Mr. Sunshine Eps 2 Part 1

 All Content From : tvN
Penulis : GioK
Sinopsis Lengkap : Mr. Sunshine
Sebelumnya : Mr. Sunshine Eps 1 Part 3
Selanjutnya : Mr. Sunshine Eps 2 Part 2


Dari kejauhan, Ae Sin pun hanya terlihat membaca buku. Namun, yang dibaca Ae Shin sebenarnya adalah surat kabar.

"Kemarin serasa jauh, hari ini tampak asing dan besok menakutkan. Inilah masa-masa pergolakan. Kami semua, dengan cara masing-masing,  melalui Joseon yang berubah dengan cepat."




Sementara itu, Ae Sun menggeledah kamar Ae Sin.

Ae Sun : Pedagang keliling itu sering mendatangi rumah kami, tapi kenapa dia tidak punya satu pun cincin kecil? Kau sembunyikan di mana, Ae Sin? Aku sangat membutuhkannya.

Ae Sun lalu memeriksa lemari Ae Sin.  Dia meraba ke bawah kasur lipat Ae Sin dan menemukan surat kabar yang Ae Sin sembunyikan. Dia senang dan langsung mengadukan temuannya ke Kakek Go.


Kakek Go marah dan mencari Ae Sin.

Bu Haman bilang, Ae Sin ada di gazebo karena pedagang keliling datang.


Ae Sin kembali dari gazebo. Dia hendak ke kamarnya, namun Bu Haman datang.

Bu Haman : Nona Ae Sin, kakekmu....

Ae Sin menghela nafas menatap kamarnya yang pintunya terbuka.

Bu Haman ikut melihat kamar Ae Sin yang berantakan. Mereka pun tahu, Ae Sin sudah ketahuan menyimpan surat kabar. Bu Haman kesal. Dia bilang, kesempatannya buat tidur nyenyak malam nanti sudah hilang karena Ae Shin ketahuan.

Bu Haman : Sudah kubilang, itu ide buruk. Sekarang kita harus bagaimana?


Ae Sin dimarahi kakeknya, di depan Bu Haman, Nyonya Cho dan Ae Sun.

Kakek Go : Dasar lancang! Karena inikah pedagang keliling itu datang tiap dua pekan? Kakek sudah sering menyuruhmu menjauhi urusan duniawi.


Ae Sun ikut-ikutan. Ceritanya nyari muka gitu. Dia senang Ae Sin dimarahi.

Ae Sun : Mengabdi di pemerintahan bukan pekerjaan wanita, jadi, aku tidak tahu kenapa dia begitu tertarik dengan surat kabar.

Nyonya Cho : Ayah, aku akan coba menyadarkannya.


Nyonya Cho lalu menyuruh Ae Sin minta maaf. Ae Sin minta maaf, namun Kakek Go tidak percaya. Ae Sin bilang dia bersungguh-sungguh. Kakek Go tak percaya dan menuding Ae Sin berbohong. Kakek Go lantas menghukum Ae Sin. Ae Sin akan dikurung. Tidak boleh menerima tamu dan tidak perlu memberi salam pagi. Ae Sin akan membaca dan menyalin analek konfusius siang dan malam.

Kakek Go : Ukirlah di dalam hatimu. Jika hanya membaca kata-kata itu, kau tidak mempelajari apa pun darinya.


Bu Haman mulai membuat tinta. Ae Sin menyalin analek konfusius dari ribuan buku. Bu Haman menggantung ratusan lembaran tulisan Ae Sin agar tinta nya mengering. Bu Haman lanjut membuat tinta, meski sudah mengantuk. Ae Sin juga udah ngantuk, namun dia terus menulis.

Ae Sin kesal, kenapa Konfusius harus mengatakan begitu banyak hal? Astaga.

Bu Haman :  Kata-kata Mensius bisa kuterima, tapi Konfusius membuatku mengantuk.

Ae Sin : Aku sudah menyuruhmu tidur.

Bu Haman : Mana bisa aku tidur jika Nona belum tidur? Mestinya Nona sembunyikan surat kabar itu lebih baik. Lenganku bisa putus jika terus begini. Kita berhasil selamat dari kata-kata Mensius.

