Joseon membuatku takut. Kau masih tidak puas setelah kubantu?

Yu Jin : Tuan bilang, Tuhan ada di mana-mana. Dan maha mendengar. Dia tidak ada di sini?

Joseph : Astaga, kau ini sungguh bermulut manis.

Joseph berpikir sejenak. Lalu dia menghela napas, baik.

Joseph mengambil kopernya sambil meratapi nasibnya yang harus membantu Yu Jin.


Mereka mulai berjalan.

Joseph : Aku akan membantumu untuk sementara. Aku tidak bisa terus mengurusmu.

Yu Jin : Baik, Tuan.

Joseph : Kau ajari aku bahasa Joseon dan aku akan kembali ke Joseon dalam tiga tahun.

Yu Jin : Baik, Tuan.

Joseph : Siapa namamu?

Yu Jin : Choi Yu Jin, Tuan.


Joseph : Yu Jin? Eugenēus.

Yu Jin : Apa?

Joseph : Namamu sangat bagus. Kami juga punya nama seperti itu. Eugene. Yang agung dan mulia.

Yu Jin tersenyum menatap Joseph.


Hari demi hari berlalu. Yu Jin beradaptasi dengan cepat dan melakukan apa saja untuk mendapatkan uang. Namun, baru saja mendapat uang, uangnya dirampas anak2 nakal Amerika. Yu Jin kemudian berhenti di depan toko kotak music New York. Tangisnya pecah mendengar melodi yang mengalun dari kotak music.


Sekarang, Yu Jin sudah remaja. Namun penderitaannya kian menjadi. Dia terus dan terus dirundung anak2 nakal. Ketika dia didorong, jajaran Tentara Amerika melintas. Mata Yu Jin pun fokus menatap jejeran Tentara Amerika itu.


Seseorang menjatuhkan sebatang cokelat. Yu Jin berdiri di dekat cokelat itu, menatap Tentara Amerika.

Seorang anak menyuruh Yu Jin minggir dan berkata cokelat itu miliknya.

Yu Jin membalas kata2 anak itu dalam Bahasa Inggris. Dia bilang ambil saja karena dia baru dapat yang lain.

Anak itu langsung memeriksa saku Yu Jin. Yu Jin bilang, dia mendapat cara untuk menjadi orang Amerika.


Setelah itu di depan sebuah sungai, Yu Jin memangkas rambutnya.

Dia siap menjadi warga Amerika.

Bersambung ke part 3...

Mr. Sunshine Eps 1 Part 2 Mr. Sunshine Eps 1 Part 2 Reviewed by GioK on May 24, 2023 Rating: 5

No comments