Ae Sin : Benar sekali. Kata-kata kedua filsuf itu akan membuat satu lenganku patah.

Ae Sin berhenti menulis. Bu Haman, ada apa?

Ae Sin : Mari kita beri kakekku salam pagi.


Ae Sin membawa ratusan lembaran tulisannya ke kakeknya.

Kakek Go : Kenapa kau harus selalu menang?

Kakek Go lantas bertanya, apa Ae Si tahu kenapa Ratu Min wafat pada usia muda.

Ae Sin : Karena negara kita terlalu lemah?

Kakek Go : Salah. Dia bergaul dengan orang barbar barat, serta mencampuri urusan pemerintahan dan tugas Raja.

Ae Sin : Joseon sedang berubah.

Kakek Go : Lagi-lagi salah. Joseon tak berubah. Tapi mulai hancur!

Ae Sin : Aku hanya akan baca surat kabar sebulan sekali. Rakyat jelata saja bisa belajar dan menjabat di pemerintahan. Aku yakin wanita pun bisa bermanfaat.

Kakek Go : Jangan mau dimanfaatkan! Jangan mau dimanfaatkan untuk apa pun. Kau sudah dianggap terpelajar sebagai wanita. Jadi, kakek melarang surat kabar.

Ae Sin : Tidak mau.

Kakek Go : Tidak mau?


Ae Sin : Qing, Jerman, dan Prancis akan menyerbu Joseon. Bahkan Jepang mencuri beras dari kita. Begitulah Joseon...

Kakek Go : Karena itulah kakek melarangmu. Apa Joseon tidak punya raja? Tidak adakah menteri di istana? Sekalipun mereka semua tidak ada, kau tetap tidak boleh. Keluarga kita sudah cukup mencemaskan kesejahteraan kerajaan ini. Ayah dan pamanmu sudah lebih dari cukup. Jadilah wanita elegan dan pantas. Cari suami yang baik dan hiduplah bagai bunga dalam lindungannya. Isi waktumu dengan membordir kupu-kupu. Hiduplah dengan membordir tumbuhan indah. Apa permintaan kakek terlalu berat?

Ae Sin menolak, kalau begitu, lebih baik aku mati.

Kakek Go : Kalau begitu matilah.


Ae Sin pun ngambek. Dia hanya berbaring. Tak mau makan dan juga minum.

Bu Haman berteriak-teriak di depan kamar Ae Sin. Dia bilang, jika sesuatu terjadi pada Ae Sin, dia juga akan ikut mati bersama Ae Sin. Dia juga akan bunuh diri. Bu Haman memanggil Ae Sin. Dia bilang, dia sudah membuatkan hidangan untuk Ae Sin namun Ae Sin tak mau makan. Bu Haman berkeras akan bunuh diri jika Ae Sin kenapa2.


Pak Haengrang langsung melaporkan itu ke Kakek Go. Dia bilang Ae Sin sudah empat hari tidak makan. Dia juga menolak minum air. Bu Haman sangat putus asa.

Pak Haengrang : Aku cemas kita harus memakamkan dua orang, Tuan.

Kakek Go menyuruh Pak Haengrang memanggil Penembak Jang. Dia bilang, dia mau makan babi hutan.

Pak Haengrang : Teganya Tuan mau makan daging...

Namun Pak Haengrang langsung sadar apa maksud Kakek Go.

Pak Haengrang : Karena Tuan ingin makan daging, aku akan segera panggil dia.


Malamnya, Kakek Go menunggu di beranda nya dengan gelisah. Tak lama, Pak Haengrang pulang bersama Penembak Jang. Penembak Jang bersujud, memberi hormat kepada Kakek Go begitu melihat Kakek Go.

Mereka lantas bicara empat mata.

Kakek Go : Kebudayaan baru telah menjadikan negeri ini rendah dan barbar. Para politikus tak lebih dari pengkhianat dan cendekiawan muda tersebar di seluruh negeri setelah kehilangan tujuan. Orang tua ini sangat tidak senang dengan Joseon saat ini.

Penembak Jang : Aku sedih mendengarnya, Tuan.

Kakek Go : Joseon menjadi makin berbahaya. Sepertinya dia ingin menjadi pejuang gerilya di sepanjang masa itu seperti ayahnya. Aku sudah melakukan segala cara untuk menghentikan dia mengikuti jejak ayahnya. Namun, jika itu kehendaknya, dan aku tidak bisa mencegahnya lagi, aku harus mengajarinya cara bertahan hidup. Aku sudah kehilangan dua anak, jadi, aku tidak ingin kehilangan cucuku juga. Aku tidak akan memintamu menjaganya. Cukup ajari apa yang perlu dia ketahui untuk melindungi dirinya.

Penembak Jang : Baik, Tuan.


Kakek Go menuangkan arak ke cawan Penembak Jang.

Ada luka bakar di tangan Penembak Jang, saat dia mengangkat cawannya ke depan Kakek Go.


Kita lalu diperlihatkan flashback ketika Seung Goo terkejut melihat rekannya kena tembak saat mereka melindungi Joseon dari orang2 Amerika.

Seung Goo yang terkejut, sampai tak sadar tangannya masuk ke dalam kobaran api.

Ya, Penembak Jang adalah Seung Goo.


Besoknya, Ae Sin mengikuti Seung Goo mendaki. Ae Sin nampak kesulitan mendaki karena medan yang sulit. Apalagi, Ae Sin memakai hanbok. Sesampainya di atas, Ae Sin tanya, apa kakeknya menyuruh Seung Goo untuk membunuhnya. Seung Goo tak menjawab.

Ae Sin : Aku senang jika tidak, karena dia menyuruhku mati.

Seung Goo : Musim dingin panjang. Berhematlah.

Seung Goo melemparkan botol air ke Ae Sin.

Ae Sin : Kenapa dia menyuruhku mengikutimu?

Seung Goo : Nona, mulai saat ini, aku adalah gurumu.


Ae Sin : Guruku? Apa yang akan kau ajarkan?

Seung Goo : Memakai senjata api, Nona.

Ae Sin : Memakai senjata api? Aku?

Seung Goo :Itu perintah kakekmu. Jadi, yang harus bicara formal adalah kau.

Ae Sin : Bagaimana kau kenal kakekku?

Ae Sin lalu bertanya dengan formal.

Ae Sin : Maksudku, bagaimana Tuan mengenal dia?

Seung Goo : Ganti bajumu dahulu. Kau akan menemukan bajumu di dalam.

Ae Sin : Aku akan menembakkan senjata setelah ganti baju?

Seung Goo lagi2 tak menjawab.

Ae Sin : Aku bicara sendiri.

Ae Sin lalu masuk ke dalam tenda kecil yang ada di sana.


Seung Goo lagi2 menyuruh Ae Sin mendaki mengikutinya.

Ae Sin susah payah mendaki. Sampai di atas, Seung Goo melemparkan botol minum ke Ae Sin.

Ae Sin kesusahan menangkap botol minum.


Hari hari berikutnya, Ae Sin terus dan terus berlatih.

Sekarang, dia sudah bisa mendaki dengan berlari dan menangkap botol minum yang dilemparkan Seung Goo.

Seung Goo bahkan terkaget2 ketika Ae Sin sudah berada di atas duluan.

Ae Sin melemparkan botol minum ke Seung Goo. Seung Goo kesulitan menangkapnya.


Selanjutnya, Seung Goo mengajarkan Ae Sin menembak.

Namun Ae Sin tak bisa menembak sasaran dengan tepat.

Seung Goo : Saat menembakkan senjata, lokasimu akan terbongkar.


Ae Sin terus berlatih. Sekarang, dia sudah bisa menembak tepat sasaran.

Tiba2, dia merasakan kehadiran seseorang. Dia pun berbalik dan menodongkan senjatanya.

Rupanya Seung Goo.

Seung Goo : Kau terlalu lamban. Kau harus menembak saat berbalik.

Ae Sin : Namun, itu bisa saja teman.


Ae Sin melihat lengan Seung Goo terluka. Dia bergegas mengobati luka Seung Goo.

Seung Goo : Babi hutan yang sangat besar. Dia berlari ke arahku.

Ae Sin : Anda sudah memakai alasan itu saat kaki anda terkilir. Pertengkaran kekasih yang berakhir dengan cakaran di wajah lebih masuk akal. Jangan khawatir. Aku tidak akan menanyakan apa yang anda lakukan. Aku akan percaya, sekalipun anda bilang melawan babi hutan demi wanita. Asal jangan mati. Namun, suatu hari kelak, jika anda memintaku bergabung dengan anda,  aku akan menjawab ya tanpa keraguan. Karena itulah aku giat berlatih. Aku mengenai dua atau tiga sasaran setiap menembak.

Seung Goo : Selalu ada cara lain. Kau bisa menulis untuk surat kabar atau mengajar sekolah malam.

Ae Sin : Permaisuri kerajaan ini dibunuh. Raja kabur ke kantor perwakilan di negara lain dan meminta bantuan negara-negara lain dalam bentuk surat. Berkat itu, bangsa-bangsa asing telah memasuki negeri kita. Kata-kata tidaklah berdaya. Aku akan berjuang dengan senjata.

Seung Goo : Maka, teruslah berlatih. Kau harus bisa menembak kelimanya.

Ae Sin : Baik, Guru.


Seorang anak laki2 membagikan surat kabar sambil berteriak, edisi khusus.

Il Sik mengambil surat kabar itu.

Il Sik : Ada apa ini? Perubahan lagi?

Choon Sik membacanya.

Choon Sik : Sepertinya Amerika dan Spanyol di ambang peperangan.

Il Sik :  "Amerika"?

Choon Sik : Ya.

Il Sik : Apa itu? Kaleng?

Choon Sik : Lalu, menurutmu apa arti Spanyol?

Il Sik : Kenalanmu?


Ae Sin latihan menembak di tepi sungai.

Dia semakin mahir.


Sekarang, kita ke tahun 1898, dimana Perang El Canney pecah.  Amerika memenangi pertarungan. Yu Jin, tentara Amerika, secara agresif menembak musuh dan menyelamatkan Kyle yang terjatuh ke dalam selokan. Tangan Kyle terluka dalam pertempuran itu.


Sekarang, kita kembali ke episode awal, di tempat pertama kali Yu Jin diperkenalkan sebagai tentara Amerika. Yu Jin dan Kyle menghadap Presiden Theodore Roosevelt. Presiden memerintahkan mereka berangkat ke Joseon.


Setelah itu, Yu Jin yang duduk di balik mejanya, menatap foto Wan Ik dengan orang Amerika dan juga melihat peta Joseon. Kyle datang. Yu Jin memberitahu Kyle, bahwa tempat itu, Joseon, adalah negara asalnya. Kyle bilang, jika Yu Jin ke Joseon, ada banyak orang yang mirip dengan Yu Jin.

Kyle : Membuatmu merasa lebih biasa, bukan?

Yu Jin : Sayangnya, ke mana pun aku pergi, aku selalu menarik perhatian.


Kyle memberikan Yujin sebuah foto.

Kyle : Itu Logan Taylor. Dia pernah bekerja sebagai perwakilan Amerika di Jepang. Kini, dia di Joseon, bekerja sebagai penasihat luar negeri, menjual segala jenis informasi kepada Jepang, dan mencemarkan nama baik Amerika.

Yu Jin terdiam menatap foto Kyle.

Kyle tanya ada apa.

Yu Jin : Jika aku berhasil, semua pujian diberikan ke Amerika. Namun, jika gagal, Joseon yang akan disalahkan. Karena itu mereka memilihku, bukan?

Kyle : Kau tidak akan gagal. Penunjukan ini mungkin piknik sungguhan. Posisimu aman, Eugene. Ada lagi?

Yu Jin : Pertama, ke Hanseong, Kawan Amerikaku. Setelah kau selesai. Berkemaslah dan tunggu aku.

Kyle : Aku tidak bisa berkemas dengan rapi. Aku hanya bisa memakai satu tangan sekarang.

Yu Jin menatap tangan Kyle. Dia mengerti.


Yu Jin pun berkemas.

Ketika dia sedang berkemas, dia terdiam melihat hiasan Ho Sun, yang merenggut nyawa kedua orang tuanya dan hampir merenggut nyawanya.


Takashi Mori, seorang perwira Jepang, masuk.

Mori : Kurasa aku sudah menghabiskan seluruh permintaanku untuk tahun ini demi selamat dari perang di Spanyol.

Yu Jin : Bahasa Inggrismu belum membaik.

Mori : Tidak sepertimu, aku bukan orang Amerika. Kudengar kau akan dimutasi lagi. Kali ini ke Joseon. Makin banyak pelajar Joseon di New York sekarang. Kehidupan di Joseon pasti membaik.

Yu Jin : Mungkin mereka tidak mau terisolasi. Kukira kau juga akan segera kembali ke negaramu.

Mori : Ya, tidak lama lagi. Eugene, Jepang dan Joseon amat dekat. Saat aku pulang, kau harus mengunjungiku di Tokyo. Di Jepang, banyak barang yang tak bisa ditemukan di Joseon.

Yu Jin : Kau bisa membawa semua itu ke Hanseong. Aku traktir minum.

Mori : Jika aku ke Hanseong, aku tidak akan diterima. Namun, kau tetap harus traktir minum. Pegang janjimu.


Yu Jin berjalan melintasi jembatan, sembari menenteng tas besarnya.


Ae Sin keluar dari rumahnya. Dia mau jalan-jalan dan ditemani Pak Haengrang dan Bu Haman. Saat mau masuk ke tandu, seorang gadis berseragam merah memanggilnya. Gadis itu mendekati Ae Sin, bersama seorang wanita Amerika. Namun Ae Shin tidak ingat gadis itu. Gadis itu mengaku mengunjungi kediaman Ae Sin beberapa kali dengan membawa kain.

Untungnya Bu Haman ingat dan memberitahu Ae Sin. Dia adalah Nam Jong. Ayahnya seorang pedagang kain bernama Yoon.

Ae Sin : Benar. Kau sudah besar sampai aku tidak mengenalimu. Katakan. Berapa usiamu tahun ini?

Nam Jong bilang dia dua tahun lebih tua dari Ae Sin.

Ae Sin langsung terdiam, canggung.

Bu Haman melihat wanita Amerika yang bersama Nam Jong.

Bu Haman : Omong- omong, apa yang kau lakukan bersama orang asing? Kau sekolah di sekolah baru itu?

Nam Jong : Ya. Aku belajar bahasa Inggris di sana. Dia guruku.

Guru Nam Jong tanya, apa Ae Sin teman Nam Jong.

Nam Jong : Bukan. Dia keluarga bangsawan.

Guru Nam Jong menyapa Ae Sin. Namun Ae Sin tak paham bahasa mereka.

Nam Jong memberitahu Ae Sin artinya.


Ae Sin yang malu, langsung bilang kalau dia tahu artinya.

Ae Sin : Kau fasih menuturkan bahasa mereka. Jadi, bahasa itu...

Ae Sin merubah pertanyaannya, apa kegunaan dari pelajaran anda? Apakah untuk mendapatkan gelar?

Nam Jong coba terjemahin, tapi dia jadi bingung sendiri.

Nam Jong : Aku belum belajar kata-kata sulit, jadi, aku tidak bisa terjemahkan. Tapi aku sendiri tidak belajar bahasa Inggris untuk mendapat gelar. Aku lakukan demi love. Aku tidak peduli dengan gelar, tapi aku menginginkan love.


Guru Nam Jong lantas mengingatkan Nam Jong bahwa yang lain menunggu.

Ya, ada murid2 lain bersama mereka.

Nam Jong pamit pada Ae Sin dan pergi bersama gurunya dan murid lain.


Bu Haman membantu Ae Sin melepas tudung dan sarung tangan.

Ae Sin penasaran dengan arti love. Dia bilang, jika Nam Jong menginginkan love daripada gelar, pasti love memiliki arti yang lebih baik daripada gelar.

Bu Haman : Nona bisa melakukan semua hal baik, tapi jangan coba sebut sekolah baru itu.

Ae Sin : Kira-kira apa itu? Love?


Yu Jin sudah tiba di Joseon sekarang.

Dia turun dari becak yang berhenti di depan Hotel Glory. Yu Jin langsung masuk ke sana.

Bersambung ke part 2...

Mr. Sunshine Eps 2 Part 1 Mr. Sunshine Eps 2 Part 1 Reviewed by GioK on June 03, 2023 Rating: 5

No comments